Tidak ada yang salah dari cara pikir Prabowo yang menyebut bahwa lulusan SMA di Indonesia cuma bisa jadi tukang ojek online. Jika kemudian sebutan itu dilakukan sembari merendahkan, atau menganggap bahwa luluan SMA atau tukang ojek online itu buruk, itu jadi salah. Ini mengapa sikap Prabowo yang berulang kali merendahkan punya implikasi serius. Ia akan kehilangan suara karena sesat pikir yang serius.
Sesat pikir pertama adalah menganggap bahwa seseorang baru layak dianggap hebat jika ia lulusan perguruan tinggi. Bagi saya, jika sebuah negara bisa memyediakan lapangan pekerjaan bagi yang lulusan SMA, ia bisa jadi baik. Artinya seseorang tak perlu membayar biaya kuliah tinggi untuk bisa bekerja layak dan mendapatkan penghasilan.
Sesat pikir kedua adalah menganggap tukang ojek online itu profesi yang rendah. Bagi banyak orang, profesi ini menyelamatkan mereka dari kemiskinan. Tentu ada yang kurang dari profesi ini: jaminan kesehatan, perlindungan hak, dan relasi pemodal-pekerja yang tak imbang. Tapi ojek online memberikan mereka kesempatan untuk bisa hidup layak. Sesuatu yang belum bisa diberikan oleh Prabowo.
Sikap kebablasan Prabowo terhadap orang yang dianggapnya inferior memang jadi problem serius. Ia menyebut wartawan tak mampu masuk mal, orang dengan tampang Boyolali tak akan bisa masuk hotel mewah, terakhir merendahkan orang dengan lulusan SMA dan pekerjaan ojek online. Mengapa ia gemar sekali merendahkan? Apakah ada masalah antara ia dan orang miskin? Apakah Prabowo tak pernah sadar bahwa ojek online punya jasa sendiri terhadap penggunanya?
Saya yakin ada banyak kisah kecil, narasi unik, yang dialami oleh para pengguna jasa ojek online dengan driver mereka. Kisah yang dianggap sepele tapi memberikan arti luar biasa. Misalnya ojek yang menyelamatkan seorang calon penerima beasiswa luar negeri, yang lupa membawa dokumen, syarat penting yang membuatnya nyaris menangis karena tahu ia akan gagal jika dokumen itu tak lengkap.
Atau kisah seorang yang jatuh cinta, mengirim makanan dan bunga, melalui jasa ojek online. Di Jakarta, jika anda tinggal di selatan sementara kekasih anda bekerja di utara, jarak bisa jadi persoalan yang lumayan rumit. Keberadaan ojek online bisa membantu itu, sesederhana mengirimkan bakso kesukaan kepada kekasih, atau mengirimkan surat cinta melalui jasa pengiriman instan.
Di sini, pekerjaan tukang ojek online, bisa jadi lebih penting daripada doktor teknik nuklir atau prajurit pasukan khusus. Mereka melakukan pekerjaan layanan publik yang tak bisa dipenuhi oleh pemerintah. Kritik yang semestinya dilakukan Prabowo bukan merendahkan lulusan SMA atau profesi ojek online. tapi bagaimana semestinya pemerintah memanfaatkan lulusan SMA atau menjamin hak-hak tukang ojek online.
Sebagai orang yang memiliki privilese, Prabowo jelas tak perlu berpikir mau apa setelah lulus SMA, atau apa yang harus dilakukan untuk mendapat pekerjaan. Dengan segala akses yang dimiliki keluarganya, pekerjaan atau pendidikan bukan hal yang susah didapat. Ia merendahkan profesi atau jenjang pendidikan orang lain, hanya karena ia tak pernah merasa kesusahan.
Sebelum adanya bantuan pendidikan bagi orang miskin. Masuk SMA adalah perjuangan berat, tidak semua orang bisa mencapai tingkat ini. Pendidikan tingkat ini butuh biaya. Banyak orang yang tak mampu menyekolahkan anaknya karena mahal. Lalu kamu mengejek mereka karena miskin dan hanya mampu lulus SMA?
Lalu kenapa jika lulus SMA dan jadi driver ojek online? Bukankah orang-orang ini tidak berbuat jahat? Bukankah mereka tidak mengancam membunuh orang menggunakan sniper Atau menculik orang? Tingkat pendidikan tidak menentukan mutu hidup seseorang. Lulus SMA atau lulus Harvard jika ia bermental kerdil, ya kerdil saja.
Beberapa dari kita merasa lebih baik dan lebih hebat dari tukang ojek karena bekerja di kantor yang mewah dan memakai pakaian yang mentereng. Merendahkan profesi memang jadi hobi menyenangkan. Kita tak pernah tahu cerita dan pilihan yang diambil seseorang saat menentukan pekerjaan. Menjadi tukang ojek online bagi pensiunan bisa menjadi tambahan biaya, ia tak perlu meminta anaknya, mengisi waktu luang sembari tetap bisa bermanfaat bagi keluarga. Seorang mahasiswa memilih jadi tukang ojek online karena tak mau membebani orang tua terlalu banyak.
Kisah-kisah semacam ini banyak dan kita pernah mendengarnya sekali atau dua kali. Tentu, sekali lagi seperti yang saya bilang sebelumnya, profesi ini memiliki banyak kekurangan. Tapi ia menyelamatkan banyak orang dari kemiskinan, putus sekolah, kelaparan, dan kehancuran rumah tangga karena alternatif pekerjaan yang minim.
Ya, memang susah omong kemiskinan dan perjuangan dengan orang yang enggak pernah miskin atau susah seumur hidupnya kayak Prabowo Subianto.