Jumat, Maret 29, 2024

Perayaan Natal di Tahun Politik

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.

Suasana Natal tahun ini terasa sedikit berbeda. Tidak terdengar perdebatan tahunan soal halal-haram mengucapkan selamat Natal oleh kaum muslim. Setidaknya tidak sengit seperti tahun-tahun sebelumnya. Juga tidak ada keributan soal pemakaian atribut Natal. Tahun-tahun sebelumnya pernah terjadi penyisiran terhadap pemakaian atribut Natal oleh muslim yang bekerja di pusat-pusat perbelanjaan.

Yang paling menarik adalah video ucapan selamat Natal dari KH Ma’ruf Amin, mantan Ketua MUI. Meski tak pernah secara formal memfatwakan haramnya ucapan selamat Natal, MUI adalah lembaga yang getol mengajak umat untuk tidak memberi ucapan selamat Natal. Bahkan di bawah kepemimpinan Ma’ruf, MUI mengeluarkan fatwa haramnya memakai atribut Natal bagi orang Islam.

Kenapa tahun ini Ma’ruf justru menyampaikan ucapan selamat Natal? Tidak salah bila kita katakan bahwa itu terkait dengan posisinya sekarang, yaitu sebagai calon wakil presiden, mendampingi petahana Joko Widodo. Ma’ruf harus tampil sebagai calon wakil presiden, yang harus menerima dan bisa diterima semua golongan.

Motifnya tidak berhenti sampai di situ. Ma’ruf membawa citra MUI, yang selama ini dianggap kurang bersahabat dengan kalangan bukan Islam, khususnya Kristen. Ma’ruf adalah saksi kunci dalam kasus Ahok, yang membuat mantan Gubernur DKI itu masuk penjara. Faktor Ma’ruf juga berperan dalam kekalahan Ahok di Pilkada DKI. Karena itu ada sebagian kalangan nonmuslim yang menjauh ketika Jokowi menetapkan Ma’ruf sebagai pendampingnya. Ma’ruf kini harus menarik kembali dukungan dari kelompok tersebut dengan tampil lebih sekuler.

Kedua kubu calon presiden kini dalam keadaan stagnan. Elektabilitas tidak banyak bergeser sejak pasangan calon ditetapkan. Jokowi-Ma’ruf meraup
potensi dukungan sekitar 53 persen, sedangkan lawannya Prabowo-Sandi sekitar 30 persen. Pasangan Jokowi-Ma’ruf meninggalkan lawannya cukup jauh, tapi posisi mereka tidak cukup meyakinkan. Kemungkinan lawan menyalip masih sangat besar.

Secara khusus, Ma’ruf ternyata tidak punya kontribusi memadai untuk menaikkan elektabilitas Jokowi. Ia tadinya diharapkan akan menarik suara dari kalangan Islam, khususnya NU. Tapi nyatanya di tempat yang menjadi basis pesantrennya sendiri, yaitu di Banten, Ma’ruf tidak bisa berperan banyak. Di daerah itu Jokowi-Ma’ruf masih kalah dibanding Prabowo-Sandi.

Dalam suasana itu Ma’ruf tampak berusaha untuk berperan. Kalau tidak bisa tampil menarik suara dari kalangan Islam, setidaknya bisa menarik kembali simpati dari kalangan nonmuslim. Dalam konteks itulah ucapan selamat Natal tadi dikeluarkan.

Sementara itu di kubu sebelah, Prabowo dan Sandiaga jelas bukan berasal dari kelompok Islam mana pun. Prabowo khususnya, berasal dari keluarga Kristen. Ia hanya dalam posisi saling menunggangi dengan kalangan islamis. Kalangan islamis butuh jagoan untuk melawan Jokowi yang mereka tolak. Siapa pun yang melawan Jokowi pasti mereka dukung. Sedangkan Prabowo membutuhkan dukungan dari siapa saja. Ia tidak mungkin memilih-milih pendukung.

Karena situasi itu, Prabowo menikmati jargon-jargon yang dibuat oleh kelompok-kelompok islamis tentang dirinya. Ia digambarkan sebagai sosok yang lebih membela kepentingan umat Islam. Tapi Prabowo sendiri sebenarnya sadar betul bahwa ia tak bisa sepenuhnya mencitrakan diri mengikuti jargon-jargon yang dibangun kelompok itu. Ia sadar betul bahwa ia sangat jauh dari sosok islami.

Beberapa kali Prabowo menyampaikan bahwa ia bukan sosok islami. Pernyataan terbarunya soal ini adalah bahwa dia tidak bisa menjadi imam salat. Para pendukungnya kini mengubah haluan, mulai mengkampanyekan bahwa tidak islaminya Prabowo itu bukan masalah, karena kita sedang mencari sosok pemimpin nasional, bukan pemimpin agama. Mereka sedang menelan kembali jargon-jargon kampanye yang selama ini mereka muntahkan.

Sebagaimana Ma’ruf, Prabowo juga mengucapkan selamat Natal. Bagi Prabowo itu hal yang biasa, karena ia memang berasal dari keluarga Kristen. Ia bahkan ikut merayakan Natal bersama keluarga besar Soemitro Djojohadikusumo. Ini juga menjadi sebab menurunnya intensitas perdebatan soal halal-haram ucapan selamat Natal. Kelompok yang selama ini keras mengampanyekan larangan ucapan selamat Natal kebanyakan merupakan pendukung Prabowo. Berkeras mengampanyekan itu sekarang akan mengusik kesadaran para pendukung soal sikap Prabowo dalam isu Natal. Karena itu mereka memilih untuk mendiamkannya.

Situasi Natal tahun ini memberi gambaran kepada kita tentang bagaimana agama ditunggangi untuk kepentingan politik oleh kedua kubu. Bagi politikus, rumusnya sederhana: Siapa saja yang memberikan dukungan akan mereka rangkul. Politikus adalah produsen yang rela menyesuaikan produknya dengan selera konsumen. Mereka bahkan sanggup memodifikasi produk untuk tampil dalam berbagai wajah yang berlawanan. Tinggal bagaimana kecerdasan pemilih.

Pemilih cerdas bisa mendeteksi mana wajah asli produk itu.

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.