Senin, Oktober 14, 2024

Neno Warisman dan Imprimatur Amerika untuk Politik Indonesia

Made Supriatma
Made Supriatma
Peneliti masalah sosial dan politik.

Kalau berita Neno Warisma akan deklarasi #2019GantiPresiden di Amerika Serikat itu benar, ia akan jadi salah satu langkah yang paling ganjil dalam politik Indonesia. Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang rencana tersebut, kecuali disebutkan bahwa deklarasi akan dilakukan di ibukota AS, Washington, D.C.

Kita tahu bahwa kampanye #2019GantiPresiden ini sudah marak sejak setahun belakangan. Salah satu penggerak paling menonjol adalah Titi Widoretno Warisman atau lebih dikenal dengan nama artisnya: Neno Warisman. Dia adalah juga politisi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), partai yang menjadi oposisi pemerintahan sekarang.

Beberapa waktu lalu, dia mendeklarasikan gerakannya di Solo. Tempat yang dipilih pun di depan gerai Martabak anak Jokowi. Itu menjadi kontroversi politik. Kemudian, ada berita bahwa gerakan ini hendak dideklarasikan di Batam. Namun ada penolakan hingga berujung ketegangan.

Gerakan ini juga batal dideklarasikan di Jawa Barat. Kabarnya MUI Jawa Barat mengimbau untuk dibatalkan. Alasan di balik itu adalah karena ketua MUI Pusat, KH Ma’aruf Amin, akan menjadi Wapres Jokowi.

Politik Indonesia bergerak amat dinamis akhir-akhir ini. PKS sudah lebih dahulu mempersiapkan jalan untuk kampanye Pilpres lewat gerakan ganti presiden. Namun, persoalan terpenting dari kubu oposisi adalah siapa yang yang menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto.

PKS sudah mempersiapkan sembilan politisinya menjadi Cawapres. Mereka juga sudah memainkan Ijtima Ulama sehingga keluar dengan dua nama: Salim Al Jufri dan Abdul Somad.

Namun semua berubah ketika Partai Demokrat yang dipimpin mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan koalisi. Jelas, Demokrat menuntut posisi cawapres untuk mereka.

Dari semua dinamika politik ini, PKS adalah pihak yang paling kalah. Kita melihat pengenduran retorika politisi PKS. Neno Warisman yang kemarin-kemarin kencang mengampanyekan #2019GantiPresiden, sekarang omong kebebasan berbicara. Dia bahkan menawarkan panggung bersama dengan pendukung Jokowi. Bagian dari demokrasi, katanya.

Lalu bagaimana dengan ide meluncurkan #2019GantiPresiden di Amerika Serikat? Nah, Ini yang menarik.

Banyak politisi Indonesia terobsesi mendapat imprimatur Amerika untuk diperlihatkan kepada publik di Indonesia. Sejauh yang saya ingat, tren ini dimulai dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian diteruskan oleh keluarganya.

Yudhoyono boleh dibilang Indo-Amerika hingga ke tulang sumsum. Dia memang produk Amerika. Dia suka bicara “double-languages” (saya memodifikasi “double-negatives“-nya Donald Trump). Dia selalu menyempatkan diri untuk menerjemahkan bahasa Indonesia ke Inggris dan sebaliknya. Lucu? Bagi saya, jelas lucu sekali.

Kita tahu, anaknya, Mayor TNI (Pur) Agus Harimurti Yudhoyono adalah juga produk Amerika. Tamatan Harvard dan sekolah staf dan komando di Fort Leavenworth, Kansas. Mayor AHaY meniru karier militer bapaknya dan kini pun mengikuti karier politik yang sama.

Amerika memang memberikan cap yang penting. Taruh misalnya Gatot Nurmantyo, politisi 5 triliun, yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Amerika. Dia terlihat di Trump Tower, dan tidak banyak yang mengetahui apa yang diperbuatnya di sana.

Namun, kabarnya dia ditemani oleh seorang Indonesia yang kenal banyak politisi New York, Shamsi Ali. Kabarnya Gatot meninjau pesantren yang akan dibikin Shamsi Ali di luaran New York. Shamsi Ali terkenal dengan jaringannya di kalangan Yahudi New York. Shamsi mengarang buku dengan seorang rabi, yang ayahnya (rabi Yahudi juga) memberikan gelar “World Statesman Award” kepada Presiden Yudhoyono pada 2014 silam. Masih ingat kalau untuk menghadiri penghargaan itu harus membayar $50,000 per meja?

Begitulah. Amerika sangat penting untuk politisi Indonesia. Tidak terlalu heran, politisi PKS Neno Warisman pun ingin mendeklarasikan gerakannya di sana.

Banyakkah pendukung PKS di Amerika? Saya tidak tahu pasti. Tapi dari pengetahuan anekdotal saya, cukup banyak juga. Kebanyakan mereka hidup di wilayah makmur pinggiran kota (suburb). Mereka tidak akan bergabung dengan kalangan kelas pekerja yang illegal dan tidak memiliki dokumen.

Mereka cenderung punya penghasilan tetap dan cukup sejahtera. Saya berjumpa dengan beberapa pengajian mereka di seputaran area New York, New Jersey, dan Connecticut. Juga ada beberapa di sekitar Washington, Virgina, dan Maryland. Saya duga juga banyak di Philadelphia, New Hampsire, dan beberapa wilayah barat Amerika seperti California.

Sehingga masuk akal bila politisi PKS ini ingin mendeklarasikan gerakannya di Amerika. Selain mungkin akan mendapat donasi politik dari para anggota di Amerika, juga akan memberikan image yang kuat.

Hal-hal seperti ini mengingatkan saya pada kata-kata guru saya, “Semua orang membenci Amerika, tetapi ketika ada kesempatan semua orang ingin pergi ke Amerika.”

Buat Anda yang belum mampu pergi ke Amerika, saran saya: tonton saja SBY pidato. Itu sudah cukup.

Made Supriatma
Made Supriatma
Peneliti masalah sosial dan politik.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.