Sabtu, Desember 7, 2024

KPAI vs PB Djarum: Ada Tangan Asing?

Denny Siregar
Denny Siregar
Penulis dan blogger.
- Advertisement -

Banyak yang tidak paham bahwa pendapatan cukai kita dari rokok sangat besar. Tahun 2018 saja, pendapatan dari cukai rokok mencapai 153 triliun rupiah. Ini berarti hampir 10 persen dari APBN kita ditunjang oleh perusahaan rokok.

Bukan hanya masalah pendapatan dari cukai saja, perusahaan rokok juga mempekerjakan total 6 juta pegawai. Jadi, bisa dibilang, industri rokok di Indonesia menjadi salah satu tulang punggung ekonomi di negara ini.

Dan ini sudah menjadi perhatian dunia. Terutama perusahaan farmasi besar yang bergabung bagaimana industri rokok di Indonesia kelak akan jatuh.

“Maksudnya mau dimatikan?”

Bukan, justru untuk diakuisisi oleh mereka. Ketika harga saham perusahaan rokok jatuh, maka mudah untuk mengambil alih kepemilikan mereka.

Dengan memiliki perusahaan farmasi sekaligus perusahaan rokok, maka kelompok kapitalis ini akan memainkan harga sekaligus menciptakan produk-produk baru yang berkaitan dengan rokok.

Itulah kenapa mereka gencar sekali mengeluarkan biaya jutaan dolar untuk membangun kampanye antirokok.

Salah satu tentakel kelompok kapital ini adalah Bloomberg Foundation. “Badan amal” ini menyalurkan uang jutaan dolar ke Indonesia untuk membayar anggota DPR, LSM sampai organisasi Islam untuk membatasi ruang merokok. UU dan peraturan daerah tentang pembatasan rokok dibuat untuk menghancurkan industri rokok di Indonesia.

Salah satu LSM yang dibiayai Bloomberg adalah Yayasan Lentera Anak. Lentera Anak inilah yang kemudian bersama “pendukungnya” menggugat PB Djarum karena dibilang mengeksploitasi anak.

kompas.com

Tujuannya apalagi selain membangun stigma negatif terhadap industri rokok. Mereka sudah sangat siap, karena UU-nya sudah mereka loloskan. UU itulah senjata mereka selama ini untuk menghantam perusahaan rokok yang sudah menyumbang 150 triliun rupiah bagi negara.

- Advertisement -

Ini memang perang panjang dan berbiaya mahal yang dilakukan oleh perusahaan farmasi dunia. Tapi, jangan salah, dari kampanye ini saja mereka sudah meraup miliaran dolar rupiah.

Dari mana? Ya, dari penciptaan obat-obatan untuk kecanduan merokok, permen sampai pengganti rokok dalam bentuk cairan yang mereka kampanyekan “lebih sehat dari merokok”.

Jadi, ini hanya pertarungan bisnis saja sebenarnya. Dan LSM-LSM itu juga hanya sebagai kepanjangan tangan saja.

Mereka juga butuh hidup dari mana lagi uangnya kalau bukan dari donasi perusahaan besar yang dibungkus dengan bahasa-bahasa yang seolah menjadi “dewa penyelamat umat manusia?”

Saya sendiri akhirnya memutuskan berhenti merokok.

Maksudnya, kalau merokok saya pasti berhenti. Enggak enak merokok sambil jalan.

Baca juga

Hapuskan Olahraga, Budayakan Merokok

Audisi Djarum Disetop, Bye Bye “Indonesia Raya”

Denny Siregar
Denny Siregar
Penulis dan blogger.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.