Sabtu, April 27, 2024

Islam Kaffah Bukan Dicapai Tapi Dicari

Nurbani Yusuf
Nurbani Yusuf
Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu

“Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan sebilah pedang,” begitulah kata Yesus yang termaktub dalam Matheus (10:34).

‘Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mengucapkan Lailaha illa-Allah — Rasulullah saw dalam riwayat Thurmudzi.

Siapa pun boleh mengambilnya sebagai hujjah dan membenarkan prilaku keras.
Amerika adalah tanah air Kristen sebelum dikuasai ‘Si Lain’— lantas orang mengambil jalan kekerasan untuk menapak jalan Tuhan. Timothy McVeigh mengamuk. 168 orang mati. 500 lainnya luka parah. McVeigh yang tergabung dalam laskar Tuhan itu berpendirian tentang musuh Tuhan yang harus dikalahkan.

Banyak orang tak cakap melihat realitas kebenaran lantas memandang yang berbeda sebagai musuh. McVeigh salah satunya dan ribuan lainnya tersebar di berbagai agama dan idelogi. Demikian Mark Juergensmeyer, guru besar sosiologi dari Universitas California Santa Barbara, dalam sebuah buku yang ditulisnya dengan teliti, “Terror in the Mind of God,“

Ada sebagian yang menganut pemutlakan nilai — bahwa iman tak bisa disentuh apalagi ditawar. Ia lupa bukan dirinya yang sempurna tapi Islam. Al Quran pasti mutlak benar tapi bukan tafsirmu atasnya. Bukan dirimu yang mulia tapi Muhammad saw. Jadi Islam kaffah bukan dicapai tapi dicari — tidak satupun berhak mengklaim telah mencapai kaffah selain nabi saw.

Perjuangan ini perlu, karena Amerika telah diperintah oleh “sekularisme” yang dibangun oleh komplotan Yahudi dan para intelektual progresif untuk menghabisi kemerdekaan “masyarakat Kristen”. Kata ruhaniwan Pierce yang membenarkan kekerasan untuk mencapai kesempurnaan tatanan moral.

Keadaan jiwa yang terancam memang bahaya — timbul sikap nekat menerjang membabi buta. Apalagi dibakar marah karena agama. Menabalkan diri sebagai laskar Tuhan, semacam Paderi berani mati di jalan tuhan, meski sering hanya menjadi martir karena kemarahan sesaat.

Krestenisasi islamisasi pemurtadan kerap mengancam pikiran meski realitasnya tidak sekeruh yang dibayang. Tapi cukup membuat orang berbuat di luar nalar. Gambaran muram tentang Amerika yang dikuasai ‘si lain’ telah melahirkan banyak kelompok kecil tapi beringas seperti Al-Qaeda atau ISIS di timur tengah, mereka juga membangun kamp militer untuk latihan dan menunggu giliran menjadi manten yang siap meledakkan dirinya.

Syetan diciptakan sebagai musuh tapi bukan untuk dubunuh. Orang Yahudi, Nasrani, Hindhu, Budha, Shinto, Zoroaster dan 4.300 agama lainya bukan untuk saling menerkam atau memangsa satu sama lainnya. Hanya Islam yang benar dan kaffah, tapi bukan berati hanya Islam yang boleh tinggal.

Buku “Terror in the Mind of God” menjelaskan bahwa agama kerap menjadi picu pemutlakan nilai— hanya Islam yang benar yang lain salah dan tak boleh ada. Ironisnya agama juga membenarkan kekerasan atas nama nahy munkar untuk menegakkan tataran moral yang disebut syariat—

Nurbani Yusuf
Nurbani Yusuf
Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Ranting Gunungsari Kota Batu
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.