Ingatan saya tentang Ibu ani adalah tentang ibu kebanyakan. Sebelum menjadi istri seorang presiden, sebelum menjadi anak seorang jendral, ia adalah manusia, dan seperti kebanyakan manusia Bu Ani adalah sosok yang kompleks. Akan susah memasukkan satu karakter atau mendefinisikan Bu Ani dalam satu kata.
Terlahir sebagai Kristiani Herrawati, istri dari Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6 ini lahir di Yogyakarta, 6 Juli 1952, Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sarwo Edhie Wibowo dan Sunarti Sri Hadiyah. Ani sempat tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.
Dalam banyak hal ia mungkin istimewa, lahir dari keluarga yang punya karir moncer di era orde baru, dan menikah dengan seorang perwira yang kelak jadi presiden. Tapi bagi warganet, sosok Ibu Ani istimewa karena ia dekat. Serupa ibu-ibu komplek yang gemar menceritakan prestasi anaknya atau seorang nenek yang gemar menunjukkan foto cucunya.
Kita mencintai Bu Ani karena kedekatan itu. Kita tentu mengenal sosok ibu-ibu yang selalu bersemangat bercerita tentang keluarganya. Ibu yang selalu bilang anaknya adalah yang terbaik sembari meminta kita untuk makan kue bikinannya. Cinta yang semacam ini saya kira murni, tidak dibuat, ini mengapa jika anda mengkritik keluarganya, anda mesti bersiap berurusan dengan induk singa.
Sosok Bu Ani dan keluarga merupakan citra ideal orde baru. Made Supriatma menyebut mereka sebagai Keluarga Ideal yang berpusat pada Bapak sebagai Presiden. Made juga mengutip peneliti Jepang, Saya Siraishi, tentang pembentukan konsep keluarga pada zaman Orde Baru. Saya merunutnya sebagai sebuah ideologi yang sangat hirarkis, meski demikian peran domestik sebagai Ibu diterima Bu Ani dengan lapang dada.
Kerap kali statusnya sebagai ibu negara kalah dengan citranya sebagai orangtua yang demikian menyayangi keluarganya. Kita ingat ketika beliau menegur netizen yang menanyakan, kenapa Ibas selalu pakai baju lengan panjang. Polemik ini melahirkan komentar panjang, sebuah trend, di mana Ibu Ani sebagai pusat berita.
Di sela-sela kesibukannya menjadi ibu negara selama satu dekade, Ibu Ani mengembangkan hobi sebagai fotografer. Dalam banyak kesempatan acara kenegaraan, bersama kamera dengan lensa tele yang ia miliki, Bu Ani menangkap berbagai momen penting yang ia bagi di akun instagram miliknya.
Tidak hanya menjadikan instagram sebagai etalase karya, Ibu Ani juga menghadirkan sisi kehidupan pribadinya, bersama anak, cucu, dan suami. Ibu Ani menunjukkan kekompakan sebagai keluarga dengan kebersamaan, kata-kata mutiara, dan juga nasehat tentang bagaimana kehidupan berumah tangga semestinya dijalani.
Misalnya saat cucunya Airlangga Sakti lahir pada 1 Oktober 2015, Ibu Ani mengajak warganet untuk menanam pohon. Kegiatan yang ia sebut sebagai “Tanam Pohon Setiap Kelahiran” ini merupakan wujud syukur atas kehidupan. Sebagai seorang nenek, seorang ibu, seorang istri, dan seorang manusia, akun Instagram Ibu Ani menunjukkan bahwa ia adalah manusia biasa yang demikian mencintai keluarganya.
Cintanya pada keluarga demikian murni juga ditunjukkan saat ia masih menjabat sebagai Ibu Negara. Saat itu Ibu Ani menegur menteri kesehatan dan menteri perdagangan terkait konsumsi Asi Ekslusif. Ia menegur menteri perdagangan jangan sampai para produsen susu formula memanipulasi minimnya pengetahuan masyarakat tentang ASI.
Menteri kesehatan saat itu juga menyebut bahwa Kementrian telah memutus kontrak berbagai produsesn susu dalam lingkup rumah sakit. Hal ini dilakukan agar dapat mendorong ibu memberikan ASI ekslusif pada anaknya. Komitmen inilah yang membuat sosok Ibu Ani dikenal hangat di lingkungan aktivis ASI dan keluarga. Ia tidak segan melakukan kritik terbuka jika berhubungan dengan masalah kesejahteraan keluarga.
Ini mengapa Ibu Ani yang dulu selalu bersemangat, menjadi berbeda sejak ia dirawat karena kanker darah pada 2 Februari lalu. Usaha ibu Ani untuk melawan kanker dan dirawat secara intensif di Singapura menjadi perhatian publik. Bukan hanya karena ia ibu negara, tapi juga kemesraan bersama Presiden SBY yang bersama-sama berjuang menghadapi penyakit.
Warganet memuji sikap Presiden SBY yang tetap setia, selalu bersama, dan memberikan semangat untuk Bu Ani. Kisah mereka menjadi bukti bahwa pernikahan dan cinta sehidup semati, kala sehat dan sakit, bukan sesuatu yang mustahil.
Meski, mungkin tuhan punya kehendak lain. Sabtu, 1 Juni 2019, Ibu Ani Yudhoyono meninggal dunia. Terima kasih atas bakti Bu Ani untuk bangsa dan negara. Al Fatihah.