“Ini adalah pekerjaan bodoh,” kata pria itu pada istrinya. “Ini adalah bisnis bodoh bagi orang dewasa,” katanya sekali lagi. Pria itua dalah Stan Lee, dalam buku Stan Lee: The Man Behind Marvel, Bob Batchelor menceritakan ketakutan dan rasa cemas salah satu pendiri Marvel itu. Ia merasa bahwa komik tak punya masa depan dan orang waras tak akan pernah jadi komikus.
Stan Lee terlahir sebagai Stanley Martin Lieber di kota New York pada 1922. Saat pertama kali mendengar namanya, saya kira Stan Lee adalah orang Cina yang bermigrasi ke Amerika lantas membuat komik superhero. Belakangan saya tahu Stan Lee adalah keturunan Yahudi yang berimigrasi ke Amerika pada 1875 dan 1924. Di tengah arus depresi besar, ia ingat bagaimana orang tuanya berusaha untuk memenuhi kehidupan keluarga sembari mendengarkan sandiwara musik yang disiarkan di radio.
Stan Lee meninggal pada usia 95 tahun kemarin. Bagi banyak orang ini adalah tragedi. Saya kira banyak orang yang merasa berhutang pada Stan Lee, pada karya yang ia buat, pada cerita yang ia susun, pada karakter superhero yang ia bikin. Pria tua itu membuat kegiatan membaca komik, menyukai hal-hal yang tak masuk akal seperti percaya superhero, sebagai kegiatan yang keren dan trendi.
Stan Lee adalah satu dari sekian banyak komikus yang mengubah dunia. Bagi saya ia punya tempat setara bersama Jack Kirby, Steve Ditko, Bob kane, Alan More, dan Will Eisner. Tentu ini bukan soal siapa yang lebih baik, tapi bagaimana karya mereka menghasilkan sesuatu yang baru, yang segar dan lebih penting memberikan pembacanya semangat untuk hidup. Komik kadang punya cara yang aneh untuk membuat pembacanya berdiri lagi setelah jatuh karena masalah.
Terdengar sentimentil? Tentu saja. Komik-komik yang dibuat Stan Lee adalah tentang yang sentimentil tadi. Sejak awal mula karirnya pada 1939, Stan Lee berusaha membuat karakter-karakter komiknya dekat dengan realitas yang ada. Ia berusaha memberikan konteks sosial kenapa superhero muncul, The X Men misalnya, merupakan metafora dari masyarakat rasis di Amerika yang takut pada orang yang berbeda. Sementara The Fantastic Four sosok kumpulan superhero yang lahir saat perang dingin dan kompetisi antar bintang.
Mengapa komik-komik Stan Lee sangat istimewa? Mungkin karena metode Marvel yang diciptakan olehnya. Jika sebelumnya penulis duduk bersama komikus untuk membuat adegan demi adegan berdasarkan naskah yang ada, Stan Lee memberikan panduan sederhana tentang cerita komik, dari situ Ilustrator akan membuat gambar berdasarkan imajinasinya. Tapi ini jadi masalah, karena banyak ilustrasi dan karakter baru yang nongol tanpa penjelasan siapa yang membuat.
Jauh Sebelum depat soal politically correct atau debat tentang representasi, Stan Lee dan Jack Kirby telah melahirkan tokoh-tokoh yang mengejutkan pada zamannya. Daredevil, superhero penyandang disabilitas? Emang bisa apa? Ilmuan yang jadi superhero karena ciptaannya Hulk dan Bruce Banner? Cerita komik juga semakin berkembang tidak hanya berkisah antar baik dan buruk, penjahat dan pahlawan, tapi juga isu sosial seperti pengawasan terhadap negara, narkotika, rasisme.
Penguasaan Stan Lee terhadap karakter yang ia ciptakan merupakan produk pendidikan yang ia terima. Stan Lee muda adalah pembaca yang rakus. Ibunya, Celia Lieber, di sela-sela pekerjaan yang berat mengajak Stan Lee untuk terus membaca. Mulai dari komik strip di koran, Mark Twain, hingga Shakespeare. Ini yang kemudian yang membua superhero yang dibuat Stan Lee jadi sangat manusia, sangat dekat, karena ia lahir dari realitas yang ada.
Pada 1971, Stan Lee melawan Comics Code Authority (CCA) yang melarang penceritaan komik dengan latar horor, seks, dan narkoba. Komik Spiderman yang ia buat menceritakan tentang bahaya narkoba dan melawan mafia, namun Komite CCA tetap melarang. Stan Lee kemudian menemuia Martin Goodman dan nekat mempublikasikan spiderman dan bandit penyebar narkoba. Apa yang ia lakukan ini kemudian mengubah lanskap komik dari yang mesti tunduk pada otoritas CCA dan mengeksplorasi tema-tema yang lebih rumit, gelap, dan diperuntukan pembaca dewasa.
Tidak hanya itu Stan Lee juga kemudian membudayakan pemberian kredit kepada pencipta dalam industri komik. Semua orang mungkin tahu siapa yang membuat Komik Dragon Ball atau One Piece, tapi Stan adalah orang yang membuat kebiasaan untuk memberi tahu siapa penulis naskah sebuah komik, pembuat gambar, pewarna, penebal garis, hingga pembuat kover sebuah komik. Hal ini dianggap sebagai penghormatan dan penghargaan bagi para seniman, sehingga kita bisa mengenal siapa Steve Ditko, Jack Kirby, hingga Toriyama.
Hal lain yang membuat Stan Lee istimewa adalah kolaborasi yang dilakukan hingga menciptakan banyak superhero dengan latar kemanusiaan, yang bagi saya, mengagumkan. Ia menciptakan Thor Karena sadar bahwa Hulk adalah entitas yang luar biasa kuat tanpa tanding pada zamannya. Ia menciptakan Spiderman dengan segala kemiskinan, perjuangan, dan tragedi agar ia selalu sadar bahwa dengan kekuatan besar, akan hadir tanggung jawab besar.
Tapi Komik bagi Stan Lee, bukan sekedar menghibur. Pada 1968, Stan Lee pernah menulis bahwa Bigot dan rasisme Adalah penyakit sosial paling berbahaya yang mewabah di seluruh dunia saat ini. Ia menulis ini di tahun yang sama saat Martin Luther King Jr dan Robert F. Kennedy dibunuh. Secara konsisten ia berusaha untuk menyebarkan ide-ide tentang progresifitas dalam komik Marvel, seperti saat ia dan jack Kirby membuat Black Panther, raja Afrika yang luar biasa cerdas dan kaya raya dari Afrika.
Ia percaya bahwa komik bisa jadi medium untuk menyebarkan ide tentang perdamaian dan persatuan. Stan Lee menyebut bahwa berbeda dengan bandit super, rasisme dan kebencian tak bisa dikalahkan dengan sinar penghancur, ia Hanya bisa dikalahkan dengan cara dilawan secara terbuka melalui persatuan. Ini ia ucapkan lebih dari 50 tahun yang lalu dan masih relevan hingga hari ini. Maka jadi aneh jika ada berharap komik, atau superhero marvel untuk tidak politically correct atau bicara tentang isu politik.
Stan Lee tidak sempurna-sempurna amat. Selama ini kita mengira bahwa Spiderman adalah sosok yang diciptakan oleh Stan, padahal ada Jack Kirby yang ikut ambil bagian. Tak banyak yang tahu meski pernah bekerja sama pada 1969, Kirby meninggalkan Marvel karena sikap Stan. Belakangan Marvel kemudian memberikan penghormatan dan kredit pada seluruh karya yang dibuat Stan Lee bersama Steve Ditko.
Tapi komik tak selamanya keren dan trendi. Setidaknya bagi saya dan mungkin banyak orang lain. Pernahkah kalian membayangkan hidup di masa di mana membaca komik adalah perbuatan jorok yang tidak keren? Membaca komik pernah dianggap sebagai kegiatan bodoh yang membuang waktu. Kegiatan membosankan yang hanya dilakukan oleh pecundang. Tapi sejak film-film superhero bermunculan dan dunia jatuh cinta pada industri ini, mendadak, mereka yang punya pengetahuan mendalam tentang jagat komik jadi keren.
Komik adalah sebuah produk kebudayaan yang menyenangkan. Banyak orang yang jadi sombong karena tahu lebih dulu, tapi yang baik dan mau berbagi pengetahuan juga banyak. Pembaca komik lawas memberikan pengetahuan tentang sosok awal Thor, sosok awal Spiderman, dan komik-komik yang tak bisa diakses karena Indonesia bukan tujuan distribusi utama.
Banyak dari kita, seperti juga saya, tumbuh dengan menyendiri di kamar sembari menghabiskan berpuluh-puluh komik. Lantas seperti banyak anak-anak lain, bermimpi menyilangkan jari ke telapak tangan seolah sedang melempar jaring laba-laba, atau memakai tutup panci sebagai tameng Captain Amerika. Kita Tumbuh dengan mimpi itu karena Stan Lee, Steve Ditko, dan Jack Kirby.
Selamat Jalan Stan Lee, Excelsior.