Jumat, April 19, 2024

Teror di Eropa dan Pertanda Buruk Propaganda ISIS

Iqbal Kholidi
Iqbal Kholidi
Penulis adalah pemerhati terorisme dan politik Timur Tengah
teror-munich
Seorang perempuan meletakkan bunga di dekat pusat perbelanjaan Olympia, Munich, Jerman, Sabtu (23/7). ANTARA FOTO/REUTERS/Arnd Wiegmann

Belum lama ini militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terus didera kekalahan di beberapa medan pertempuran di Timur Tengah disusul tewasnya Omar al-Shishani, “menteri perang” ISIS.  Meskipun demikian, belum ada yang bisa meramal kelompok ini akan musnah dalam waktu dekat. Citra ISIS sebagai kelompok teror berbahaya juga belum memudar.

Masih ingat isi pidato juru bicara ISIS Abu Muhammad al-Adnani menjelang Ramadhan (22 Mei) yang mendesak pengikutnya meningkatkan serangan global? Kemudian fakta di lapangan lebih dari 10 negara selama Ramadhan lalu mengalami serangan teror. Serangan paling mencolok seperti terjadi di Orlando, Istanbul, Dhaka, Baghdad, Jeddah, dan Madinah sebagian besar diklaim ISIS.

Di Indonesia, terjadi bom bunuh diri di Mapolres Surakarta. Meski terkesan kurang canggih, kejadian ini cukup mengkhawatirkan. Aparat keamanan juga berpandangan teror Surakarta terinspirasi kampanye al-Adnani.

Jika benar peristiwa teror yang terjadi sepanjang Ramadhan terinspirasi pidato al-Adnani, sungguh ini bukan berita yang bagus. Artinya, dunia tak bisa lagi menganggap itu remeh, “mantra-mantra” yang disemburkan mulut al-Adnani benar-benar “mujarab”.

Sejumlah pengamat masih meragukan serangan teror yang dilakukan pengikut ISIS murni karena terpanggil seruan al-Adnani. Besar kemungkinan ISIS sebagai organisasi memainkan peran penting dalam mengatur dan mengarahkan sebagian besar serangan yang terjadi selama Ramadhan, meski beberapa militan mungkin bertindak atas kemauan sendiri.

Pada kasus seperti serangan di Bandara Istanbul, Turki, yang menewaskan 41 orang dan bom mobil di Baghdad yang jumlah korbannya fantastis, saya juga meyakini operasi tersebut dikoordinasi dari pusat ISIS, tanpa mengesampingkan pengaruh al-Adnani.

Sejauh ini al-Adnani tidak pernah menampakkan diri ke publik. Sebagai juru bicara kekhalifahan, ia hanya muncul dalam rekaman suara. Abu Bakar al-Baghdadi sebagai Khalifah ISIS setidaknya pernah muncul dalam video, walau hanya satu kali ketika khutbah di masjid kota Mosul dua tahun silam.

Pidato al-Adnani hanya sebagian kecil dari sekian banyak propaganda yang diproduksi ISIS, rekaman pidatonya bisa dihitung dengan jari. Ada banyak video-video propaganda ISIS yang kerap memamerkan eksekusi sadis diproduksi dan disebarkan hampir tiap waktu.

Saat mendapati video-video resmi ISIS, kebanyakan media terlalu fokus pada adegan seram, menangkap pesan hanya dari judul atau kata-kata terakhir sang algojo sebelum melakukan tugasnya mencabut nyawa.

Saya menduga di balik ISIS memilih cara-cara “kreatif” dalam mengeksekusi korbannya, tak sekadar ingin unjuk kebolehan membalas musuhnya, saya rasa ada semacam “tutorial” dalam video-video itu untuk simpatisannya. Seolah gambar itu berbicara, begini lho cara mudah melakukan eksekusi, siapa pun bisa melakukannya sendiri.

Serangan truk maut di kota Nice, Prancis, oleh pria yang mengendarai truk berbobot 19 ton menabrak dan melindas kerumunan manusia di jalan, itu mirip seperti yang dilakukan ISIS dalam video resminya pada 25 Oktober 2015. Dalam video itu seorang tawanan yang disebut anggota tentara Suriah dieksekusi dengan ditabrak dan dilindas kendaraan baja (tank) hidup-hidup.

Sebelumnya (19 Juni 2016) seorang polisi Prancis dan istrinya tewas ditikam. Pelakunya mengunggah video pernyataan ia melakukan aksinya itu demi ISIS. Kejadian ini tak berselang lama ketika ISIS di Raqqa pada Mei 2016 mempertontonkan foto-foto eksekusi mati dengan cara menikam tawanan hidup-hidup.

Juga video kelompok Santoso memenggal seorang petani tua di hutan Poso. Cara-cara mereka mengeksekusi sama persis dengan adegan ISIS dalam video-videonya: memiting tubuh korban hingga tak berkutik dan menyelesaikan eksekusi dengan cepat.

Seorang eks-militan ISIS yang membelot mengungkapkan, mengapa dalam foto atau video ISIS ekspresi para korban tampak tenang di depan kamera ketika hendak dieksekusi. Apa yang terjadi di balik video? Dia mengaku, ternyata para korban tersebut ditenangkan lebih dulu, mereka diyakinkan ini hanya akting.

“Kami hanya berurusan dengan pemerintah Anda, ini hanya adegan film,” kata eks-militan tersebut pada media Sky News tentang dialog ISIS pada calon korbannya. Korban dipaksa mengikuti pengambilan gambar berkali-kali sepanjang waktu, hingga tidak menyadari mereka pada akhirnya benar-benar dieksekusi.

Poin saya, ISIS sangat serius dalam menggarap propagandanya, demi mendapatkan hasil yang sempurna, sehingga “bagaimana membunuh tikus seolah terlihat seperti membunuh naga”, mensugesti pengikutnya yang menontonnya.

Kembali ke sosok al-Adnani, sang juru bicara kekhalifahan. Dia bukanlah sosok baru di mata pengikut ISIS. Pria kelahiran Suriah (1977) ini sangat dihormati; ia menjabat juru bicara sejak organisasi khilafah ini masih bernama ISI (Islamic State of Iraq). Dia pernah merasakan mendekam di penjara Suriah dan kamp Amerika di Irak. Di masa mudanya, al-Adnani tercatat menjadi murid kesayangan al-Baghdadi.

Dengan reputasi perjalanan jihad yang mentereng itu, orasinya sangat ditunggu-tunggu simpatisan ISIS di dunia, saat dia mulai bicara. Ini pertanda buruk dan dunia kadang baru menyadarinya saat teror sudah terjadi.

Iqbal Kholidi
Iqbal Kholidi
Penulis adalah pemerhati terorisme dan politik Timur Tengah
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.