Sabtu, April 20, 2024

Hari Perempuan Internasional: Sebuah Tengokan ke Dalam

Kezia Maharani
Kezia Maharani
Blogger, Traveller, Mahasiswa Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara.

Trimester pertama di sepanjang tahun identik dengan aksi Women’s March atau Pawai Perempuan yang dilakukan di berbagai negara. Di Amerika, Women’s March dilakukan sejak tahun 2017, tepatnya pada 21 dan 22 Januari 2017, yaitu sehari setelah Donald Trump menjabat sebagai presiden AS. Pawai ini dilakukan sebagai bentuk pembelaan atas hak-hak wanita serta aksi yang terindikasi protes terhadap Trump.

Terinspirasi dari gerakan itu, Indonesia juga tidak ketinggalan menyelenggarakan Women’s March pada tahun 2017 tersebut. Lain dengan AS dan negara lain, Women’s March Indonesia dilakukan untuk menyambut Hari Perempuan Internasional yang diperingati pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya.

Women’s March Indonesia 2017 lalu dilakukan pada minggu pertama bulan Maret di Jakarta, menyusul tanggal-tanggal berikutnya di kota-kota lainnya. Pada tahun 2018 ini, tercatat 13 kota yang akan menggelar Women’s March dengan beberapa di antaranya adalah Bandung, Pontianak, Tondano, Lampung, Malang, dan Serang, diawali dengan pawai di Jakarta pada 3 Maret ini.

Meski disebut sebagai pawai perempuan, pada gelaran sebelumnya juga banyak pria yang turut meramaikan Women’s March sebagai bentuk dukungan terhadap aksi ini. Beberapa tuntutan dan protes yang muncul dalam aksi ini antara lain mengenai kejahatan dan kekerasan seksual, pemenuhan hak secara merata pada perempuan segala usia, domestifikasi perempuan, seksisme di ruang publik, edukasi hak tubuh, akses kesehatan ramah gender, dan keadilan sistem hukum pada perempuan. Tak ketinggalan pada tahun ini protes terhadap perluasan pasal tindak pidana zina pada Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) Pasal 484.

Wanita (Tidak) Selalu Benar

Dalam hubungan asmara, terutama di kalangan remaja-pemuda, para pria secara sepakat memiliki istilah bahwa “wanita selalu benar”. Pada penerapannya, mayoritas wanita memiliki lebih banyak tuntutan dan keinginan yang perlu dituruti oleh para pria, bahkan sejak sebelum mereka menjalin hubungan asmara secara resmi. Di luar konteks asmara dan tetek-bengek percintaan remaja, pada penerapannya istilah “wanita selalu benar” sama sekali tidak terjadi.

Mulai dari tingkah laku hingga tata busana, para wanita diatur dalam norma-norma tidak tertulis yang akan secara otomatis menimbulkan pandangan negatif tentang sang wanita apabila dilanggar. Namun, bukan berarti para pria tidak diatur dalam norma-norma yang sama, hanya saja mereka dapat lebih leluasa dan bebas dengan pelanggaran-pelanggaran ringan.

Sebagai contoh, wanita dan pria sama-sama akan tampak buruk apabila berkata kasar, tetapi hal ini akan terlihat lebih buruk apabila wanita yang melakukannya. Aktivitas merokok tidak baik untuk kesehatan bagi pria maupun wanita. Namun, tidak sedikit orang yang akan memandang buruk apabila seorang wanita kedapatan tengah merokok.

Dalam kasus-kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, hingga fenomena catcalling, para pria hanya disalahkan dan dijatuhi hukuman atas apa yang telah mereka perbuat, tetapi dengan tuduhan lanjutan pada para wanita yang diklaim menggunakan pakaian minim atau menampilkan gestur-gestur tertentu sehingga menyebabkan sang pria melakukan tindak kejahatan seksual tersebut. Padahal, wanita yang mengenakan hijab, jilbab, khimar, bahkan niqab masih berpotensi menjadi korban kejahatan seksual oleh komunitas fetish tertentu yang belakangan dikenal sebagai Akhwat Hunters.

Pada akhirnya, kejahatan seksual yang menimpa korban wanita tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada tata busana mereka.

Gerakan dan aksi protes tentang kesetaraan hak-hak perempuan dan laki-laki tidak hanya sekali-dua kali dilakukan, atau hanya pada momen-momen tertentu seperti gelaran Women’s March ini. Pertanyaan besarnya adalah, meski telah sering aksi ini digelar, mengapa perempuan tampak masih belum mendapatkan tuntutan mereka secara penuh? Layaknya buruh yang setiap tahun mengajukan tuntutan berbeda tiap tanggal 1 di bulan Mei, perempuan selalu datang dengan tuntutan yang berbeda di tiap tahunnya.

Perempuan memang tidak lepas dari citra feminin yang dianggap inferior dibandingkan dengan citra maskulin milik pria, dan runtuhnya dogma ini adalah sebuah hal utama yang diperjuangkan para perempuan melalui aksi dan gerakan-gerakan feminis. Hal-hal mengenai kesetaraan hak dan keadilan hukum adalah tembusan dari tujuan utama tersebut, yang secara bersama-sama diyakini akan dicapai secara berangsur-angsur.

Menilik kembali tuntutan soal kesetaraan hak, bukankah ini berarti para pria juga berhak melakukan unjuk rasa yang serupa? Para pria pun belum tentu secara penuh mendapatkan hak-hak mereka secara penuh, lantas mengapa tidak ada aksi serupa seperti Men’s March, misalnya?

Perlu diketahui bahwa gerakan feminisme tidak sama dengan gerakan anti-pria atau anti-maskulin. Sebagai makhluk dengan hak-hak asasi yang sama, wanita juga perlu menghargai pria sebagai bukti dan contoh penerapan akan tuntutan kesetaraan dalam aksi-aksi feminisme. Refleksi dan tengoklah ke dalam, sudahkah wanita memperlakukan pria sebaik tuntutan-tuntutan perlakuan atas diri mereka? Perlahan tapi pasti, mari sama-sama mendoakan yang terbaik untuk para wanita, untuk segala aksi positif di kemudian hari, untuk keadilan dan realisasi tuntutan bagi gender ini.

Selamat Hari Perempuan Internasional, semoga para wanita kian jantan dengan gerakan-gerakan perubahan dilandasi penilaian atas diri serta prestasi yang membanggakan di kemudian hari.

Kolom terkait:

Belajar dari Gerakan Women’s March Washington

Menuju Gerakan Perempuan Baru [Catatan Perempuan 2016]

Menanti Invasi Kaum Perempuan

Ekofeminisme: Berharap Pluralisme dari Agama yang Erotis

Menjadi Subjek di Tengah Budaya Patriarki

Kezia Maharani
Kezia Maharani
Blogger, Traveller, Mahasiswa Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.