Selasa, Oktober 15, 2024

Agar Horor Brexit Tak Terulang

Darmaningtyas
Darmaningtyas
Analis pendidikan/Pengurus PKBTS (Persatuan Keluarga Besar Tamansiswa) di Yogyakarta; aktif di MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) dan Ketua INSTRAN (LSM Transportasi) di Jakarta.
Puluhan kendaraan pemudik tampak antre menuju gerbang tol Cipali-Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (21/6). Memasuki H-4 lebaran, arus mudik di tol Cipali terpantau padat. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Kasus meninggalnya 17 orang pemudik di ruas tol Brebes Timur atau Brexit akibat kemacetan panjang selama berjam-jam saat mudik Lebaran 2016 lalu, yang kemudian dikenal sebagai horor Brexit, membuat pemerintah pada mudik tahun 2017 ini bekerja ekstrakeras untuk mewujudkan transportasi mudik Lebaran yang lebih lancar dan berkeselamatan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memanfaatkan tol fungsional dari Brexit – Pemalang – Batang. Tol fungsional itu sesungguhnya adalah ruas calon jalan yang kemudian dipasangi beton (lean concrete/LC) agar dapat dilewati kendaraan untuk sementara waktu saja. Usai arus mudik Lebaran, beton itu dibongkar lagi, baru kemudian dibangun jalan tol yang sesungguhnya.

Bila hanya melihat dari satu aspek (ekonomis) saja tentu ini pemborosan, karena untuk bangun beton satu kilometer biayanya sekitar 1 miliar rupiah, tinggal hitung berapa kilometer saja yang dipasangi beton. Namun, karena kelancaran dan keselamatan pemudik itu jauh lebih penting, maka aspek ekonomisnya bisa dinomorduakan. Sebab, masyarakat pun tidak akan mempersoalkan masalah pemborosan pembangunan infrastruktur, tapi yang dipersoalkan adalah tingkat kelancaran dan keselamatan dalam penyelenggaraan mudik Lebaran.

Horor Brexit dulu terjadi karena semua pemudik euforia menggunakan tol Cipali dan mayoritas keluar di Brexit. Akibatnya stag di akses Jalan Pantura. Kemacetan di akses Jalan Pantura itu berekses panjang sampai ke pintu tol Brexit dan bahkan sampai ke tol Cipali. Sementara itu, pengelola tol tidak mengantisipasi dengan membuat U-turn yang memungkinkan kendaraan yang terjebak macet dapat putar balik untuk kembali ke Jakarta atau mencari jalan alternatif.

Belajar dari kasus horor Brexit tahun 2016 itu, pada mudik 2017 ini pemerintah berusaha mencari solusi terbaik, yaitu memfungsikan tol Brexit – Pemalang – Batang. Sifatnya memang fungsional, dapat dilalui mobil yang akan mudik, sehingga dapat memecah arus kendaraan di Pantura, tidak hanya bertumpu di Brexit saja.

Penggunaan tol fungsional untuk dilalui kendaraan mudik sedikit mengurai permasalahan di Brexit sehingga horor Brexit diharapkan tidak terulang lagi, karena pintu keluar tol (exit toll) makin banyak. Jika pada mudik 2016 pintu keluar tol itu hanya ada di Pejagan, Brebes Barat, dan Brebes Timur; pada mudik 2017 pintu keluar tol selain ada di tiga tempat tadi, juga terdapat di ruas Tol Brexit – Pemalang – Batang, yaitu di Sewaka, Beji (masuk Pantura), Bojong (langsung ke Banjarnegara), Kandeman yang langsung masuk Pantura, SS Tulis, Kedung Segog (7 km dari Pantura), Banyuputih, dan Gringsing.

Ketersediaan pintu tol yang banyak itu diharapkan dapat memecah konsentrasi mobil pemudik dari satu pintu keluar ke banyak pintu keluar, tidak menumpuk di salah satu titik saja. Betul bahwa semua mobil yang melintas di tol Trans Jawa (Cikampek – Batang) akan bermuara di Jalan Pantura. Tapi karena tidak semua mobil akan menuju ke Semarang, ada yang berhenti di Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, dan bahkan ada yang ke Banjarnegara atau Temanggung; maka kemacetan di Pantura akan cepat diurai.

Terjadinya konsentrasi kendaraan di Jalan Pantura dapat diminimalisasi dengan pintu keluar dan tujuan perjalanan yang beragam tersebut. Pada mudik 2016 semua mobil yang akan menuju ke Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, dan Semarang keluar di Brexit, sehingga kemacetan di Pantura dari Brebes sampai Semarang tidak terelakkan. Tapi sekarang, kendaraan yang akan keluar di Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, dan Semarang dapat keluar melalui pintu keluar terdekat.

Sejumlah kendaraan pemudik memadati gerbang tol Cipali-Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (21/6). Memasuki H-4 lebaran, arus mudik di tol Cipali terpantau padat. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Keberhasilan pemerintah membangun empat jalan layang (flyover) di Dermoleng, Klonengan, Kesambi, dan Kretek (Brebes)–yang pada 2016 menjadi salah satu sumber kemacetan di Pantura–dapat memperlancar arus kendaraan di Pantura. Memang, ada catatan teknis yang perlu mendapat perhatian pada calon pemudik, yaitu ruas tol Pejagan – Pemalang terdapat sejumlah jembatan yang proses pembangunannya baru saja usai, seperti UB Kaligangsa, UP KAI Adiwerna, UB Kaligung, UB Kali Calaban, Cali Cenang, dan Kali Rambut.

Di jembatan-jembatan yang baru usai terbangun itu sebaiknya dihindari adanya beban statis berupa kendaraan macet di atas jembatan. Kecuali itu, karena masih fungsional, dengan konstruksi ala kadarnya, maka kecepatan yang direkomendasikan 40 km/jam dan di setiap jembatan baru sebaiknya dijaga agar tidak terjadi kemacetan di atas jembata. Beban statis di atas jembatan berupa kendaraan yang macet dalam membahayakan konstruksi jembatan.

Pelanggaran kecepatan bisa berakibat timbulnya kecelakaan. Tiga kasus kecelakaan yang terjadi pada 20 dan 21 Juni di jalur tol fungsional adalah kecelakaan tunggal. Kecelakaan tunggal tersebut ditengarai karena melebihi batas kecepatan yang sudah ditentukan sehingga pengemudi tidak mampu mengendalikan kendaraan pada saat melewati gronjalan atau jalan yang tidak merata. Oleh karena itu, masalah batas kecepatan maksimal 40 km/jam perlu diperhatikan oleh para pemudik agar horor Brexit tidak terulang di tol fungsional Brexit – Pemalang – Batang.

Perbaikan akses mudik tidak hanya terjadi di jalur Jakarta – Semarang saja, tapi juga Semarang – Solo, dan Solo – Surabaya. Arus dari Semarang sampai Bawen lancar karena sudah ada tol Semarang – Ungaran – Bawen. Demikian pula ruas Semarang – Surabaya sepanjang 227 km (fungsional maupun operasional) bisa membantu memparlancar arus mudik.

Perbaikan akses jalan juga terjadi di luar Jawa. Ruas tol Trans Sumatra yang sudah dapat difungsikan mencapai 65 km, yaitu Jalan Tol Bakauheni – Terbanggi Besar Paket 2 (Sidomulyo – Kotabaru) Segmen SS Kotabaru – SS Lematang; Jalan Tol Palembang –Indralaya Seksi 1 (Palembang – Pamulutan); Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi Seksi 2 -6 (Bandara Kualanamu – Kota Sei Rampah); Jalan Tol Medan – Binjai Seksi 2 (Helvetia – Semayang) dan Seksi 3 (Semayang –Binjai).

Hanya saja, menurut Rilis PUPR, 18 Juni 2017, ruas tol Palembang – Indralaya, mengarah ke Jalan Lintas Tmur Palembang – Lampung di Kabupaten Ogan Ilir Sumatra Selatan, tepatnya di km 1 +350 akses Pemulutan, sempat mengalami amblas. Meskipun sudah ditangani oleh kontraktor (PT Hutama Karya), tetap perlu diwaspadai agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan saat mudik.

Namun, baik di Jawa maupun luar Jawa, terutama Sumatra yang perlu diwaspadai adalah adanya potensi tanah longsor yang akan mengganggu kelancaran arus mudik, terlebih apabila tanah longsor tersebut menggerus atau menimpa badan jalan. Beberapa ruas potensi tanah longsor yang sudah berhasil diidentifikasi oleh pemerintah itu antara lain ruas DIY – Kebumen – Kebumen – Buntu – Wangon – sampai perbatasan Jawa Barat.

Sedangkan di Pulau Sumatra menurut identifikasi Kementerian PUPR adalah di ruas Kabanjahe – Lawe Pakam dan Tarutung – Sibolga (Sumatra Utara), Pekanbaru – Kandis dan Pekanbaru Payakumbuh (Riau), Pekanbaru – Jambi, serta Lahat – Batas Bengkulu (Sumatra Selatan). Para pemudik sebaiknya waspada melewati daerah rawan longsor tersebut.

Angkutan mudik yang cukup mantap pada tahun 2017 ini tampaknya adalah angkutan kereta api. Angkutan KA selama lima tahun terakhir memang telah menjadi sarana transportasi yang andal dalam mudik Lebaran: tidak pernah kecelakaan, tepat waktu, aman, dan nyaman. Angkutan udara sebetulnya juga cukup andal, tapi harga tiketnya yang tinggi tidak bisa dijangkau oleh semua warga. Meski demikian, Kementerian Perhubungan memprediksikan bahwa pertumbuhan angkutan udara pada mudik 2017 tetap yang tertinggi, yaitu mencapai sembilan persen, sedangkan moda angkutan umum yang kurang diminati adalah bus yang diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2,11%.

Angkutan laut masih cukup besar peminatnya, tapi problemnya selalu keterbatasan kapasitas, sehingga operator umumnya mengangkut jumlah penumpang melebihi kapasitas (di atas 100%). Padahal, mengangkut penumpang lebih dari kapasitas itu amat berisiko terhadap keselamatan, terlebih bulan Juni gelombangnya relatif masih tinggi, perlu kewaspadaan yang ekstra.

Darmaningtyas
Darmaningtyas
Analis pendidikan/Pengurus PKBTS (Persatuan Keluarga Besar Tamansiswa) di Yogyakarta; aktif di MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) dan Ketua INSTRAN (LSM Transportasi) di Jakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.