Jumat, April 26, 2024

Sandiaga Uno Sang Piawai Investasi

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia

Menuju momentum pergantian kepemimpinan nasional pada 2024 mendatang, penulis akan mengulas tokoh-tokoh yang potensial untuk maju dalam kancah politik tersebut. Tulisan akan disajikan berseri. Publik diharapakan dapat memberikan penilaian objektif ketika nanti menjatuhkan pilihan.

Tahun politik 2024, menjadi tahun penentuan setelah periode kedua Jokowi berakhir. Apakah pondasi kerja-kerja pembangunan yang telah diletakkan oleh Jokowi akan berlanjut, atau bangsa ini akan mengalami setback kembali? Atau setidaknya stagnasi seperti terjadi pada era sebelumnya?

Usia pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin sendiri baru melewati 100 hari. Presiden menegaskan bahwa tidak ada target tertentu dalam masa seumur jagung tersebut. Tetapi publik tetap saja memberikan penilaian terhadap kinerja pemerintahan baru ini.

Salah satu pandangan dilontarkan oleh Sandiaga Salahuddin Uno, mantan wakil gubernur DKI Jakarta yang kemudian bertarung sebagai calon wakil presiden pada Pilpres lalu. Sebagai bekas rival, Sandi memberikan apresiasi sekaligus kritik kepada kabinet baru khususnya dari aspek perekonomian.

Seperti banyak diprediksi, pertumbuhan ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Di sisi lain Sandi mengaku terkejut dengan membaiknya neraca perdagangan dan investasi. Tetapi Sandi juga menyebutkan adanya masalah klasik yang berpotensi menghambat perbaikan ekonomi.

Di antara yang menjadi titik perhatian Sandi adalah soal reformasi birokrasi, utamanya pembahasan rancangan undang-undang (RUU) Omnibus Law yang sedang bergulir. Di tengah pro-kontra, Sandi meyakini bahwa Omnibus Law baik bagi investasi yang berarti pula menggerakkan dunia usaha.

Sebagai catatan, ada tiga Omnibus Law yang sedang diajukan bertahap, yaitu tentang cipta lapangan kerja, perpajakan, dan UMKM. Sebagai pegiat entrepreneur, Sandi menilai bahwa percepatan transformasi dari pusat produksi ke arah distribusi akan menggairahkan pelaku bisnis UMKM.

Sebelum terjun ke dunia politik, Sandi adalah pengusaha nasional yang bergerak dalam bidang investasi. Selain itu Sandi juga pernah menjabat ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan ketua komite tetap bidang UMKM Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

Sandi dilahirkan dari pasangan Razif Halik (Henk) Uno dan Rachmini Rahman (Mien R Uno) pada tahun 1969. Keduanya pertama kali bertemu saat pesta mahasiswa di Bandung, di mana Henk sedang kuliah teknik sipil ITB dan Mien menempuh pendidikan di IKIP Bandung.

Dari garis ayahnya, Sandi memperoleh darah cendekiawan dan penguasa lokal di Gorontalo. Salah satu paman Sandi adalah J.A. Katili, doktor geologi ITB pertama yang kemudian berkarier di Kementerian Pertambangan dan menjadi wakil ketua MPR pada masa akhir Orde Baru.

Kakek Sandi, Abdul Uno, yang menjabat kepala dinas kehutanan Gorontalo juga berkecimpung dalam politik nasionalis lokal. Selain menerbitkan jurnal intelektual Ponoewa, Abdul Uno mendirikan Gerakan Kebangsaan Indonesia (Gerkindo) yang kemudian melebur ke Partai Nasional Indonesia (PNI).

Sedangkan keluarga ibu Sandi, Mien Uno, berlatar belakang pendidik. Setelah lulus kuliah, Mien sempat menjadi ibu rumah tangga saat Henk Uno bekerja di Caltex, perusahaan Amerika di Riau. Mien melahirkan Sandi dan kakaknya Indra Cahya Uno hingga beranjak remaja di provinsi kaya minyak itu.

Baru setelah pindah ke Jakarta, Mien mulai mengembangkan karir pendidikan dan membuka sekolah kepribadian. Mien dipercaya sebagai sekretaris umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan pernah dinobatkan sebagai wanita berbusana terbaik oleh majalah Mode.

Selepas kuliah bisnis di Amerika, Sandi sempat bekerja sebagai manajer investasi di beberapa perusahaan. Bersama teman SMA-nya, Rosan Perkasa Roeslani, Sandi lalu mendirikan perusahaan sendiri yang bergerak di bidang konsultasi keuangan, PT Recapital Advisors.

Perusahaan kedua yang dibangun Sandi adalah PT Saratoga Investama Sedaya, didirikan bersama Edwin Soeryadjaya yang tidak lain adalah putera pendiri Astra, William Soeryadjaya. Perusahaan inilah yang menjadi ujung tombak bisnis Sandi dalam membenahi kinerja keuangan sejumlah perusahaan besar.

Kepiawaian dan tangan dingin Sandi terbukti dengan moncernya perusahaan-perusahaan yang ditangani Saratoga. Di antaranya adalah perusahaan batubara terbesar Adaro Energy, infrastruktur telekomunikasi Tower Bersama, dan consumer otomotif PT Mitra Pinasthika Mustika.

Saratoga juga tercatat membenamkan investasi dalam pembangunan jalan tol Cipali yang kini menjadi urat nadi jaringan tol TransJawa. Masih di sektor sumber daya alam, Saratoga memiliki tambang emas di Banyuwangi melalui Merdeka Copper. Di sektor sawit, Saratoga berinvestasi lewat Provident Agro.

Sukses di bisnis, Sandi memutuskan terjun ke politik dengan menerima tawaran bergabung ke Gerindra. Kiprah Sandi melejit setelah memenangkan Pilkada DKI 2017, berpasangan dengan Anies Baswedan mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan rivalnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Karier politik Sandi terus menanjak setelah dipinang oleh Prabowo Subianto sebagai cawapres. Selama musim kampanye, Sandi blusukan ke 1.550 titik, dan meneruskan program andalan OK OCE saat Pilkada DKI. Program yang dikemas sebagai membangun kewirausahaan untuk menciptakan lapangan kerja.

Meskipun kalah dalam Pilpres, investasi politik Sandi terasa ketika namanya disebut oleh Jokowi dan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan sebagai kandidat kuat capres 2024. Sandi juga memelihara hubungan baik dengan Erick Thohir, sahabat sejak remaja yang menjabat Menteri BUMN.

Sandi masih harus bersaing dengan nama-nama besar lain yang seperti halnya Jokowi merupakan produk dari pemilihan langsung. Di antaranya gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah.

Sandi sendiri berhasil memenangkan Pilkada DKI dan sempat mencicipi posisi sebagai Wakil Gubernur DKI. Sementara itu pengalaman panjang Sandi sebagai pengusaha nasional dan entrepreneur menjadi nilai kekuatan yang tidak dimiliki para kompetitor tersebut.

Portofolio Sandi di bidang investasi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan ketika pemerintahan Jokowi harus berjibaku mendatangkan investasi dari luar negeri. Jokowi memang sukses membangun infrastruktur, tetapi tampak kesulitan mencari untung dari dampak perang dagang Amerika vs Tiongkok.

Di sisi lain terdapat kelemahan dan hambatan yang harus dihadapi Sandi. Pertama soal kendaraan politik, di mana keputusan Gerindra tergantung angin politik Prabowo. Kedua, soal basis massa. Pada Pilkada DKI 2017 (Anies-Sandi) dan Pilpres 2019 (Prabowo-Sandi), suara banyak didapatkan dari sentimen isu sektarian. Hal ini menjadi beban bagi citra personal Sandi ke depan untuk meraih dukungan kelompok-kelompok moderat, sehingga harus mampu lepas dari persepsi publik tersebut.

Apapun itu, tidak salah jika penulis meyakini bahwa Sandiaga Uno berpeluang kuat maju dalam kancah politik 2024. Publik masih akan mencermati bagaimana karier politik Sandi dalam tahun-tahun menuju ke sana, dalam mendulang kepercayaan publik hingga apakah berhasil maju dalam kontestasi

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.