Minggu, November 24, 2024

Republika dan Pesan Perubahan

Desvian Bandarsyah
Desvian Bandarsyah
Dekan FKIP UHAMKA dan Intelektual Muhammadiyah
- Advertisement -

Hari ini, Sabtu, 31 Desember 2022, Republika, koran resmi “Umat Islam”, telah menyatakan diri tutup sebagai media nasional yang terbit dalam edisi cetak dan beralih sepenuhnya menjadi media yang terbit dalam edisi digital.

Keputusan ini diambil oleh Republika sebagai konsekuensi dan respon dari perkembangan dunia digital dan keinginan untuk tetap survive sebagai media nasional, meskipun disayangkan oleh banyak pihak. Dengan oplah terbitan yang semakin menurun dari tahun ke tahun, Republika semakin kesulitan untuk bertahan sebagai media cetak. Sementara persaingan dengan berita online semakin sengit dan menggerogoti daya tahannya untuk bertahan.

Realitas jagad dunia dalam era super modern yang semakin mendorong arus deras informasi dan surplus informasi yang luar biasa, tidak menjadi insentif bagi perkembangan penerbitan media cetak nasional, termasuk Republika. Karena era yang ditandai dengan kemajuan luar biasa dari teknologi informasi dalam kurun lima belas tahun belakangan ini, proyek besarnya diambil oleh digitalisasi kehidupan sebagai bagian dari “pemilik saham” yang paling dominan dari era dimaksud.

Perkembangan internet dan digitalisasi kehidupan telah menggeser pola kebudayaan manusia global, terutama pada perilaku dalam konsumsi dan akses terhadap berbagai sektor kehidupannya. “Kematian” yang dialami Republika adalah jenis kematian yang “niscaya”. Kematian semacam itu juga dialami sektor bisnis lainnya yang berkutat di dalam pusat-pusat perbelanjaan modern. Bagaimana pusat-pusat perbelanjaan mengalami nasib serupa tapi tidak sama dengan Republika dan bisnis mereka beralih ke dunia digital. Mereka sudah ditinggalkan sejak beberapa tahun belakangan ini oleh pelanggannya akibat proses digitalisasi yang melanda kehidupan bersama.

Isu mengenai gulung tikarnya media cetak kenamaan dalam jagad penerbitan, akibat perubahan pola perilaku membaca manusia, tidak hanya dialami oleh Republika semata. Media cetak kenamaan di Amerika, semacam Gazzete Mail, New York Times, Tibune Co, Newsweek, dan lain-lain. Media cetak itu rata-rata memiliki sejarah dan tradisi cetak panjang dengan usia lebih dari 1 abad juga dan bahkan lebih dahulu mengalami hal itu. Sejak awal dekade 2000-an menyatakan tutup dan bermigrasi menjadi media terbitan online, antara lain disebabkan kemampuan meregulasikan diri di era cetak semakin melemah dan pola konsumsi informasi yang mengalami shifting dari pola cetak kepada pola online.

Itu juga yang terjadi dengan Republika, terbit pertama kali pada 3 Januari 1993 secara cetak, sejak beberapa hari lalu menyatakan tidak lagi terbit secara cetak per- 1 Januari 2023 esok hari. Republika sepenuhnya memasuki dunia digital. Pembaca Republika memasuki era baru dalam membaca Republika. Sebentar lagi pemain besar dalam media cetak lainnya, semacam KOMPAS dan TEMPO menyusul juga nampaknya.

Antara lain, perubahan semacam inilah yang diramalkan oleh Alvin Toffler, seorang futurolog kenamaan dalam Future Shock, 1970 sebagai kejutan masa depan. Kejutan masa depan itu menjadikan manusia mengalami keterkejutan budaya. Kehidupan dan manusia yang hidup mengalami goncangan dan pergeseran (disruption and shifting) secara kultural dan nilai. Kejutan budaya itu berlangsung sebagai refleksi atas ketidaksiapan manusia menghadapi perubahan yang berlangsung seolah-olah begitu saja. Padahal ia direkayasa dan rekayasa itu terus berlangsung dilakukan oleh kepentingan kapital-global yang hadir dalam banyak wajahnya.

Manusia tidak lagi bisa hidup normal dalam era kenormalan abad sebelumnya, bahkan dalam era sepuluh atau limabelas tahun lalu. Proses digitalisasi telah memaksa manusia dengan kebiasaan dan lingkungan tradisionalnya untuk berubah. Pesan perubahan yang disampaikan Republika adalah pesan yang berulang dari berbagai eksistensialitas subjek dalam kehidupan yang berupaya menghindarkan diri menjadi objek dalam kehidupan atau bahkan punah.

Setiap entitas kehidupan dalam konsep ruang dan waktu memerlukan kepekaan dan kewaskitaan untuk memahami perubahan, perlu mengembangkan gagasan dengan nalar “sense of relativity”, sehingga perubahan bukan menjadi sesuatu yang mengancam apalagi menakutkan. Ia adalah bagian dari pola kehidupan yang telah berlangsung sepanjang perkembangkan sejarah peradaban manusia.

Manusia dalam kehidupannya, perlu menjalani satu evolusi kebudayaan baru, yang didasarkan atas sikap kritis dan reflektif. Sikap yang membuatnya dapat melakukan kritik dan koreksi, memodifikasi, dan bahkan mengganti ide-ide lama, sikap dan perilaku lama yang cenderung tidak sejalan dengan perkembangan dan nilai kehidupan baru. Hal itu bukan disebabkan oleh berbagai sikap dan perilaku kehidupan sebelumnya menjadi buruk, tetapi cara-cara itu cenderung tidak bisa bertahan dan beradaftasi dengan tuntutan perubahan.

- Advertisement -

Maka kredo dan pakem lama perlu ditinjau ulang. Apakah cara pandang, sikap, dan penilaian kita masih relevan dalam dengan situasi di sekeliling kita. Apakah akal pikiran dan kata-kata, serta perlakuan kita terhadap realitas yang terus berubah masih masih tepat dan pantas untuk dipertahankan. Semua itu menuntut perenungan dan refleksi.

Muhasabah dan koreksi diri. Itulah entitas dari jiwa yang berpikir dan merenung. Melongok ke diri dan jiwa yang tersembunyi dalam hiruk-pikuk kehidupan guna memfungsikan akal dan jiwanya untuk menyadari dan meningkatkan mutu dari eksistensialitasnya.

Itulah yang membangkitkan batang terendam dari kesadaran individu manusia untuk mengangkat keterendaman kesadaran itu kepermukaan jiwa dan kehidupannya. Itu pula yang dimaksudkan Allah dalam Al-Qur’an pada surat Ali Imran, ayat 190:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Desvian Bandarsyah
Desvian Bandarsyah
Dekan FKIP UHAMKA dan Intelektual Muhammadiyah
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.