Kamis, September 25, 2025

Polusi Udara: Pembunuh Senyap yang Merusak Otak dan Tubuh

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Di tengah dunia yang terpecah oleh berbagai hal—mulai dari perbatasan di peta, perbedaan bahasa, hingga keragaman politik dan budaya—tampaknya kesepakatan adalah hal yang langka. Namun, ada satu ancaman tak terlihat yang ironisnya menyatukan hampir setiap negara di Bumi: udara yang tercemar. Ancaman ini tidak hanya sekadar membuat kita batuk. Jauh lebih dalam dari itu, ia meresap ke dalam tubuh dan pikiran kita, menimbulkan kerusakan yang serius.

Sebuah laporan terbaru mengungkap dampak mengerikan dari polusi udara, yang menunjukkan hubungannya dengan demensia—sebuah penyakit yang secara perlahan menghancurkan sel-sel saraf otak. Kabar ini sungguh mencemaskan, tetapi sayangnya, ini hanya satu dari sekian banyak dampak buruk yang ditimbulkan oleh udara kotor.

Gejala-gejala demensia sering kali datang secara perlahan, seperti lupa di mana meletakkan kunci, bingung mengapa kita membuka pintu kulkas, atau bahkan lupa nama orang terdekat. Sulit untuk mendeteksi kapan tanda-tanda kecil ini mulai muncul, atau kapan mereka akhirnya mengambil alih kehidupan seseorang sepenuhnya. Namun, satu hal yang pasti: demensia adalah penyakit yang melemahkan dan dapat melumpuhkan, mengubah kehidupan penderitanya dan orang-orang di sekitarnya.

Demensia adalah penyebab utama disabilitas dan ketergantungan secara global, serta menempati posisi ketujuh sebagai penyebab kematian di seluruh dunia. Penyakit ini memengaruhi puluhan juta jiwa di seluruh dunia, dan selama bertahun-tahun, dunia medis menganggap faktor genetik dan usia sebagai penyebab utama. Namun, sebuah temuan revolusioner telah mengguncang pandangan ini: munculnya polusi udara sebagai kontributor utama yang sebelumnya tidak terduga.

Sebuah laporan terbaru menegaskan bahwa paparan terhadap udara yang kotor dapat menjadi pemicu berbagai jenis demensia yang mematikan. Udara yang kita hirup mengandung partikel halus berbahaya yang dapat masuk ke dalam tubuh dan memicu pembentukan gumpalan protein beracun. Seiring dengan menyebarnya racun ini, sel-sel saraf di otak kita akan mati, yang pada akhirnya memicu timbulnya penyakit neurodegeneratif. Dampaknya tidak berhenti di situ. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa polusi udara memiliki efek yang jauh lebih luas pada kesehatan mental dan kognitif kita.

Selain meningkatkan risiko demensia, udara yang tercemar juga dapat melemahkan kemampuan kita untuk fokus pada tugas sehari-hari. Ia juga terbukti meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan bahkan psikosis. Lebih jauh lagi, polusi ini dapat mengurangi fungsi kognitif kita dan menyebabkan kerusakan struktural pada otak. Jadi, setiap kali kita menghirup udara yang kotor, kita tidak hanya membahayakan paru-paru, tetapi juga melukai pusat kendali tubuh kita, yaitu otak.

Polusi udara tidak hanya menyerang otak; ia adalah musuh yang merusak seluruh sistem tubuh. Dari lapisan kulit terluar hingga saraf yang sensitif dan organ vital di dalam, tidak ada bagian tubuh yang luput dari ancamannya. Menghirup udara yang tercemar secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, seperti asma, penyakit paru-paru, kanker paru-paru, hingga serangan jantung dan stroke. Ini adalah kenyataan suram yang memengaruhi kesehatan kita dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Studi menunjukkan bahwa polusi udara memiliki kekuatan untuk memangkas rentang hidup kita. Dampaknya terasa sejak usia paling muda. Anak-anak yang terpapar udara kotor memiliki risiko lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan kronis di kemudian hari. Kondisi ini sungguh ironis, karena meskipun ancaman ini sudah begitu jelas, hampir setiap negara di Bumi masih berjuang melawan masalah udara kotor.

Hanya segelintir negara—yaitu Australia, Selandia Baru, Islandia, dan Estonia—yang berhasil memenuhi standar kualitas udara yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara itu, negara-negara seperti Chad, Bangladesh, Pakistan, Republik Demokratik Kongo, dan India berada di ujung spektrum yang berlawanan, dengan tingkat polusi yang setidaknya 10 kali lebih tinggi dari batas yang dianjurkan. Negara-negara ini adalah “pelanggar” terburuk, tetapi sebagian besar populasi dunia, tanpa disadari, menghirup udara yang secara perlahan-lahan merenggut nyawa mereka.

Polusi udara adalah hasil dari pembakaran bahan bakar fosil, tingginya volume lalu lintas kendaraan, dan diperparah oleh perubahan iklim. Hubungan ini membentuk lingkaran setan. Perubahan iklim tidak hanya menciptakan kondisi yang memperburuk polusi, tetapi juga memicu kejadian seperti kebakaran hutan yang masif dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya.

- Advertisement -

Satu hal yang perlu kita pahami adalah bahwa kualitas udara tidak mengenal batas negara. Kita telah menyaksikan bagaimana polusi dari kebakaran hutan di Kanada dapat melintasi Samudra Atlantik dan mencapai benua Eropa. Ini menunjukkan bahwa polusi udara dan perubahan iklim adalah isu yang saling terhubung dan tidak bisa diselesaikan secara terpisah. Mereka berasal dari sumber yang sama, dan setiap komponen yang memengaruhi polusi udara juga memiliki dampak pada iklim, begitu juga sebaliknya.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pergeseran kebijakan yang drastis. Ini termasuk pendanaan yang lebih besar untuk proyek energi terbarukan dan transportasi umum, serta pembangunan infrastruktur yang mendukung berjalan kaki dan bersepeda. Pemerintah juga perlu menerapkan larangan keras terhadap praktik seperti pembakaran limbah pertanian.

Selama perubahan nyata belum terjadi, hampir semua orang di seluruh dunia akan terus menghirup udara yang merusak tubuh dan pikiran mereka. Bukti ilmiahnya sudah sangat jelas, dan biaya dari kelambanan akan sangat mahal. Sudah saatnya kita tidak lagi menganggap udara bersih sebagai kemewahan, melainkan hak asasi manusia yang mendasar.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.