Jumat, April 26, 2024

Tangisan Itu Adalah Kekuatan

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Istri Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Veronica Tan, menyeka air mata ketika memberikan keterangan kepada wartawan mengenai pembatalan pengajuan banding atas putusan hakim, di Jakarta, Selasa (23/5). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Mata itu berkaca-kaca, dan perlahan-lahan, titik-titik air bergulir, seperti embun yang menetes di dedaunan. Mulutnya bergetar, kata-kata yang keluar dari bibirnya terdengar lirih, semua mata tertuju kepadanya, dan semesta pun hening. Demikianlah suasana yang terlihat pada saat Bu Vero, panggilan akrab Veronica Tan, membacakan surat dari suaminya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Perempuan tegar yang sehari-hari menemani sang suami selama memimpin Ibu Kota Jakarta dengan segala suka dan dukanya itu seolah tak kuasa menahan rasa sedihnya ketika membacakan surat suaminya tercinta. Ia tak kuat menahan linangan air matanya, bahkan sempat tersedu-sedu. Pengacara yang juga adik dari suaminya tampak menepuk-nepuk bahu Bu Vero untuk memberinya kekuatan.

Namun, adegan tersebut tidak berlangsung lama. Bu Vero agaknya tidak larut dalam kesedihan yang mendalam. Ia mampu melanjutkan bacaan surat suaminya itu sampai selesai dengan suara yang masih terdengar jelas. Tujuan konferensi pers untuk memberi pernyataan bahwa Ahok membatalkan upaya bandingnya pun berlangsung lancar.

Tangisan Manusiawi
Tangisan Bu Vero segera menjadi perbincangan luas. Di media sosial pun langsung menjadi trending topic. Beragam pandangan dan tanggapan atas tangisan itu bermunculan. Meskipun sebagian besar memberikan semangat dan dukungan, ada saja yang menyebutnya sebagai tangisan kepura-kepuraan, tangisan keputusasaan. Bahkan ada yang tega menyebutnya sebagai sedang menerima karma akibat perbuatan suaminya.

Mengapa Bu Vero menangis? Menangis sesungguhnya adalah hal yang sangat manusiawi. Tidak seorang pun yang bisa membebaskan dirinya dari tangisan. Bahkan jika ia seorang laki-laki. Sebab, menangis tidak melulu identik dengan perempuan. Seperkasa apa pun seorang laki-laki, ia juga bisa menangis pada saat-saat tertentu.

Oleh karena itu, menangis jauh lebih baik daripada berpura-pura kuat menahan diri supaya kelihatan tegar. Sia-sialah orang yang berusaha keras tidak kelihatan menangis terutama di hadapan publik hanya karena ingin dipandang sebagai orang yang tegar. Melawan kecenderungan fitrah manusia seperti menangis, bagaimanapun, tidak akan menjadikan dirinya sebagai manusia super.

Dalam hal ini, Bu Vero sesungguhnya sedang menjalani fitrahnya sebagai seorang manusia yang pada suatu saat bergembira dan pada saat yang lain bersedih; pada waktu tertentu tertawa bahagia dan pada waktu lain menangis sedih; pada momen tertentu tersenyum dan pada momen yang lain muram. Sama sekali tak ada yang salah dengan itu.

Maka, tangisan Bu Vero adalah tangisan normal seorang manusia, dalam hal ini isteri dari suami yang tak lagi berada di sisinya untuk jangka waktu kurang lebih dua tahun, dan ibu dari ketiga anaknya yang juga harus merelakan waktu kebersamaan mereka dengan ayahnya. Perempuan mana pun, jika berada dalam posisi yang sama, pastilah akan merasakan kesedihan.

Tangisan Adalah Kekuatan
Namun kita tahu siapa Bu Vero sesungguhnya. Ia adalah seorang perempuan kuat yang bukan sekadar pendamping dan penglipur lara Ahok. Ia juga dikenal sebagai pekerja keras seperti Ahok sekaligus pemikir yang banyak memberikan kontribusi pemikiran terhadap suaminya. Salah satunya tentang RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak).

Bu Vero kadang tampil di publik, tetapi tidak semata-mata, meminjam istilah Erving Goffman dalam teori dramaturginya, sebagai upaya pengelolaan kesan (management of impression). Tetapi ia benar-benar tampil untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait dengan bagaimana mengelola lingkungan yang ada di Jakarta. Tentang hal ini banyak kesaksian yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya termasuk tim sukses suaminya.

Bu Vero memiliki keyakinan penuh atas kemampuan dan kredibilitas suaminya untuk mengelola ibu kota ini. Karena itu, ia bahu membahu dengannya untuk membawa masyarakat Jakarta kepada yang lebih baik. Ia tidak pernah kehilangan kepercayaan terhadap suaminya, meski berbagai hujatan, fitnahan, dan upaya-upaya keji lainnya begitu sering dilancarkan oleh orang-orang yang membencinya.

Dan, ketika orang yang dicintainya itu masih tetap tegar bahkan di saat harus menjalani hukuman akibat kasus hukum yang sesungguhnya sarat dengan muatan politik itu, seperti tertuang dalam surat yang dibacakannya itu, Bu Vero benar-benar terharu dan bangga. Dan, keluarlah air mata itu.

Maka, air mata berharga yang keluar dari kedua mata Bu Vero, meski mengandung titik kesedihan di dalamnya, unsur kebanggaan pada suaminya tampaknya jauh lebih kuat. Ia justru semakin percaya bahwa pasti ada kekuatan di atas sana yang akan selalu menjaga suaminya. Seperti kata-kata suaminya di akhir suratnya, “…Gusti ora sare. Put your hope in the lord. Now and always. Mazmur 131 ayat 3. Kalau dalam iman saya. Saya katakana lord will work out his plan for my life. Mazmur 138 ayat 8a.”

Bu Vero tampaknya sadar bahwa ada banyak cara Tuhan memuliakan hamba-hamba-Nya. Mungkin penjara adalah salah satu cara Tuhan untuk memuliakan suaminya. Penjara, dalam rencana Tuhan, bukanlah akhir dari perjalanan seseorang, boleh jadi malah menjadi langkah awal menuju langkah-langkah besar selanjutnya.

Nelson Mandela, pemimpin Afrika Selatan paling populer, harus menjalani sebagian besar hidupnya di balik jeruji besi. Perjuangannya melawan politik apartheid membuatnya hidup dalam penderitaan. Namun akhirnya ia mendapatkan kebebasan, dan kemudian melakukan pembebasan seluruh rakyat Afrika Selatan, bahkan kawasan Afrika pada umumnya dari politik diskriminasi.

Nelson Mandela dipuja dan dikagumi tidak saja oleh rakyat di kawasan Afrika, melainkan oleh hampir seluruh umat manusia di dunia ini. Demikianlah Tuhan telah memperlihatkan kepada manusia salah satu cara-Nya mengangkat derajat hidup seorang hamba-Nya.

Bu Vero semakin yakin bahwa Tuhan sedang menyusun skenario yang indah untuk suaminya. Tangisannya, dengan demikian, adalah kekuatan yang dapat memberikan energi bagi suaminya, keluarga, dan semua orang yang percaya akan skenario Tuhan tersebut.

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.