Rabu, April 24, 2024

PKI Itu Pocong, DI/TII Adalah Begal

Eko Kuntadhi
Eko Kuntadhi
Pegiat Media Sosial

Partai Komunis Indonesia (PKI) bangkit lagi, kata orang. Seperti hantu yang bangkit dari kubur.

Orang-orang sibuk membicarakan hantu. Yang ada hanya desas-desus. Semuanya bicara katanya. Tapi, saat ditanya mana hantunya, semuanya menjawab tidak jelas.

Ok, kita tidak setuju PKI, sama seperti kita tidak setuju komunisme. Dunia juga sudah tahu, komunisme hanya omong kosong belaka. Uni Sovyet ambruk. Tembok Berlin runtuh. RRC saat ini lebih bergaya kapitalis dibanding komunis. Hanya Korea Utara yang memiliki pemimpin dengan rambut cepak ngangkang yang masih setia dengan jargon komunisme. Itu pun dibayar dengan penderitaan rakyatnya.

Di Indonesia, PKI hanya tinggal kisah hantu. Sejak 12 Maret 1966 PKI dan ormas pendukungnya resmi dibubarkan. Sebelumnya ribuan orang yang disangka anggota PKI mati dibunuh. Tokoh-tokohnya ditangkapi dan diasingkan di Pulau Buru.

Bukan hanya itu. Anak cucu orang yang disangkakan PKI atau simpatisannya juga kena imbas. Secara politik mereka dimatikan, secara ekonomi mereka dimiskinkan, secara sosial mereka diasingkan. Jadi, selain secara ideologi komunis sudah bangkrut, daya penopang mereka untuk tumbuh lagi juga tidak ada. Apa belum cukup hampir dua dasawarsa kita memberangus komunisme?

Justru yang kini paling pantas dicurigai adalah DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Jika dianggap sama-sama pemberontak dan tidak sesuai dengan falsafah Pancasila, justru kebangkitan DI/TII lebih nyata sekarang dibanding kebangkitan PKI.

Dulu mereka melakukan pemberontakan di Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan. Beberapa tokohnya di hukum mati. Tapi tidak seperti keluarga anggota PKI yang dihabisi baik nyawa, kesempatan ekonomi, politik dan sosial. Keluarga pemberontak DI/TII hidup nyaman-nyaman saja. Padahal kelakuannya sama dengan PKI, sama-sama anti-Pancasila. Sama-sama pemberontak. Sama-sama membuat kekacauan. Sama-sama menyusahkan rakyat.

Justru kebangkitan DI/TII jauh lebih terasa dibandingkan dengan kebangkitan PKI. Tokoh pendiri PKS, Hilmi Aminuddin, adalah anak seorang panglima Tentara Islam Indonesia. Justru dia sekarang asyik mendirikan partai. Toh, kita semua santai-santai saja. Meskipun, anehnya, orang-orang PKS yang paling ngotot menyebut kebangkitan PKI, mereka tidak pernah mau menyebutkan kebangkitan DI/TII. Padahal dosa DI/TII terhadap bangsa ini tidak kalah besar dengan dosa PKI.

Bukan hanya itu, kebangkitan DI/TII lebih terasa dengan hadirnya HTI dan kelompok gila khilafah. Saat ini ketika agama dimainkan untuk kepentingan politik, justru itu melegitimasi kebangkitan pemberontak DI/TII. Fenomena diharamkannya upacara bendera, dilarangnya hormat bendera, semaraknya isu agama dalam pemilu, banyaknya kekerasan atas nama agama adalah ciri-ciri kebangkitan ideologi DI/TII.

Justru ini yang jauh lebih berbahaya ketimbang komunisme. Kita tidak perlu takut komunis bangkit, karena dia memang sudah ambruk. Kita perlu kuatir DI/TII muncul lagi, sebab ideologi sejenis kini sedang merasuki dunia. Lihat Taliban, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, ISISAl-Qaidah, Jabhat Nusrah , dan kelompok-kelompok jihadis lainnya yang bermaksud mendirikan negara Islam ideologi dan cara berfikirnya sama dengan DI/TII.

Kebangkitan ideologi DI/TII ini kita rasakan dengan slogan kampanye Jakarta Bersyariah, yang saat pilkada banyak digembar-gemborkan.

Hanya saja, meski sama-sama biadabnya dengan PKI, isu kebangkitan DI/TII ini bisa ditutupi dengan berselimut ayat dan slogan agama. Maklum, rakyat gampang terpukau dengan bungkus agama yang bombastis. Semua urusan politik dibungkus agama. Ini ciri khas DI/TII.

Padahal, kelakuannya sama dengan PKI. Sama-sama suka memberontak terhadap pemerintahan yang sah. Sama-sama suka meneror rakyat. Sama-sama suka membuat kekacauan.

Bedanya, kalau ideologi komunis saat ini sudah mampus, ideologi DI/TII yang justru makin semarak. Orang-orang berideologi DI/TII bebas berkeliaran. Anehnya, merekalah yang kini paling gencar berteriak bangkitnya PKI. Teriakan itu kemungkinan besar untuk menutupi agendanya sendiri. Mereka sedang membangkitkan sebuah “pemberontakan” terhadap Indonesia.

Lalu, kita malah dibuat terlena dengan isu hantu PKI. Padahal orang-orang berideologi DI/TII sedang siap menerkam.

PKI itu sekarang sejenis hantu pocong, yang hanya ada dalam kisah horor. Sementara saat ini kekuatan DI/TII ibarat begal sadis. Keberadaannya nyata. Mestinya kita tahu, harus lebih mewaspadai yang mana?

Kolom terkait:

Ingatan Kolektif 1965

Mengapa Saya Ikut Simposium Tragedi 1965

Menjadi Indonesia Pasca-1965

Menunggu Kedewasaan Pemerintah Tentang 65

Eko Kuntadhi
Eko Kuntadhi
Pegiat Media Sosial
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.