Kamis, April 25, 2024

Pak Djarot dan Harapan Seorang Warga Sumut

Roy Martin Simamora
Roy Martin Simamora
Peminat gender studies. Alumnus Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan.

Beberapa waktu lalu jagat media sosial dihebohkan dengan berita diusungnya Pak Djarot Saiful Hidayat sebagai bakal calon Gubernur Sumatra Utara oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). PDIP beranggapan sosok Djarot sangat kredibel dan teruji memimpin Sumut karena memiliki jejak rekam dan pengalamannya selama memimpin Ibu Kota Jakarta bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 

Terkait pengusungan itu, Djarot lantas melakukan blusukan ke sejumlah daerah di Sumut: Pematang Siantar, Simalungun, Tapanuli Utara dan Samosir. Bak gayung bersambut, Pak Djarot mengatakan siap maju jika namanya diusung pada awal Januari nanti. “Insya Allah saya siap maju”, katanya kepada awak media beberapa waktu lalu.

Dan Minggu kemarin (07/01/18), PDIP resmi memasangkan Djarot Saiful Hidayat dengan Sihar Sitorus sebagai bakal calon Gubernur dan bakal calon Wakil Gubernur Sumut. Saya tentu boleh bernafas lega, sebab masih ada sosok pemimpin seperti Pak Djarot memikirkan masa depan bangsa ini di tengah krisis sosok pemimpin di negeri ini.

Sumut saat ini telah menjadi lahan pertarungan beberapa tokoh mumpuni. Deretan nama menghiasi wajah kota, dari papan reklame, spanduk hingga blusukan ke beberapa daerah di Sumut. Pada pertarungan pemilihan gubernur nanti, Pak Djarot kemungkinan akan bersaing dengan kandidat lainnya, berhadapan dengan para pesaingnya yang juga digadang-gadang sebagai calon kuat nantinya. Ada Tengku Erry Nuradi, Edy Rahmayadi, dan JR Saragih.

Sebagaimana harapan rakyat dunia maya sekaligus rakyat Sumut, saya juga berharap agar Pak Djarot kelak terpilih sebagai gubernur Sumut tidak mengikuti jejak para pendahulunya. Saya tentu punya unek-unek yang hendak disampaikan dan sangat berharap agar doa-doa serta harapan yang dipanjatkan oleh orang-orang yang mencintai Pak Djarot semakin menunjukkan secercah harapan, semakin bernas, dan membumi untuk kebaikan bangsa dan negara.

Saya berharap Pak Djarot selalu diberikan kesehatan dan tidak kurusan setelah mendapat banyak komentar negatif dari para rakyat dunia maya soal pencalonannya di Sumut. Saya berharap Pak Djarot tidak ambil pusing soal banyaknya haters berseliweran di media sosial. Tak perlu. Lebih baik menatap masa depan, melupakan segala sesak di dada perkara polemik yang tak berkesudahan ketika memimpin Jakarta.

Lebih baik belajar dari kesalahan dan menatap masa depan, melakukan hal-hal yang berguna demi kebaikan dan kemaslahatan rakyat Indonesia, terutama rakyat Sumut kelak. Ibarat kata pepatah lama, “Anjing menggonggong, kafilah berlalu.” Biarkan saja para haters membenci seenak udelnya. Lebih baik memikirkan ide dan gebrakan untuk selanjutnya. Namun, bapak tidak boleh lupa diri dan tidak menarik pelajaran dari kesalahan.

Para rakyat dunia maya ini banyak yang baperan, apalagi Pak Djarot termasuk salah satu tokoh yang sering disorot media beberapa hari belakangan ini. Jadi, kalau salah sedikit saja langsung diberondong separuh rakyat Indonesia. Kayak senapan AK-47 yang berisik itu! Saya yakin para haters Pak Djarot yang unyu-unyu itu sedang menunggu celah kesalahan Bapak. Tidak bosan-bosannya pantengin media soail seperti tidak ada kerjaan.

Soal niatan mencalonkan diri menjadi Gubernur Sumut, banyak pula yang keringat dingin. Semenjak Pak Djarot memimpin DKI Jakarta bersama Koh Ahok, setidaknya ada perubahan signifikan yang bapak berdua lakukan, tapi tetap saja masih ada sebagian orang yang tidak puas dan selalu mencari celah kesalahan.

Saya berdoa agar Pak Djarot diberikan kemudahan dan jalan yang lempang. Tidak seperti pemimpin kami sekarang ini. Slogannya saja yang membahana nan luar biasa: Sumut Paten. Patennya entah di mana!

Terkait pilgub yang akan diselenggarakan, rakyat kini jenuh dengan janji palsu semua pasangan calon. Banyak yang beranggapan dari dulu sampai sekarang semuanya sama saja. Bagi mereka siapa pun yang terpilih nanti, nasib mereka begitu-begitu saja dan tidak ada perubahan.

Rakyat tidak butuh janji, tapi butuh aplikasi. Karena, bagaimanapun, hal semacam pilgub akan berjalan dengan adanya rakyat sebagai penentu berjalannya pesta demokrasi. Dari suara rakyat akan lahir figur pemimpin bangsa yang menjadi motor penggerak bangsa.

Benar saja, pemimpin kami yang tidak bisa disebut namanya itu akan muncul di koran-koran ketika ada momen penting saja. Paling lucu, kalau ada perbaikan parit beliau ikut turut turun tangan dengan stelan rapi, memegang cangkul kemudian meminta wartawan mengambil foto satu-dua-tiga kali untuk dimuat di banyak media dengan embel-embel bla blab bla. Hebat, bukan?

Parahnya lagi, ketika hujan mengguyur, banjir, dan becek—pemimpin yang tidak bisa disebut namanya itu tidak pernah muncul saat rakyat membutuhkan. Bukankah seorang pemimpin harus menjadi telinga yang baik bagi rakyatnya dan mendengar keluh kesah warganya sendiri? Atau, bagaimana seharusnya seorang pemimpin menempatkan diri di tengah-tengah rakyatnya?

Masih tersisa dalam ingatan saya, jalan berlobang seperti kolam renang pun masih dibiarkan begitu saja. Kesannya: kota kami ini kayak pesawat tanpa awak pilot. Apa tidak ngeri? Mau nabrak gunung, jatuh mendadak di tengah laut, nabrak emak-emak di pinggir jalan yang sennya ke kanan tapi beloknya ke kiri. Kalau kata orang Medan: Medan kali kan?

Sungguh, harapan rakyat Sumut masih di awang-awang. Belum ada satu sosok yang mampu memikat hati rakyat. Sumut haus sosok pemimpin yang mampu membawa angin segar perubahan. Pemimpin yang dapat memenuhi harapan orang yang dipimpinnya dan memiliki profil yang baik pula. Pemimpin yang berwibawa sangat diperlukan saat ini sehingga orang akan selalu mendengarkan apa yang dia ucapkan dan kemudian menjalankan perintahnya.

Pemimpin yang baik bukan seperti pemimpin lokal, maksudnya adalah hanya memikirkan dan mencanangkan programnya pada masa jabatannya saja. Namun, pemimpin yang  baik itu adalah pemimpin global yang memikirkan dan merancang program bukan hanya untuk masa jabatannya saja, tapi lebih dari itu yang memikirkan masa ke depannya juga untuk kemajuan bersama.

Tidak muluk-muluk, saya berharap ketika suatu hari kelak, jika Pak Djarot diberi mandat memimpin Sumut agar membawa angin perubahan. Saya sangat berharap Pak Djarot memiliki gebrakan-gebrakan baru, membikin inovasi baru, semakin menyejahterakan rakyat dan mengharumkan nama Sumut ke kancah nasional maupun internasional.

Namun, kalau memang tidak sanggup memimpin Sumut, saya pun berharap agar Pak Djarot mundur secara terhormat. Sudah banyak “pelawak” di Sumut ini, saya mohon jangan ditambahi lagi. Kami sudah jengah melihat gelagat para “pelawak” di Sumut ini. Bagaimana tidak menyedihkan, kota yang dicap sebagai kota terkorup sekaligus kota terbaik. Miris!

Terlepas dari itu, Sumut saat ini kehausan akan sosok pemimpin yang ideal. Belum ada sosok pemimpin yang muncul dan dapat memberikan titik cerah untuk kemajuan Sumut saat ini. Kapan?

Saya sebagai rakyat Sumut masih menunggu hari itu tiba. Pilgub seperti yang kita tahu, sudah menjadi kebiasaan di perhelatan pesta demokrasi sampai sekarang. Pesta yang dilakukan untuk mencari siapa sosok pemimpin yang dianggap ideal dan mampu membawa Sumut ke arah yang lebih baik.

Banyak yang berharap Pilgub Sumut adalah awal mula dari keluarnya sosok pemimpin idaman sekaligus mampu merangkul orang banyak demi kebaikan bersama. Semoga itu bukan hanya sebuah harapan belaka!

Roy Martin Simamora
Roy Martin Simamora
Peminat gender studies. Alumnus Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.