Minggu, April 28, 2024

Nyinyir Tifatul dalam Doa

Ni Nyoman Ayu Suciartini
Ni Nyoman Ayu Suciartini
Penulis, cerpenis, novelis. Novelnya berjudul "Mimpi Itu Gratis" (Gramedia, 2016). Tinggal di Bali.
Anggota MPR dari Fraksi PKS, Tifatul Sembiring.

 

Entahlah apa diperkenankan berprasangka dalam doa. Atau dibolehkankah berdoa sambil menyindir, mengkritik? Bukankah dalam berdoa hati kita diminta memaafkan, ada dalam keadaan damai hingga Tuhan tak perlu menunggu untuk dikabulkannya doa itu. Cara berdoa yang baik, ah… anak kecil pun tahu cara terbaiknya. Lantas, mengapa kita yang dewasa mengisi doa dengan segala prasangkan, sindiran? 

Hari ini, Indonesia genap 72 tahun, namun penghuninya masih saja kurang bijak. Terutama mereka yang menyebut diri para elite. Kemerdekaan yang terlalu merdeka, hingga dalam berdoa pun kian mengumbar sindiran. Tidak bisakah sindiran, nada kritikan, hanya dilisankan dalam debat atau adu pendapat, bukan dalam doa yang jelas-jelas hanya ditujukan untuk memohon, mengucap syukur, juga peneduh batin yang sedang gaduh.

Sekali lagi elite politik tidak menempatkan perbedaan pandangan pada porsi yang tepat. Ini semakin merongrong nilai karakter yang mungkin saja bisa dicontoh remaja yang sedang bertumbuh kembang. Pejabat saja bisa melampiaskan kemarahan pada doa-doa suci, lantas kenapa remaja harus bersusah payah menjaga ketertiban, keamanan, juga keutuhan NKRI?

Pejabat yang tak pernah puas, berseberangan dengan pemerintah, kerap melakukan tindakan-tindakan menggelikan. Nyinyir di media sosial bukan perkara baru, melainkan lumrah. Kini, nyinyir dalam doa yang dilantunkan di hadapan publik pun sengaja dilakukan. Untuk apa? Untuk membuktikan kepada Tuhan bahwa anda dan kaum anda yang paling terzalimi di Republik ini? Bukankah doa adalah hal pribadi antara manusia dan Tuhannya?

Anggota Fraksi PKS, Tifatul Sembiring, membacakan doa dalam Sidang Tahunan MPR yang berlangsung kemarin, 16 Agustus 2017. Dalam salah satu bagian doanya, Tifatul meminta agar tubuh Presiden Joko Widodo digemukkan. Dia juga mendoakan Jokowi agar diberi kesehatan selama menjalankan tugas. Juga agar selalu mendapat hidayah dari Tuhan. Dalam kesan formal, doa ini tampak sebagai candaan yang sama sekali tidak lucu.

Di tengah doa-doa panjang itu, sang pemberi doa tampak bersungguh-sungguh. Sedangkan sang yang diberi doa tetap membungkukkan badan dengan kepala menunduk sambil tangan mengapit dekat dengan wajah. Saya pikir ini adalah rapat paripurna yang rentan ricuh atau tiba-tiba anggota yang tidak siap berbeda meninggalkan ruangan seperti kebakaran jenggot. Sayang, ini sama sekali bukan suasana rapat atau adu debat. Ini adalah doa penutup dalam sidang tahunan MPR.

Ternyata, doa juga dipandang ampuh sebagai alat politik manjur. Mungkin, karena dalam suasana berdoa, kata-kata politikus ini menjadi lebih didengar. Jika kritik biasa, mungkin sudah lalu dibawa angin.

Ini bukan kali pertama doa nyinyir dibawakan elite politik di panggung terbuka. Doa yang dibacakan pada Sidang Tahunan MPR-DPR-DPD dua tahun berturut-turut menuai kontroversi. Setelah politikus Partai Gerindra M Syafii di 2016, doa politikus PKS Tifatul Sembiring di Sidang Paripura 2017 juga jadi perhatian. Entahlah, ini memang budaya atau kreativitas mendadak?

Di sidang tahunan 2016, Syafii kebagian tugas membacakan doa penutup pada Selasa (16/8/2016). Pada doanya tahun lalu itu, Syafii menyinggung mulai dari masalah outsourcing hingga diselipkannya sindiran ke sosok pemimpin tanah air.

“Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat, yang memberi janji janji palsu, yang memberi harapan kosong. Jauhkan kami ya Allah dari pemimpin yang khianat, yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, yang kekuasaannya bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, dan seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat,” ucap Syafii dalam doanya.

Dalam doanya, ia juga menjelaskan seolah Tuhan tak pernah tahu apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Ia menyelipkan isu soal bentrok antara warga dan aparat. Ini terkait dengan masalah penertiban. Doa tersebut dibacakan di hadapan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta tokoh nasional lain yang menjadi tamu undangan.

“Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus pergi, di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan ya Allah. Di Negeri yang kaya ini, rakyat ini outsourcing wahai Allah, tidak ada jaminan kehidupan mereka aparat seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat.”

Soal isi doanya yang banyak diperbincangkan, Syafii menyatakan menyampaikan doa itu secara spontan. Bahkan usai membacakan doa, anggota Komisi III DPR itu mengaku mendapat 600-an pesan singkat. Banyak di antaranya yang berupa pujian, meski di medsos juga ada yang ramai-ramai merundung.

Seolah mengulang sejarah yang sama, tahun ini doa kembali bermuatan politis. Doa panjang lebar yang mestinya dibacakan dalam hati harus diteriakkan lantang. Bisa jadi doa-doa macam ini bisa memancing amarah, gundah, juga gelisah warga yang berbeda pendapat. Bagaimana mungkin, orang berdoa begitu terlihat memprovokasi?

Tepat setahun kemudian, Rabu (16/8/2017), doa di sidang tahunan 2017 juga mendapat banyak sorotan. Doa kali ini dibacakan oleh politikus PKS, Tifatul Sembiring. Di petikan doanya, dia meminta kepada Allah agar membuat Presiden Jokowi menjadi lebih gemuk. Tak hanya itu, Tifatul juga menyinggung usia JK. Sama seperti tahun lalu, doa itu dibacakan di hadapan Presiden Jokowi dan JK di akhir acara sidang tahunan MPR.

“Berilah petunjuk kepada Presiden Bapak Joko Widodo. Gemukkanlah badan beliau karena kini terlihat makin kurus.”

Ini bisa ditangkap dengan penuh prasangka. Politisi yang sangat perhatian dengan fisik Presiden atau jelas-jelas telah merundung Presiden dari ciri fisiknya? Lucunya, ia menyebut ini dalam doa yang seharusnya hanya ada murni kebaikan.

“Ya Allah, bimbinglah Wakil Presiden kami, Bapak Jusuf Kalla. Meskipun usia beliau sudah tergolong tua, tapi semangat beliau masih membara.”

Wapres JK sempat tersenyum mendengar doa tersebut. Anggota Komisi I DPR itu lalu melanjutkan doanya dengan meminta Allah mengirimkan pemimpin-pemimpin Indonesia yang takut Tuhan. Tifatul berharap agar para pemimpin tak lebih takut kepada partai dibanding kepada Tuhan.

“Hadirkanlah pemimpin-pemimpin yang lebih takut kepada Engkau daripada kepada partainya.”

Doa kontroversi ini sungguh tak elok bila dicontoh anak mudanya. Kita justru memperbolehkan doa sebagai simbol politis. Meski berseberangan, bukan berarti harus mati-matian melawan. Lawanlah hal-hal yang tidak patut itu dengan karya, inovasi, kerja lebih banyak, dan jangan melulu nyinyir.

Saya petikkan doa kontroversi elite politik bernama Tifatul Sembiring.

Yang kami hormati, Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah air, serta

Para hadirin yang berbahagia, marilah sejenak kita bersama-sama khusyu’ dan merendahkan hati, seraya bermunajat, memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap sesama, maka ijinkan kami memimpin doa sesuai dengan ajaran Islam. Dan kepada saudara-saudara kami yang lain, mohon dapat menyesuaikannya.

Ya Allah… Ya Rahman Ya Rahim, Ya Rabbal ‘Arsyil ‘Azhiim…

Tiada kata yang pantas kami ungkapkan, kecuali rasa syukur yang tiada tara kehadhirat-Mu. Karena izin dan ridlo-Mu lah, pada hari ini kami menyelenggarakan Sidang Tahunan MPR Tahun 2017 dengan aman dan lancar.

Bersyukur atas limpahan nikmat-Mu yang melampaui harapan-harapan kami. Bersyukur kami masih tetap kokoh bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Bersyukur atas kemerdekaan yang Engkau beri, telah 72 tahun bangsa ini menghirup kebebasan dari belenggu penjajah.

Bersyukur atas jasa-jasa pejuang yang telah mengorbankan harta dan nyawa mereka membebaskan tanah air kami.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa para pejuang kami yang telah gugur, curahkanlah rahmat-Mu pada mereka. Balaslah jasa-jasa mereka dengan berlipat ganda.

Juga kepada orang-orang yang tidak kami kenal, mereka yang telah berjasa, sekecil atau sebesar apapun untuk kemajuan negeri kami, Ya Allah…

Kami mohon kepadaMu, Ya Allah, peliharakanlah persatuan dan kesatuan bangsa kami, jangan Engaku cerai beraikan kami, kokohkanlah ukhuwwah di antara kami.

Ya Allah… Ya ‘Aziz Ya Jabbar….

Ya Allah, Engaku adalah Tuhan kami. Tiada Tuhan selain Engkau Ya Allah. Kami hanyalah ciptaan-Mu dan kami hanyalah hamba-hamba-Mu. Kami berlindung kepada-Mu dari keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan kami.

Kami mengaku Ya Allah, betapa banyak nikmat Engkau kepada kami.

Dan kami juga mengakui, sementara itu masih banyak lumuran dosa-dosa kami.
Ampuni kami ya Allah, maafkanlah kami. Sebab tiada yang dapat mengampuni, kecuali Engkau ya Allah.

Ya Allah, bersikan hati ini dari rasa hasad dan dengki, satukan jiwa-jiwa kami dalam cinta karena-Mu dan atas ketaatan kepada-Mu, jangan Engkau biarkan setan musuh-Mu menggerogoti persatuan dan persaudaraan kami.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari fitnah akhir zaman, yang gelap pekat bagi gulita hitam.
Ya Allah apalah kami ini, siapalah kami ini di hadapan-Mu, Ya Allah. Kami yang hina ini. Kami minta Engkau kabulkan.

Siang hari Engkau beri berjuta karunia. Malam Engkau lelapkan tubuh kami hingga lena.
Engkau limpahkan kesehatan, di antara sekian banyak yang tergeletak kesakitan.
Engkau beri nikmat makan, di antara sekian banyak yang tidak punya rasa kesedapan.

Engkau tinggikan derajat orang-orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang-orang yang Engkau kehendaki.

Engkau beri kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki.

Di tangan-Mu lah kunci-kunci kebaikan, Sungguh Engkau Maha Kuasa untuk menentukan.
Ya Allah, Ya Mutakabbir….

Beri petunjuklah para pemimpin-pemimpin kami, bimbinglah mereka agar senantiasa istiqomah di jalan-Mu yang lurus.

Beri petunjuk Presiden RI, Bapak Joko Widodo.

Gemukkanlah badan beliau karena kini terlihat semakin kurus. Padahal tekad beliau dalam membangun bangsa dan negara ini tetap membaja untuk maju terus agar menjadi bangsa yang adil, makmur, sejahtera.

Kami lihat beliau kurang waktu untuk beristirahat, setiap hari pasti capek dan lelah. Limpahilah beliau dengan kesehatan dan kekuatan.

Curahkan hidayah-Mu, petunjuk jalan yang lurus kepada beliau. Tanamkanlah keimanan dan ketaqwaan di dada beliau.

Tanamkan rasa sayang pada rakyat, sayang kepada umat, mencintai dan menghormati ulama yang istiqomah, sebab ulama itu adalah pewaris Nabi.

Tunjuki beliau ya Allah, agar tetap berlaku adil sebagai pemimpin negeri yang kami cintai ini.
Bantulah Presiden kami ini ya Allah dalam menghadapi permasalahan bangsa yang berat ini Ya Allah. Di tengah-tengah persaingan dunia yang kadang kejam dan tanpa belas kasihan. Sementara harapan rakyat sangat banyak untuk kemakmuran negeri.

Ya Allah, bantulah Wakil Presiden kami, Bapak Jusuf Kalla.

Meskipun usia beliau sudah tergolong tua, tapi semangat beliau masih membara.

Bantulah para Pimpinan Lembaga Negara ini, Anggota MPR, DPR, DPD dan para Menteri, Badan-badan, serta Komisi-komisi negara

Ya Allah, Ya Malikul Mulki…

Hadirkanlah pemimpin-pemimpin negeri yang salihin, pemimpin-pemimpin yang lebih takut kepada Engkau Ya Allah daripada kepada partainya, Ya Allah… Mulai dari presiden, gubernur, wali kota, bupati sampai kepala desa.

Ya Allah, berilah bimbingan-Mu untuk pemimpin negeri ini agar amanah, berlaku adil sesuai perintah dan petunjuk-Mu, di atas bumi yang tidak sejengkalpun melainkan milik-Mu.
Sadarkanlah mereka senantiasa, bahwa jabatan ini adalah beban, bukan kemuliaan, amanah bukan untuk gagah-gagah, yang akan Engkau minta pertanggungjawabannya.

Ya Allah, Ya Salaam…

Sadarkanlah kami, sesadar-sadarnya…

Bahwa jabatan ini bukanlah untuk menjadikan kami riya, mentang-mentang, sombong atau arogan. Akan tetapi, ini adalah amanah dan tanggung jawab kepada Engkau dan kepada rakyat ya Allah…
Jauhkan kami Ya Allah, dari penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.
Untuk apa korupsi, untuk apa korupsi…?

Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka nerakalah tempatnya.
Di Padang Mahsyar, Engkau pasti akan bertanya:
Alyawma nakhtimu ‘alaa afwaahihim.
Akan datang hari mulut dikunci, kata tak ada lagi.
Akan tiba masa tak ada suara dari mulut kita.
Berkata tangan kita tentang apa yang dilakukannya.
Berkata kaki kita, ke mana saja ia melangkah.
Allahumma fasy-had qad ballghtu.
Rabbana atinaa fiddun-ya hasanah Wafil akhirati hasanah waqina ‘adzaabannar.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya tetap meyakini doa ini baik. Isi doanya juga baik. Namun, doa yang paling baik adalah dari hati yang menuju paling hakiki.

Baca juga:

Rumah Tuhan dan Hal-Hal yang Terkunci

Jangan-jangan Kita Sendiri yang Intoleran?

Ulama Sejati dan Ulama Penebar Kebencian

Ni Nyoman Ayu Suciartini
Ni Nyoman Ayu Suciartini
Penulis, cerpenis, novelis. Novelnya berjudul "Mimpi Itu Gratis" (Gramedia, 2016). Tinggal di Bali.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.