Rabu, April 24, 2024

Mengenang Perjuangan HAM Munir dan Somchai

Hara Shintaro
Hara Shintaro
Peneliti independen, penerjemah dan interpreter, kolumnis di Prachatai English. Tinggal di Patani, Thailand.

Munir dan Somchai, dua pembela hak asasi manusia dari Negara berbeda yang sama-sama dihilangkan paksa pada tahun 2004. Hingga saat ini kasus keduanya pun tak kunjung tuntas.” – dari Facebook LBH Jakarta, 2 Februari 2018.

Mungkin tidak ada aktivis HAM di Indonesia yang tidak mengenal Munir Said Thalib, pembela HAM alumni LBH Jakarta sekaligus pendiri KontraS, yang akhirnya wafat karena diracuni di dalam pesawat menuju Belanda yang dinaikinya pada 7 September 2004. Meski masih banyak misteri yang belum dapat diungkap sepenuhnya terkait kematian Munir, keterlibatan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam rencana pembunuhan itu sudah diyakini kebenarannya.

Peristiwa tragis ini merupakan bentuk pembungkaman oleh pihak Negara terhadap aktivis pembela HAM yang dilakukan secara keji. Namun demikian, pembunuhan Munir tidak lantas menghalangi generasi muda untuk bangkit dan mengabdikan diri dalam pembelaan HAM di Indonesia.

Melalui berbagai lembaga, baik KontraS sendiri, secara konsisten meneruskan semangat perjuangan Munir. LBH Jakarta, misalnya, meskipun sekarang orang-orang yang bekerja di dalamnya rata-rata tidak sempat mengenali Munir secara personal, mereka tetap bekerja mendampingi kaum yang lemah dan terpinggir, sebagaimana yang Munir lakukan.

Dengan kata lain, kisah Munir menegaskan bahwa apa yang Negara dapat lakukan adalah semata-mata mengakhiri nyawa seorang pembela HAM, namun semangat perjuangannya dapat berlipat ganda, berkobar-kobar dan diwarisi generasi penerus hingga hari ini.

Secara kebetulan, pada tahun 2004 pula, enam bulan sebelum peristiwa dibunuhnya Munir, tepat pada 13 Maret, terjadi pula peristiwa pada seorang pembela HAM dari Thailand yang menjadi korban pembungkaman oleh negara. Namanya Somchai Neelapaijit.

Somchai Neelapaijit adalah seorang pengacara yang mendampingi kasus-kasus keamanan yang sangat sensitif bersama rekan-rekannya dalam Asosiasi Pengacara Muslim, yang didirikannya. Bisa dikatakan bahwa hampir tidak ada pengacara lain di Thailand yang berani menangani kasus-kasus demikian dikarenakan tingginya sifat kesensitifan kasus-kasus tersebut.

Kasus-kasus keamanan yang didampingi oleh Somchai dan rekan-rekannya ialah kasus yang terkait wilayah konflik di Selatan Thailand atau biasa dipanggil dengan nama Patani. Para tersangka dipandang sebagai teroris oleh Kerajaan Thailand. Tak jarang para pengacara yang mendampingi kasus seperti ini juga dipanggil dengan sebutan “pengacara teroris”.

Dalam sebuah kasus keamanan yang didampinginya, Somchai menemukan bahwa beberapa orang tersangka ternyata mengalami tindak penyiksaan oleh kepolisian. Hal tersebut diutarakan dalam pidatonya yang disampaikan hanya beberapa hari sebelum dia diculik oleh segerombolan pria lelaki di Ibu Kota Bangkok. Sejak itu jasad Somchai tidak pernah ditemukan.

Istri Somchai (kiri) dan para aktivis HAM Thailand memperingati 11 tahun hilangnya Somchai di Bangkok (2015).

Jelas sekali Somchai telah menjadi korban penghilangan secara paksa atas oknum Negara. Dalam kasus ini, sempat beberapa oknum polisi digugat menjadi tersangka, namun sayangnya pihak mahkamah memberhentikan kasus ini dengan dalih bukti yang tidak mencukupi.

Sebagai catatan, di Thailand belum pernah ada pejabat pemerintah yang dijatuhi hukuman pidana atas pelanggaran hukum yang dilakukannya, meski pembunuhan atas nyawa rakyatnya. Peristiwa penculikan pengacara Somchai ini juga jelas bersifat pembungkaman oleh pihak Negara agar informasi yang menyulitkan Negara tidak dapat tersebar luas lagi.

Sangat disayangkan, apa yang terjadi setelah hilangnya Somchai juga tidak berbeda dari sejarah yang dicatat setelah Munir diracuni. Asosiasi Pengacara Muslim yang didirikan Somchai terpaksa dibubarkan, setelah beberapa orang pengacara lain yang tidak sependapat dengan apa yang telah terjadi atas kasus Somchai. Kendati demikian, masih ada ada juga rekan pengacara sejawat yang masih mau meneruskan perjuangan Somchai, dengan mendirikan organisasi baru yang bernama Muslim Attorney Centre Thailand (MAC).

Sejak didirikan pada tahun 2010, MAC telah memberikan bantuan hukum secara gratis untuk mendampingi kasus-kasus keamanan.

Semangat Perjuangan HAM Indonesia-Thailand

Meski sejauh ini belum ada  bukti yang menunjukkan bahwa Munir dan Somchai pernah saling berkenalan secara personal, para pewaris semangat Munir di LBH Jakarta dan pewaris semangat Somchai di MAC telah menjalin kerjasama sejak tahun 2013 dalam bentuk pelatihan yang diberikan LBH Jakarta sebagai organisasi yang lebih “tua” dengan usianya melebihi 40 tahun. Hubungan kedua lembaga ini secara konsisten terjalin erat hingga saat ini.

Pada saat LBH Jakarta dikepung, diserang dan dituduh sebagai musuh Islam, misalnya, pada September 2017, MAC (yang disebut sebagai LBH Muslim Thailand oleh beberapa media) mengeluarkan penyataan pers untuk membela LBH Jakarta, dan penyataan tersebut juga disimpan dalam situs LBH sehingga hari ini https://www.bantuanhukum.or.id/web/penyataan-pers-dari-muslim-attorney-centre-mac-thailand-berkenaan-peristiwa-pengepongan-gedung-lbh-jakartaylbhi/

Menyadari bahwa kedua organisasi itu telah mengalami nasib serupa, yaitu tokoh yang penting dihilangkan paksa oleh kekuasaan negara, LBH Jakarta dan MAC mengadakan acara bersama untuk memperingati kedua tokoh tersebut pada 4 Februari 2018 di Jakarta. Semangat perjuangannya tidak dapat dipadam juga.

Kisah Munir dan Somchai menjadi peringatan bahwa sejatinya demokrasi masih belum mengakar di Asia Tenggara. Terlebih dalam pemerintahan negara-negara yang masih bersifat otoritatif, masih saja ada aparat yang tidak manusiawi yang tak segan-segan menggunakan aksi kekerasan untuk membungkam siapa pun yang mencoba membongkar sesuatu yang tidak disenanginya.

Mereka tidak pernah mengambil pelajaran dari sejarah bahwa pembungkaman paksa seperti ini justru akan menguatkan semangat orang yang menuntut keadilan, karena pejuang keadilan yang sejati memang siap sedia menghadapi risiko apa pun. Meski harus diakui, yang ditakutkan adalah orang-orang yang memperdagangkan perjuangan untuk kepentingan tertentu.

Lihat saja kasus percobaan pembungkaman terbaru, yaitu serangan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Benar bahwa kini mata sebelah kirinya telah dibuat cacat karena serangan air keras. Akan tetapi, pesan dari serangan biadab tersebut justru telah semakin membuka mata masyarakat terhadap ketidakadilan yang sedang coba mendominasi upaya pemberantarasan korupsi.

Kini, lagu Sebelah Mata ciptaan Efek Rumah Kaca telah menjadi refleksi dan nada perjuangan baru dari peristiwa butanya mata kiri Novel.

Pemerintah negara-negara yang masih cenderung otoritatif mempunyai suatu kekurangan bahwa mereka cenderung percaya bahwa siapa pun pihak yang menyerang kekuasannya dianggap sebagai musuh. Oleh karenanya, penggunaan kekerasan masih menjadi kebiasaan yang dilakukan Negara terhadap masyarakat.

Semestinya Negara harus menyadari bahwa para pejuang keadilan, termasuk juga pejuang yang melawan korupsi, bukan bermaksud memusuhi negara, tetapi ingin membenahi sesuatu yang tidak tepat. Yang mereka lawan bukanlah kepentingan Negara, melainkan kepetingan pribadi penguasa tertentu yang berbuat dzalim.

Mereka yang mencoba melakukan pembungkaman dengan kekerasan seperti inilah yang sebetulnya merugikan negara, karena perbuatan mereka pada akhirnya akan diketahui oleh masyarakat awam, yang kemudian berdampak pada aksi yang lebih massif untuk menuntut keadilan.

Kolom terkait:

Seriuskah Jokowi Menguak Kematian Munir?

Munir dan Negara yang Akrab dengan Kehilangan dan Menghilangkan

Munir dan Tangan-tangan Kotor Kekuasaan

11 Tahun Munir

Mengenang Munir

Hara Shintaro
Hara Shintaro
Peneliti independen, penerjemah dan interpreter, kolumnis di Prachatai English. Tinggal di Patani, Thailand.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.