Dulu sewaktu upacara bendera di sekolah, beberapa pengibar bendera merasa telah melakukan sesuatu yang paling memalukan. Mereka membentangkan bendera pusaka dalam posisi terbalik. Putih di atas, merah di bawah. Pasukan pengibar bendera tingkat sekolah ini merasa sangat malu.
Berbulan-bulan mereka tak menampakkan wajah di hadapan umum. Mereka kerap tertunduk dan sungguh-sungguh tak berani menunjukkan wajahnya. Padahal, sebelum upacara dimulai, pasukan pengibar telah latihan. Namun, tetap saja, insiden bendera terbalik itu tak bisa dielakkan.
Sekolah memaklumi hal ini. Sebab, salah melipat, salah instruksi, seolah menjadi pembenar agar pasukan ini tak mengutuk diri dari rasa bersalah. Hingga tujuan utama setiap pengibar bendera adalah bisa membentangkan bendera pusaka dengan warna yang benar: Merah putih. Tentang bendera, tak ada yang berani main-main. Ini adalah lambang harga diri sendiri, lambang dari harga diri bangsa.
Tentang gambar bendera pusaka Indonesia yang dicetak terbalik di buku panduan SEA Games 2017, tentu tak bisa dianggap persoalan remeh temeh. Bagaimana mungkin, panitia setingkat antarnegara itu bisa melakukan kesalahan fatal? Sungguh tak masuk akal jika Malaysia sebagai tuan rumah ajang bergengsi SEA GAMES 2017 ini tidak tahu warna bendera Indonesia yang begitu dekat, jadi tetangga, dan kadang juga adu debat. Namun, sekali lagi, segala hal bisa terjadi.
Cetakan bendera Indonesia terbalik itu berada pada halaman 80 buku yang dibagikan pada pejabat saat hadir di pembukaan SEA Games 2017. Halaman itu untuk menandakan negara mana yang sudah menjadi tuan rumah SEA Games. Di bawah bendera tersebut terpampang jelas tahun tuan rumah, yaitu 1979, 1987, 1997, dan 2011. Adapun kesalahan mencetak bendera ini ternyata hanya terjadi pada Indonesia. 10 bendera negara lainnya baik-baik saja dan masih dengan wajah yang sama.
Tentu puluhan prasangka dan dugaan mungkin dilayangkan. Apakah negara tetangga itu sengaja melakukannya untuk mengecoh fokus para atlet Indonesia? Kita balikkan saja. Justru ini bisa jadi cambuk semangat bahwa atlet Indonesia bisa berjaya di kandang Malaysia. Semoga saja.
Pemasangan warna bendera terbalik ini bisa jadi melambangkan bahwa negara tersebut (Indonesia) sedang dalam keadaan perang. Apakah kondisi demikian yang dilihat Malaysia pada negeri yang katanya serumpun ini? Nyatanya, Indonesia masih baik-baik dan baru saja memperingati hari kemerdekaan 72 tahun.
Sang Saka Merah Putih yang dijahit jemari halus Ibu Fatmawati tentu bukan warna sembarangan. Merah berarti keberanian, putih berarti kesucian. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk membangun Indonesia. Warna ini akan tetap melekat, meski berusaha dibolak-balik seribu kali, merah putih akan tetap sama, tetap patriotik, tetap menyatukan.
Presiden Joko Widodo telah mengimbau kita untuk tetap tenang namun tegas menghadapi persoalan ini. Berbagai protes telah dilayangkan dan ditanggapi serius oleh panitia SEA GAMES 2017. Sekali lagi, dengan tidak beringas, kita menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bukan hanya besar dari jumlah penduduk, kekayaan alam, namun juga jiwanya besar.
Sekali lagi, biarlah Malaysia sibuk memikirkan bagaimana mereka menjawab semua pertanyaan terkait kesilapan yang dilakukannya. Sementara itu, kita bisa mendukung atlet Indonesia yang tengah berlaga, memberi mereka semangat. Dengan membuktikan kemenangan SEA GAMES 2017 di kandang Malaysia merupakan balasan yang paling kuat, paling indah, paling membanggakan yang bisa kita berikan kepada negara tetangga itu.
Insiden serupa pernah terjadi. Ini juga melibatkan negara-negara besar dengan kesilapan yang tidak kalah besar. Pemerintah Amerika Serikat (AS) secara resmi menyatakan permintaan maaf kepada Filipina. Permintaan maaf itu karena AS mengibarkan bendera Filipin secara terbalik dalam pertemuan antara Presiden Barack Obama dengan Presiden Benigno Aquino III.
“Sejujurnya, ini adalah sebuah kesalahan,” kata juru bicara Kedutaan Besar AS Rebecca Thompson dalam sebuah pernyataan. Permintaan maaf itu disampaikan Pemerintah AS secara langsung dan terbuka.
Pemasangan bendera itu dilakukan saat Obama dan Benigno sedang bertemu dalam ajang Konferensi ASEAN dengan AS di New York, tahun 2010 lalu. Para pemimpin Asia Tenggara lainnya juga hadir di sana, termasuk Wakil Presiden Boediono.
Meski demikian, AS menyatakan sama sekali tidak ada unsur kesengajaan dalam peristiwa ini. “Hubungan erat dan kemitraan yang erat dengan Filipina adalah harta kami,” kata Thompson lagi.
Bendera Filipina itu memiliki tiga warna utama, putih, biru, dan merah. Pada bagian berwarna putih terdapat satu bintang besar di bagian tengah yang dikelilingi tiga bintang kecil. Seharusnya, bendera itu dipasang dengan posisi biru di bagian atas. Tetapi, dalam foto yang menampilkan Obama bersanding dengan Benigno, terlihat bendera itu terpasang terbalik dengan warna merah di bagian atas.
Pemerintah Filipina tidak memperpanjang masalah pemasangan bendera terbalik ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina Ed Malaya mengatakan, pemerintah memahami bahwa itu adalah kesalahan dan kejadian itu tidak mengurangi makna sebenarnya dari KTT.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Terbaliknya warna bendera tidak lantas membuat bangsa ini tiba-tiba menjadi kerdil. Peradaban sebuah negara bukan hanya dilihat dari warna benderanya, melainkan lebih pada pemikiran dan jiwa besar pemudanya.
Ini masih bulan kemenangan, bulan kemerdekaan, bulan Sang Saka Merah Putih. Alangkah bangganya yang terbalik itu bisa berkibar lantang di negeri sang pembalik.
