Jumat, April 26, 2024

Korupsi Zumi Zola dan Selebriti Politik

Ahmad Lailatus Sibyan
Ahmad Lailatus Sibyan
Pengurus LTN PWNU Yogyakarta.

Fenomena artis terjun ke dunia politik bukan sesuatu yang mengejutkan lagi. Sebut saja Deddy Mizwar, Rano Karno, Eko Patrio, Anang Hermansyah, Tantowi Yahya, dan sederet publik figur yang lainnya juga banyak menggeluti dunia perpolitikan di Indonesia. Fenomena tersebut semakin memperlihatkan suatu wajah baru dalam demokrasi di Indonesia.

Selebriti politik mulai dikenal dalam terminologi ilmu politik setelah para aktor dan aktris layar kaca banyak berhijrah menggeluti dunia perpolitikan di Indonesia. Mereka bukan lagi sebagai penghibur layar kaca dan pengisi kampanye, tetapi mereka mulai serius mengejar kursi jabatan sebagai pejabat publik seperti anggota DPR, bupati, wali kota, gubernur hingga bahkan presiden.

Keikutsertaan para artis dalam dunia politik mungkin bisa dianggap lumrah dalam perpolitikan di Indonesia yang demokratis ini. Tanpa berbekal pengalaman dalam dunia politik mereka mampu dan berani bertarung di dunia yang sangat berbeda dengan pekerjaan mereka sebelumnya. Mungkin kita masih ingat dengan film yang berjudul Di sini Ada Setan, Kawin Lari, Merah Putih dan Sinetron Surga Untukmu, Cowok-cowok Keren, Bawang Merah Bawang Putih, Culunnya Pacarku, dan lainnya.

Dari kesemua film dan sinetron tersebut pernah dibintangi oleh aktor yang bernama lengkap H. Zumi Zola Zulkifli, S. TP, M.A. yang sedang viral beberapa hari ini.

Nama Zumi Zola mendadak menjadi buah bibir pada tahun 2015 saat ia mengikuti ajang perebutan orang nomor satu di Provinsi Jambi. Nasib mujur selalu menghampiri mantan artis tersebut, ia berhasil memenangkan pertarungan dan terpilih menjadi Gubernur Jambi periode 2016-2021.

Kala itu Zumi berpasangan dengan Fachri Umar yang diusung oleh beberapa partai politik (PAN, Nasdem, Golkar, Hanura, PKB, PBB, dan PPP). Pada 12 Februari 2016 lalu, Zumi Zola resmi dilantik oleh Presiden Jokowi bersama 6 pasang Gubernur terpilih lainnya di Istana.

Karier politik Zumi Zola bukan berawal dari situ saja. Sebelumnya Zumi Zola menjabat sebagai Bupati Tanjung Jabung Timur (2011-2015). Sebelum bertarung dalam kancah perpolitikan, Zumi Zola aktif dalam berbagai organisasi. Di antaranya pernah menjadi Ketua DPW PAN Provinsi Jambi (2015-2020). Ia juga pernah menjadi Ketua DPD PAN Tanjung Jabung Timur (2010-2015), dan Ketua Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (2010-2015).

Kesuksesan karier politik Zumi Zola ternyata bukan hanya kebetulan. Darah politisi juga mengalir dari sang ayah, Zulkifli Nurdin, yang merupakan Gubernur Jambi periode 1999-2004 dan 2005-2010. Namun, sayang, karier politiknya tidak semulus sang ayah yang berhasil memimpin Provinsi Jambi selama dua periode. Zumi Zola diduga memakan uang rakyat dalam proyek-proyek di Provinsi Jambi.

Pada Jum’at (2/2/2018), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), melalui Wakil Ketua Basaria Pandjaitan, resmi menetapkan Zumi Zola sebagai tersangka dalam kasus suap pengesahan RAPBD Jambi 2018. Penetapan itu bersama Pelaksana Tugas Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Arfan.

Godaan di Tengah Kesuksesan

Berwajah tampan dengan sederet ketenaran bukan menjadi jaminan para pejabat publik anti terhadap korupsi. Zumi Zola tersandung kasus korupsi di saat puncak kesuksesannya menjabat sebagai Gubernur Jambi. Saat penetapan menjadi tersangka, terhitung Zumi Zola baru dua tahunan menjabat sebagai Gubernur.

Korupsi menjadi sesuatu yang menyenangkan, namun berdampak sangat mengerikan bagi para pejabat negara. Kehidupan di rumah dinas kelak terpaksa akan berganti dengan sempitnya jeruji besi tahanan negara.

Kesuksesan di dunia hiburan kadang bukan menjadi jaminan kepuasan para artis di panggung hiburan Indonesia. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap para pejabat publik membawa peluang besar bagi publik figur di layar kaca tersebut. Berbekal ketenarannya, mereka mulai merambah dunia perpolitikan tanpa latar pengkaderan dari salah satu parta politik. Ya, karena nama mereka sudah mampu mengangkat elektabilitas mereka di ruang publik. Pemilihan langsung dalam pesta demokrasi juga mendorong mereka yang sudah punya nama di dunia hiburan untuk ikut menyuarakan aspirasi rakyat.

Sayangnya, semangat menyuarakan aspirasi rakyat tersebut tidak dibarengi dengan kemapanan mental pemimpin dalam diri mereka, sehingga godaan korupsi masih saja melintas di benak mereka. Ah, andai saja sebelum terjun ke dunia politik mereka mau belajar dari Haji Agus Salim dan Ir. Sutami.

Memimpin adalah Menderita

Leiden is Lijden (Memimpin adalah Menderita). Ungkapan ini merupakan pepatah kuno Belanda yang dikutip oleh Mohammad Roem dalam karangannya yang berjudul “Haji Agus Salim, Memimpin adalah menderita” (Prisma, No 8, Agustus 1977). Karangan tersebut mengisahkan tentang teladan kepemimpinan Haji Agus Salim. Pria yang terlahir dengan nama Masjhudul Haq tersebut merupakan salah satu pejuang yang selalau konsisten membela bangsa Indonesia dari penjajah.

Haji Agus Salim merupakan salah satu tokoh penting dalam perjalanan diplomatik Indonesia di kancah dunia Internasional, khususnya Timur tengah. Saat awal berdirinya Republik Indonesia, ia berani tampil penuh percaya diri dan melakukan kunjungan keberbagai negara di Timur Tengah demi pengakuan kedaulatan atas negaranya Indonesia. Kecerdasan Haji Agus Salim dengan banyak menguasai bahasa asing membuat negara di Timur Tengah berturut-turut mendukung dan mengakui kedaulatan Indonesia. Bagi Haji Agus Salim, memimpin adalah menderita.

Selain Haji Agus Salim, ada lagi pejabat negara yang dapat dijadikan teladan dalam mengemban amanah. Ir. Sutami merupkan menteri termiskin di Indonesia. Sutami menjabat menteri pada zaman pemerintahan Presiden Sukarno dan Presiden Suharto.

Ir. Sutami tercatat pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada masa pemerintahan Presiden Sukarno dan Presiden Suharto. Kehidupannya jauh dari kata mewah, jangankan bermewah-mewah, atap rumahnya saja selalu bocor saat hujan. Padahal ia tercatat telah menjabat sebagai menteri selama 14 tahun dari masa Presiden Sukarno hingga Presiden Suharto.

Seharusnya pemimpin zaman now dapat mencontoh kedua tokoh ini, Haji Agus Salim dan Ir. Sutami. Mereka berdua benar-benar berjuang demi kemaslahatan bangsa dan negara, terlebih dalam menjaga amanah.

Kolom terkait:

Ketika Selebriti Berpolitik

Mengapa Partai Menggaet Para Artis

Menyemai Benih Anti Korupsi Sejak Dini

Pemimpin dan Nalar Anti Korupsi

Korupsi dalam Praktek Pelacuran Politik

Ahmad Lailatus Sibyan
Ahmad Lailatus Sibyan
Pengurus LTN PWNU Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.