Sabtu, Juli 27, 2024

Polemik Kemasan Polyvinyl Chloride (PVC): Kontaminasi Dioksin

Putri Wulandari Zainal, PhD
Putri Wulandari Zainal, PhD
Staf dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas

Polyvinyl Chloride (PVC) yang tertera logo daur ulang (terkadang  berwarna merah) dengan  angka 3 di tengahnya, serta tulisan V-V merupakan salah satu kemasan yang banyak digunakan sebagai pembungkus (cling wrap), wadah atau pembungkus makanan yang berbentuk bening, dan botol. Contoh oengaplikasian pada makanan seperti: untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup makanan.

Akan tetapi kemasan dengan bahan ini merupakan produk plastik yang paling sulit untuk di daur ulang karena mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan tahan terhadap proses perusakan alamiah selama bertahun-tahun. Dengan adanya kestabilan struktur ini maka tidak mudah terurai dan dapat terakumulasi di dalam tanah sampai lebih dari 10 tahun. Polemik lainnya selain sulit untuk di daur ulang adalah adanya kontaminasi dioksin.

Senyawa dioksin sendiri adalah senyawa yang tersusun oleh atom karbon, hydrogen, oksigen dan klor Dioksin sebenarnya istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok zat-zat kimia berbahaya yang termasuk kelompok atau golongan senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF (Chlorinated Dibenzo Furan) atau PCB (Polly Chlorinated Biphenyl).

Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia dan tidak dapat dibuang keluar baik melalui urin maupun feses (kotoran) karena tidak dapat larut dalam air, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker.

Monomer-monomer ini tidak dapat bermigrasi dengan sendirinya. Proses migrasi atau larutnya monomer ini harus dipicu oleh beberapa faktor seperti suhu, lemak, keadaan asam dan berminyak. Contohnya; sayur bersantan, susu dan buah-buahan yang mengandung asam organik tidak dibungkus plastik dalam keadaan panas, ataupun kalau terpaksa jangan digunakan terlalu lama. Penggunaan plastik boleh digunakan jika bahan yang dimasukkan dalam keadaan dingin.

Menurut Winarti dan Munarso (2005) pada jurnal yang berjudul “Kajian Kontaminasi Dioksin pada Bahan Pangan” menjelaskan bahwa selain pemilihan wadah, yang perlu diperhatikan pengguna adalah kondisi eksternal. Dimana , suhu ruang dan kebersihan lingkungan tempat penyimpanan makanan juga memengaruhi keawetan pangan.

Terkadang plastic yang beredar di pasaran tertulis tahan lemak dan dingin. Akan tetapi, tetap saja plastik jenis ini hanya boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan monomer. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Ketika makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer.

Buah yang dibungkus plastik PVC juga berbahaya. Penyebabnya adalah buah-buahan memiliki asam organik yang diduga bisa memicu pindahnya bahan berbahaya yang ada pada plastik ke dalam makanan. Agar terhindar dari bahaya yang “mengintai” pada wadah makanan, sebaiknya pengguna memakai wadah yang terbuat dari bahan yang food grade, kedap udara, dan air. Jika terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus, usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah ke makanan.

Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam kemasan yang terpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas.

Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas. Pilih makanan yang dikukus dengan dibungkus daun, bukan plastik seperti lemper, lontong kue lupis dan sejenisnya. Jenis plastik yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Polyethylene yang tampak bening, dan Polypropylen yang lebih lembut dan agak tebal.

Putri Wulandari Zainal, PhD
Putri Wulandari Zainal, PhD
Staf dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.