Penyebaran hoaks dan fitnah terhadap Pak Jokowi oleh tiga orang anggota Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo-Sandiaga (PEPES) di Karawang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu patut disayangkan. Karena kontennya yang menyebut jika Pak Jokowi terpilih tidak ada lagi azan berkumandang, pernikahan sejenis dilegalkan, dan ulama akan dikriminalisasi, bisa menjadi minyak untuk membakar kemarahan masyarakat dan berakibat pada perpecahan. Merusak pemilu yang aman lagi damai.
Padahal, saat memulai masa kampanye September lalu, seluruh peserta pemilu telah mendeklarasikan kampanye damai, di Monas, disaksikan seluruh rakyat Indonesia. Tidak terkecuali pasangan Prabowo-Sandiaga dan seluruh partai pengusungnya. Sudah semestinya mereka tetap menjaga komitmen tersebut. Bukannya membiarkan konten fitnah dan hoaks terus direproduksi di akar rumput untuk menyudutkan Pak Jokowi.
Harus diakui, saya dan kawan-kawan di Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf sangat marah dan kecewa atas peristiwa tersebut. Kami sudah mati-matian mengondisikan setiap relawan, simpatisan, dan kader selurut partai pengusung agar tidak melakukan kampanye hitam dan kampanye negatif. Meskipun yang terakhir diperbolehkan oleh Undang-Undang, tapi kami berupaya menghindarinya semata agar masyarakat tidak semakin terfragmentasi dan kedamaian pemilu sirna.
Untuk itulah kami memutuskan melaporkan peristiwa tersebut kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai institusi yang berwenang menindak seluruh pelanggaran selama pemilu. Kami mengapreasiasi kinerja Bawaslu yang bekerja sama dengan kepolisian dalam mengusut kasus ini secara cepat. Ketiga anggota PEPES tersebut ditangkap dalam waktu singkat dan kini sedang menjalani proses hukum.
Harapannya, proses hukum juga berlanjut sampai menemukan dalang di balik operasi tiga ibu-ibu tersebut. Karena kami yakin pola seperti ini dilakukan secara terstruktur dan bukan hanya mereka yang sedang bekerja menyebarkan hoaks dan fitnah terhadap Pak Jokowi. Tidak tertutup kemungkinan pola sama juga dilakukan di wilayah lain di Indonesia. Maka, alangkah baiknya jika dalangnya bisa ditangkap dan bisa turut bertanggung jawab. Agar pola kampanye hitam semacam ini bisa dihentikan sama sekali dan pemilu tetap menjadi pesta demokrasi yang damai.
Kubu Prabowo-Sandiaga Panik di Jabar
Dalam hal ini, secara pribadi, saya menilai penggunaan kampanye hitam di Jawa Barat (Jabar) merupakan wujud kepanikan dari kubu Prabowo-Sandiaga. Mereka takut kehilangan wilayah yang selama ini digembar-gemborkan sebagai basis utama pendukung Prabowo. Karena, masyarakat Jabar saat ini sudah semakin mengerti capai-capaian Pak Jokowi selama 4,5 tahun ke belakang. Seperti pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan hajat hidup mereka secara langsung.
Masyarakat Jabar juga telah melihat bukti bahwa pribadi Pak Jokowi tidak seburuk yang selama ini diasumsikan kubu penantang sebagai anti-Islam, anti-ulama, komunis, dan lain sebagainya. Karena, pada kenyataanya Pak Jokowi cukup dekat dengan ulama. Menjadikan KH Ma’ruf Amin yang merupakan ulama terkemuka di Indonesia sebagai wakilnya. Ia pun adalah sosok yang sangat taat beribadah.
Survei Indopolling periode Januari 2019 dengan 1200 responden dan margin of error lebih kurang 2,8 persen menunjukkan: kepuasan masyarakat Jabar terhadap kinerja Pak Jokowi sebesar 60 persen. Paling besar adalah kepuasan di bidang infrastruktur, sebesar 76,3 persen.
Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin berdasar survei yang sama, juga telah mengungguli Prabowo-Sandiaga di Jabar. 41,7 persen melawan 37,9 persen. Angka tersebut tidak jauh berbeda dari hasil survei yang dilakukan internal kami di periode sama.
Sementara, menurut saya, Prabowo-Sandiaga tidak memiliki amunisi lain untuk menghalau peningkatan dukungan masyarakat Jabar kepada Jokowi-Ma’ruf. Visi-misi mereka tidak tajam dan tidak inovatif. Terlihat dalam dua debat terakhir mereka masih gagap menawarkan solusi terhadap persoalan-perosalan yang menjadi tema dan cenderung mengandalkan spin doctor di media sosial seusai perdebatan.
Oleh karena itu, tidak ada pilihan selain menggunakan hoaks dan fitnah guna memojokkan pribadi Pak Jokowi. Seperti halnya yang mereka lakukan pada Pilpres 2014 lalu melalui tabloid Obor Rakyat yang menuding Pak Jokowi sebagai keturunan PKI. Padahal jelas-jelas keluarga Pak Jokowi tidak ada sangkut pautnya dengan partai tersebut.
Justru Jadi Bumerang
Namun toh, strategi yang sama tidak bisa berlaku dua kali. Masyarakat saat ini sudah semakin cerdas dan memahami pola-pola kampanye hitam tim Prabowo. Mereka tidak bisa ditipu untuk dua kali. Sebaliknya, seperti di video saat tiga ibu-ibu tersebut menyebarkan hoaks, warga membantah isu yang menyudutkan Pak Jokow tersebut dengan argumentasi logis dan waras.
Hemat saya, jika kubu Prabowo-Sandiaga terus menjalankan strategi hoaks dan fitnah kepada pribadi Pak Jokowi, justru akan menjadi boomerang kepada mereka. Masyarakat bisa semakin tidak percaya dengan apa pun pernyataan mereka. Dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf semakin meningkat. Akhirnya Jabar dengan lebih dari 30 juta warganya akan menjadi penentu kemenangan pasangan nomor urut 01.
Tentu saja kami pun tidak akan tinggal diam atas hoaks dan fitnah tersebut. Kami akan semakin memperkuat basis-basis masyarakat yang saat ini sudah mendukung Jokowi-Ma’ruf. Di samping terus menggerakkan relawan untuk mengampanyekan capaian Pak Jokowi dan visi-misi beliau ke depannya kepada masyarakat yang belum menentukan dukunga dan yang masih mendukung Prabowo-Sandiaga.
Saat ini, setelah peristiwa di Karawang terjadi, para relawan, simpatisan dan kader partai pengusung Jokowi-Ma’ruf menjadi semakin giat bekerja. Bukan hanya untuk memenangkan pasangan tersebut. Lebih dari itu adalah untuk menghindarkan perpecahan di kalangan masyarakat akar rumput akibat hoaks dan fitnah yang diluncurkan kubu Prabowo-Sandiaga.
Pada akhirnya, saya tetap optimis Pak Jokowi akan kembali memimpin Indonesia untuk periode 2019-2024. Karena, Pak Jokowi adalah orang baik. Dan, sampai kapan pun saya yakin kebaikan akan menang di dunia ini.