Minggu, November 24, 2024

Partai Solidaritas Indonesia

Kalis Mardiasih
Kalis Mardiasih
Periset dan anggota tim media kreatif Jaringan Nasional Gusdurian.
- Advertisement -

Meskipun di PSI banyak perempuan dan anak muda, saya sempat belum tertarik betul milih PSI. Ternyata saya ini tipe pemilih yang tradisional betul, tipe-tipe yang kalau nggak PPP ya PKB. Tipe-tipe yang “pokoknya manut Mbah Maimoen”. Kebetulan anak Kiai tempat saya nyantri dulu nyaleg. Gus e itu masih muda dan saya tahu beliau progresif karena aktif di RMI NU.

Pesantren tempat saya ngaji ini juga tipe pesantren yang “cukup”. Pendidikannya ada mulai Paud sampai Stai, semua bangunan layak dan gagah. Unit usahanya ada mulai koperasi, toko alat tulis, toko fashion sampai toko komputer. Tipe pesantren mandiri yang nggak menunggu bantuan sana-sini. Pesantren agak kaya begini biasanya punya Kiai dan Nyai yang ulet. Untuk DPRD, saya kasih suara ke Gus e dengan harapan pendidikan pesantren jadi makin maju. Kebetulan saya juga kenal dekat dengan adiknya Gus e. Calon Nyai muda lulusan Syria mix Paramadina.

Sampai beberapa bulan lalu, kejadiannya malam minggu. Saya dibonceng Agus menuju Ascos dan diskusi kami sampai kepada bahasan politik elektoral.

“Mas serius mau nyoblos PKS?”

“Nggak. Aku mau kasih suara buat PSI.”

Eh? Agus? Akhirnya PSI? Serius?

“Iya serius. Biar partai kecil bisa masuk parlemen.” Lalu, Agus sedikit menjelaskan soal parliementary threshold.

Kemarin saya memberikan suara DPR RI untuk caleg perempuan PSI. Saya pikir-pikir, lucu juga kalau PSI dikasih kesempatan. Soal siapa dibalik PSI dll, ah semua sama saja. Saya berharap satu suara saya bisa membantu kader-kader PSI yang muda dan baik seperti Mas Kokok, Yurgen, Grace Nat, Dara Nasution dll. Di grup WA pertemanan, saya juga iseng minta bantuan ke teman, ayo bantuin PSI. Kali aja parlemen jadi agak seru. Toh kita ini cuma remah-remah, di luar pemilu, yang bisa kita akses dari elit politik cuma tontonan di tipi dan berita di media. Kita perlu tontonan di tipi jadi seru dan berita di media jadi agak bervariasi. Mungkin kader-kader PSI yang memutuskan buat bangun citra “Angry Bird” all the time itu bisa bantu.

Ternyata suara yang didapat PSI jauh dari 4 persen. Hal itu sebetulnya mudah diprediksi. PDI punya penggemar fanatik dari desa ke kota. Golkar, ini organisasi tua dengan jutaan wajah ikatan alumni-alumni kerja profesi tua pula se-Indonesia. Partai lain punya basis pesantren, organisasi agama dan kader anak muda di kampus. PSI tidak punya basis sama sekali. Kebaruan-kebaruan yang ia tawarkan seperti recruitment caleg terbuka dan caleg non-koruptor, hanya menarik bagi orang-orang perkotaan.

Selain itu, attack ke PSI juga cukup keras. Broadcast-broadcast WA yang mengamanatkan jangan sampai umat memilih PSI karena partai anti-syariat sangat efektif untuk mengunci suara. Ya mau bagaimana lagi, sejak awal PSI memilih untuk memakai strategi yang sangat berisiko: membela minoritas, anti diskriminasi dan anti korupsi. Yang terakhir itu, artinya mereka juga melawan partai besar dan partai tua. Di twitter, orang-orang PDI akhirnya juga marah ke PSI. Praktis PSI memang bukan cari teman dan ambil risiko melenggang sendirian. Strategi yang agak nganeh-nganehi di politik Indonesia yang suka berjamaah untuk hal baik maupun buruk.

- Advertisement -

Cuma yang agak sedih, kenapa perolehan suara partai Berkarya tiba-tiba nyelonong tinggi. Persennya di atas PSI.

Kata orang-orang, “Mungkin orang tua di desa pada salah nyoblos, Mbak. Lambangnya mirip Golkar, jadi partai Berkarya dikira Golkar…”

Semoga kader PSI tetap seru di sosmed, di tipi, dan di mana-mana. Bagaimana pun, lima tahun ke depan, Rocky gerung mungkin masih laris buat gobal-gabul di tipi. Kita perlu orang-orang PSI yang seger-seger biar nggak bosen…

Kalis Mardiasih
Kalis Mardiasih
Periset dan anggota tim media kreatif Jaringan Nasional Gusdurian.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.