Minggu, Desember 15, 2024

Parkinson: Ketika Usus Berbisik, Otak Mendengar

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit “top-down”? Mereka seperti hantu yang bersembunyi di pikiran, lalu perlahan merayap ke perut. Parkinson, penyakit yang membuat otot kaku dan tubuh gemetar tak terkendali, selama ini dianggap sebagai salah satunya. Namun, ada fakta yang jarang diketahui: penderita Parkinson juga sering mengalami masalah pencernaan, seperti sakit maag, susah menelan, atau gangguan usus. Pengobatan memang bisa meredakan gejala di otak dan perut, tapi belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya.

Parkinson adalah gangguan saraf yang penyebarannya paling cepat di dunia. Jumlah penderitanya meningkat dua kali lipat dalam 25 tahun terakhir, mencapai 10 juta orang. Para ahli bahkan menyebutnya “Pandemi Parkinson”. Para ilmuwan berlomba mencari jawabannya, tapi penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa selama ini kita mungkin salah memahami Parkinson.

Alih-alih penyakit “top-down”, Parkinson mungkin sebenarnya masalah “bottom-up” yang dimulai di usus, lalu merambat ke otak. Bukti-bukti terus bermunculan, termasuk sebuah studi baru yang menyatakan bahwa penyakit Parkinson bisa dimulai di perut. Masalah usus bahkan bisa menjadi tanda peringatan dini. Dokter sudah lama menduga hal ini, meskipun belum memiliki semua jawabannya. Yang mereka tahu pasti, berdasarkan penelitian selama puluhan tahun, adalah: kita masing-masing memiliki dua otak. Satu di kepala, satu di perut, dan keduanya terhubung erat.

Penemuan ini membuka babak baru dalam penelitian Parkinson. Jika penyakit ini memang dimulai di usus, maka pencegahan dan pengobatannya mungkin perlu pendekatan yang sama sekali berbeda. Bayangkan, suatu hari nanti kita mungkin bisa mendeteksi Parkinson sejak dini melalui pemeriksaan usus, atau bahkan mencegahnya dengan menjaga kesehatan pencernaan.

Misteri Parkinson masih jauh dari terpecahkan, tapi setiap penelitian baru membawa kita selangkah lebih dekat ke jawabannya. Dan siapa tahu, jawaban itu mungkin tersembunyi di tempat yang tak pernah kita duga sebelumnya: di dalam perut kita. Pernahkah Anda merasakan sensasi “kupu-kupu” di perut, perasaan geli yang muncul sebelum ujian atau pidato penting? Itu adalah bukti nyata dari kerja sistem saraf ganda kita. Ketika otak merasa cemas, usus kita juga ikut merasakannya. Usus di sini bukan sekadar organ tunggal, melainkan seluruh sistem pencernaan yang menakjubkan, mulai dari mulut hingga rektum. Sistem ini mengatur segala yang kita konsumsi dan memiliki “otaknya” sendiri.

Sama seperti otak di kepala, saluran pencernaan kita memiliki jutaan sel saraf yang membentuk jaringan komunikasi yang rumit. Otak ini menyimpan perpustakaan program perilaku yang diaktifkan setiap kali kita makan. Itulah mengapa kita merasa lebih lesu setelah melahap makanan cepat saji, dibandingkan saat menikmati semangkuk bayam segar yang membuat kita lebih bersemangat. Coba saja!

Kedua otak ini terhubung erat, menjadikan usus sebagai pusat dari banyak penyakit. Kita tahu bahwa pola makan memengaruhi kesehatan fisik, tapi ternyata juga berdampak besar pada kesehatan mental. Masalah usus meningkatkan risiko kecemasan, depresi, bahkan penyakit neurodegeneratif seperti demensia, Alzheimer, dan Parkinson.

Jadi, jelaslah bahwa menjaga kesehatan usus sama pentingnya dengan merawat otak utama kita. Lupakan jalan pintas yang digembar-gemborkan media sosial, karena pola makan sehat yang kaya akan buah, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan unggas tetaplah kunci utama. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa diet Mediterania dapat menurunkan risiko demensia hingga 23% dan Alzheimer hingga 53%.

Usus kita bukan sekadar organ pencernaan, melainkan pusat kendali kedua yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental kita. Mari jaga “otak kedua” ini dengan bijak, karena kesehatan yang sejati dimulai dari perut yang bahagia.

Sebelum akhir pekan tiba, mari kita resapi mantra ini: Dengarkan bisikan hati nurani Anda, rawatlah ia seperti harta karun, karena ia adalah pelindung bagi otak Anda. Seperti kompas yang membimbing kapal di tengah samudra, hati nurani akan menuntun Anda melewati gelombang kehidupan. Jangan biarkan ia terabaikan, karena otak Anda akan merasakan dampaknya. Ingat, kesehatan mental dan kebahagiaan adalah investasi terbaik untuk masa depan yang cerah.

- Advertisement -

Jadi, sebelum Anda terjun ke dalam kesenangan akhir pekan, luangkan waktu sejenak untuk merenung dan mendengarkan suara hati Anda. Biarkan ia menjadi penjaga Anda, dan Anda akan menuai manfaatnya dalam bentuk pikiran yang jernih dan jiwa yang tenang.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.