Minggu, Oktober 6, 2024

Pandemi dan Ancaman Krisis Indonesia

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Pemerhati Politik

Pandemi Covid-19 memukul banyak sektor perekonomian. Mula-mula terdampak adalah sektor penerbangan dan pariwisata. Segera begitu kabar penyebaran virus merebak, berbagai negara menutup atau membatasi penerbangan dari dan menuju ke Tiongkok. Terutama kota Wuhan sebagai sumber awal penularan virus.

Di sektor pariwisata, besarnya jumlah wisatawan asal Tiongkok menjadi masalah karena virus corona disebarkan oleh carrier manusia.

Benar saja, gelombang awal menyebarnya virus secara global berasal dari wisatawan Tiongkok. Dengan cepat negara-negara tujuan wisata menutup kedatangan turis dari Tiongkok, seperti Thailand dan Korea Selatan.

Pantai wisata Phuket sontak berubah sepi. Tidak hanya itu, virus kemudian menyebar kepada penduduk lokal Thailand, khususnya pengemudi angkutan wisata yang membawa wisatawan Tiongkok. Korban kematian pertama di luar Tiongkok terjadi di Filipina, yaitu warga kota Wuhan yang tengah bepergian bersama keluarganya.

Transmisi lokal corona di Singapura terjadi setelah rombongan wisatawan asal Tiongkok mengunjungi toko herbal. Karyawan toko tertular, salah satunya kemudian menulari asisten rumah tangga yang berasal dari Indonesia. Wabah corona juga memukul industri kapal pesiar, setelah drama kapal Diamond Princess di Jepang di mana para penumpangnya positif corona.

Kekhawatiran terhadap menurunnya perekonomian akibat Covid-19 berdampak pula pada gejolak di pasar saham. Saat ini Tiongkok telah menjadi kekuatan ekonomi global, dengan banyak investasi asing ditanamkan. Lockdown di Wuhan serta pembatasan di hampir seluruh Tiongkok mengancam rantai pasok dan industri manufaktur asing yang beroperasi di Tiongkok.

Gelombang wabah berikutnya merebak di luar Tiongkok, yaitu di Iran, Italia, dan Korea Selatan. Dari Iran dan Italia, wabah menyebar ke Timur Tengah, Eropa, dan Afrika. Kemudian puncaknya Amerika Serikat, yang kini memimpin dalam jumlah kasus positif dan angka kematian. Konfirmasi kasus pertama corona di Indonesia diumumkan pada 2 Maret lalu oleh Presiden Jokowi.

Pro dan kontra sempat mencuat terkait kebijakan yang harus dipilih pemerintah dalam menangani corona. Sejumlah pihak menyerukan tindakan ekstrem seperti dilakukan negara-negara lain dengan menerapkan lockdown. Pemerintah sendiri menimbang-nimbang, mengingat lockdown bakal menghancurkan sektor informal yang banyak menyerap tenaga kerja dan UMKM.

Sempat pula muncul wacana penerapan darurat sipil jika dikhawatirkan situasi makin memburuk. Beredar pula graffiti “sudah krisis, saatnya membakar” yang ditengarai sebagai upaya provokasi untuk melakukan penjarahan. Polisi bergerak cepat menangkapi orang-orang yang diindikasi jaringan kelompok anarko-sindikalis.

Bayang-bayang krisis 1998 masih menghantui banyak orang. Gejolak moneter menyerang sejumlah negara yang perekonomiannya rentan, terutama Thailand, Korea Selatan, dan Indonesia.
Rontoknya mata uang rupiah menghancurkan sektor perbankan, membuat harga-harga meroket, termasuk sembako yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat.

Badan Pangan Dunia (FAO) sudah memperingatkan ancaman krisis pangan yang menyusul dari pandemi corona. Akibat _lockdown_, pergerakan manusia jadi terbatas, berdampak pada berkurangnya buruh tani migran yang diperlukan pada saat musim panen. Distribusi pangan juga terganggu karena kendala pengiriman sehingga harga-harga jadi membengkak.

Indonesia sendiri masih bergantung pada impor sejumlah komoditas pangan. Dari beras, gula, bawang putih, hingga daging sapi dan kerbau masih harus diimpor untuk menutup kekurangan produksi oleh petani dan peternak lokal. Masalahnya, negara-negara penghasil beras seperti Vietnam dan Thailand kini membatasi ekspor dengan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri.

Presiden Jokowi dalam rapat terbatas 13 April lalu meminta para menteri dan kepala daerah memastikan ketersediaan bahan pokok di tengah pandemi corona. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim stok aman hingga 3-4 bulan ke depan. Tetapi Presiden telah mengingatkan bahwa meskipun panen saat ini mencukupi, panen selanjutnya pada Agustus-September bisa terancam.

Di lapangan, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ditambah dengan larangan mudik telah berdampak pada hilangnya mata pencaharian banyak warga. Sebagian orang terpaksa tidur menggelandang di trotoar karena tidak bisa membayar sewa kontrakan setelah kehilangan pekerjaan. Di tengah desakan ekonomi, kriminalitas bisa menjadi jalan keluar bagi banyak pihak.

Mantan wakil presiden Jusuf Kalla mewanti-wanti bahwa pandemi corona bisa berubah dari krisis kesehatan menjadi krisis keamanan. Jika dalam dua bulan persoalan corona belum terselesaikan, dikhawatirkan imbasnya terhadap perekonomian bisa berujung pada gangguan keamanan. Pola kerusuhan 1998 bisa terulang kembali dari gelombang kriminalitas akibat corona.

Politisasi juga tidak terelakkan muncul dari pandemi corona. Niat pemerintah mengucurkan stimulus ekonomi mencapai Rp 405 triliun dibayangi pula dengan sentimen politik. Payung hukum Perppu 1/2020 yang memberi kekebalan hukum kepada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) digugat sejumlah tokoh, mengingatkan pada skandal Century saat krisis 2008 yang terjadi pada masa pemerintahan SBY.

Pada akhirnya pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Solidaritas dan gotong-royong sebagai semangat bangsa sejak nenek moyang harus dihidupkan kembali. Indonesia telah melalui banyak rangkaian krisis ekonomi dan politik, dan mampu bertahan hingga saat ini. Wabah corona akan menjadi catatan baru sejarah Republik, setelah sebelumnya pernah dihantam flu Spanyol pada 1918.

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Pemerhati Politik
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.