Selasa, Oktober 28, 2025

Otak, Semesta Tak Terbatas dalam Tempurung Kepala Kita

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Di dalam tempurung kepala kita, tersembunyi sebuah organ yang tak terhingga kompleksnya: otak. Dialah arsitek utama di balik siapa kita, memahat kepribadian, pikiran, dan setiap gerakan kita. Bayangkan saja, sekitar 86 miliar neuron bekerja tanpa henti, dengan masing-masing neuron membentuk jejaring rumit yang terhubung ke 10.000 neuron lainnya. Ini menciptakan sebuah susunan koneksi yang nyaris tak terbatas, sebuah semesta mini di dalam diri kita.

Dari detak jantung yang tak kita sadari hingga percakapan yang paling mendalam, dari hembusan napas pertama saat lahir hingga mimpi-mimpi malam, semuanya adalah buah karya jaringan saraf yang luar biasa ini. Otak adalah komandan utama di balik setiap tindakan kita—apakah kita makan untuk mengisi energi, terlelap dalam tidur nyenyak, mengucapkan sepatah kata pun, atau bahkan sekadar bernapas secara otomatis. Namun, meskipun perannya sangat vital dan tak terbantahkan dalam keberadaan kita, sungguh mengherankan betapa sedikitnya yang sebenarnya kita pahami tentang cara kerja intinya. Otak tetap menjadi kotak Pandora yang belum sepenuhnya terbuka.

Setiap tahun, pada tanggal 22 Juli, kita merayakan Hari Otak Sedunia. Ini bukan sekadar peringatan biasa, melainkan sebuah undangan global untuk berhenti sejenak dan merenung, untuk memelihara kesehatan otak kita, dan yang terpenting, untuk memperdalam pemahaman kita akan organ yang luar biasa ini.

Namun, ada ironi yang begitu mendalam dan mengharukan dalam perayaan ini: otak manusia, sang jenius yang telah memungkinkan kita mencapai peradaban, meskipun telah menjadi subjek penelitian berabad-abad, masih berjuang keras untuk sepenuhnya memahami dirinya sendiri. Kerumitannya seolah tak ada habisnya, terus-menerus diselimuti misteri yang menantang akal. Malam ini, kita akan memulai perjalanan eksplorasi, menyelami tiga misteri besar yang paling menonjol dan memukau tentang otak kita.

Perjalanan kita ke dalam misteri otak dimulai dengan teka-teki sel-sel misterius. Kita semua tahu bahwa otak kita tersusun dari sel-sel, tetapi pernahkah Anda berpikir bahwa ada berbagai jenis sel yang berbeda, dan masing-masing menjalankan fungsi yang sangat spesifik dan unik? Fenomena ini pertama kali diamati oleh para ilmuwan yang cermat pada tahun 1800-an.

Kini, berkat kemajuan ilmu pengetahuan, kita mengetahui bahwa otak manusia menampung sekitar 170 miliar sel yang luar biasa banyaknya—sebuah angka yang sungguh mencengangkan! Namun, meskipun kita memiliki gambaran tentang jumlah total sel, jumlah pasti dari jenis sel yang berbeda ini masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan sepenuhnya. Penelitian terbaru telah berhasil mengidentifikasi lebih dari 3.000 jenis sel yang berbeda dalam otak manusia—sebuah terobosan yang sangat signifikan!

Namun, para ahli yakin bahwa angka ini hanyalah sebagian kecil dari total jenis sel yang diperkirakan ada. Seolah-olah kita baru saja mengintip ke dalam sebuah perpustakaan raksasa dan baru membaca daftar isi, tanpa mengetahui semua bab yang terkandung di dalamnya.

Misteri kedua yang mendalam adalah memori—kemampuan otak kita untuk memperoleh, menyimpan, dan mengambil informasi. Saat kita menjalani hidup, ingatan kita merangkai narasi keberadaan kita. Namun, pemahaman kita tentang ingatan tidak lengkap. Kita tidak sepenuhnya memahami mengapa beberapa ingatan sangat kuat sementara yang lain memudar atau bahkan berubah.

Komposisi fundamental ingatan, mengapa kita tidak dapat mengingat masa kanak-kanak awal kita, atau kapasitas sebenarnya dari ruang penyimpanan ingatan kita—yang sering spekulasikan tidak terbatas—semuanya adalah pertanyaan yang belum terjawab. Yang kita tahu adalah bahwa ingatan terkadang bisa tidak dapat diandalkan. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang percaya ingatan mereka lebih baik dari rata-rata, sebuah kemustahilan statistik. Estimasi berlebihan ini dapat menyebabkan frustrasi umum, baik dalam perselisihan dengan pasangan atau pada siswa yang terlalu percaya diri sebelum ujian.

Akhirnya, mimpi kita juga tetap menjadi misteri yang signifikan. Selama ribuan tahun, umat manusia telah terpesona oleh mimpi, namun pemahaman kita tentang mimpi sangat minim. Beberapa teori mengemukakan mimpi hanyalah aktivitas listrik, sementara yang lain menyarankan mimpi sebagai mekanisme untuk memproses emosi.

- Advertisement -

Banyak orang mengingat mimpi mereka dengan jelas, sementara beberapa individu tidak pernah mengingat satu pun mimpi sepanjang hidup mereka. Kita juga tidak yakin kapan atau berapa banyak kita bermimpi. Selama beberapa dekade, para ilmuwan percaya bahwa mimpi hanya terjadi selama tidur REM (gerakan mata cepat), menyumbang sekitar seperdua belas dari hidup kita yang dihabiskan untuk bermimpi.

Namun, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa kita dapat bermimpi selama tahap tidur apa pun dan mungkin sebenarnya menghabiskan sepertiga hidup kita tenggelam dalam mimpi.

Ini hanyalah beberapa dari ribuan rahasia yang dimiliki otak kita. Banyak pertanyaan tetap tidak terjawab, dan terkadang, bahkan jawaban yang sudah mapan pun berkembang. Ini mungkin terlihat mengecilkan hati sampai kita mengingat seberapa jauh pemahaman kita telah berkembang. Untuk sebagian besar sejarah manusia, kita bahkan tidak tahu apa itu otak. Dokter kuno mengira otak terbuat dari lendir, dan orang Yunani kuno percaya itu adalah “kulkas manusia” yang mendinginkan jantung. Hingga abad ke-17, banyak pemikir mengaitkan emosi, pikiran, dan tindakan dengan roh daripada organ.

Abad ke-17 membawa revolusi ilmiah, dengan dokter mengakui otak sebagai pusat dunia mental kita. Peta organ yang digambar tangan segera menyusul. Butuh satu abad lagi untuk mempelajari neuron dan satu abad lagi setelah itu untuk melacak jalur rumitnya. Seiring kemajuan teknologi, kita beralih dari gambar tinta ke catatan aktivitas otak menggunakan pemindaian, robot, dan kecerdasan buatan.

Di tengah misteri dan penemuan yang sedang berlangsung ini, satu hal tetap konstan: upaya kita yang lambat tapi mantap untuk menata kekacauan bawaan otak. Kita masih jauh dari mencapai pemahaman yang lengkap, namun kita lebih dekat dari sebelumnya.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.