Manchester United menang lagi. Empat gol yang bersarang di gawang kiper Swansea, Lukasz Fabianski, Sabtu lalu (19/08), semakin mengukuhkan status tim berjuluk “Setan Merah” itu sebagai kandidat kuat juara Liga Inggris musim ini. Minggu lalu mereka menang juga atas West Ham dengan skor telak yang persis sama, 4-0. Wajar kalau luapan optimisme bisa kita rasakan dalam ekspresi para fans MU hari-hari ini.
Jose Mourinho, pelatih MU, sendiri berusaha meredam euforia berlebihan dari para fans. Ia mengingatkan bahwa musim lalu dua pertandingan perdana “Setan Merah” pun diakhiri dengan kemenangan. Toh, enam poin di awal tersebut pada akhirnya hanya membawa mereka menduduki peringkat keenam di akhir musim.
Nampaknya Mourinho ingin agar para pemainnya tidak jemawa. Pujian bertubi-tubi dari para pengamat sepakbola serta fans fanatik kesebelasan ini bisa berefek bumerang jika dosisnya kelebihan. Sebagai pelatih yang berpengalaman menjalani pertarungan ketat di kompetisi Liga Inggris, Mourinho tahu betul potensi kejutan yang melekat dengan Premier League. Start yang menjanjikan di awal musim belum menjamin konsistensi hingga akhir.
Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tampilan Manchester United saat ini tampak begitu menjanjikan. Ada beberapa alasan yang layak membuat para pecinta klub asal Manchester itu menaruh asa lebih di musim ini.
Transfer Musim Panas
Total uang belanja 148 juta pounds telah digelontorkan di bursa transfer musim panas ini untuk membeli tiga pemain: Victor Lindelof, Nemanja Matic, dan Romelu Lukaku. Lindelof memang masih perlu waktu untuk beradaptasi dengan klub sebesar MU dan liga sekelas Premier League, namun dua pembelian yang lain, Matic dan Lukaku, langsung nyetel dengan tim.
Setelah terpilih menjadi Man of the Match dalam pertandingan Liga Inggris perdananya bersama United, Matic kembali menunjukkan keperkasaan dalam pertarungan lapangan tengah melawan gelandang-gelandang Swansea, Sabtu lalu. Sementara Lukaku telah mencetak empat gol dalam tiga pertandingan resmi “Setan Merah” musim ini.
Kalau Matic dianggap sebagai solusi menjaga stabilitas lini tengah MU, Lukaku berhasil menambahkan dimensi baru dalam skema serangan MU, yakni kecepatan ujung tombak. Ya, meski tajam pula di musim lalu, striker andalan MU sebelumnya, Zlatan Ibrahimovic, bermain amat lambat.
Peningkatan Kualitas Pemain Lama
Musim lalu Phil Jones digadang-gadang oleh para komentator bola sebagai pemain yang bakal segera angkat koper dari Old Trafford. Selain sering cedera, ia juga terlalu sering dimainkan di berbagai macam posisi, sehingga dianggap kurang punya spesialisasi peran dalam tim.
Kenyataannya, di bawah polesan Mourinho, Jones justru tampak semakin solid tiap kali dipercaya mengawal lini belakang “Setan Merah”. Meski tidak terlalu gesit dan relatif pendek untuk ukuran bek tengah, Jones berani berjibaku dengan penyerang lawan. Perawakannya yang gempal mengingatkan fans klub ini pada salah satu legendanya, Steve Bruce.
Paul Pogba, Henrik Mkhitaryan, dan Anthony Martial adalah nama-nama lain yang menunjukkan peningkatan permainan di awal musim ini. Pogba dan Martial selalu mencetak gol dalam dua pertandingan Liga Inggris yang telah dijalani. Padahal musim lalu keduanya sering dianggap mandul. Keberadaan Matic yang menjadi penyeimbang lini tengah membuat Pogba seperti kuda yang dilepas, bebas mengobrak-abrik barisan pertahanan lawan tanpa harus terlalu memikirkan tugas bertahannya.
Sementara Martial kembali menunjukkan kegesitan dan ketajaman seperti dalam musim pertamanya di Manchester. Mkhitaryan juga semakin penting dalam alur serangan tim. Pemberian gelar Man of the Match usai pertandingan melawan Swansea kepada pemain asal Armenia tersebut menunjukkan bahwa masa-masa sulitnya di awal musim lalu hanyalah permasalahan adaptasi.
Rekam Jejak Mou di Musim Kedua
Alasan lain yang tidak bisa dianggap sepele adalah keberhasilan Mourinho menjuarai liga pada seluruh musim kedua yang dijalaninya. Mulai dari Porto, Chelsea (periode pertama), Inter Milan, Real Madrid, hingga Chelsea lagi (periode kedua), gelar juara liga selalu berhasil diraih oleh tim yang diasuh oleh pelatih berjuluk The Special One itu, pada musim kedua kepemimpinannya. Berbekal pengalaman satu musim, pelatih yang terkenal dengan ketajaman analisisnya itu sanggup mengidentifikasi titik-titik lemah yang perlu diperkuat, serta tipe pemain yang dibutuhkan untuk menjadi solusi.
Tentu saja di balik semua alasan untuk optimistis di atas masih ada hal-hal yang menuntut perbaikan. Pertandingan memperebutkan Piala Super Eropa melawan Real Madrid beberapa minggu lalu menunjukkan gap kualitas dengan klub-klub elite Eropa yang masih harus dikejar. Meski menang telak 4-0 dalam laga melawan Swansea Sabtu lalu, tiga gol terakhir juga baru tercipta di 10 menit terakhir pertandingan.
Sebelumnya, Swansea sempat agak menguasai permainan dan hampir menciptakan gol penyama kedudukan karena kelalaian Pogba menempel Tammy Abraham. Bayangkan jika gol itu terjadi dan pertandingan berakhir imbang 1-1. Bayang-bayang banyaknya jumlah laga yang berakhir seri musim lalu akan dengan mudah menghantui tim ini.
Para fans MU punya alasan untuk optimistis sekaligus realistis. Dalam minggu-minggu ke depan akan semakin jelas prospek prestasi “Setan Merah” di musim ini. Sanggupkah Mourinho mempertahankan tren juara liga di musim kedua? Mampukah mereka meng-upgrade performa di Europa League musim lalu dalam kompetisi elite Liga Champions Eropa?
Atau musim ini hanya akan jadi perpanjangan puasa gelar juara Liga Inggris dan Liga Champions klub terkaya di dunia ini sejak Sir Alex Ferguson meninggalkan kursi kepelatihan? Kiprah “Setan Merah” musim ini bakal menarik untuk diikuti.