Jumat, Maret 29, 2024

NSB12, Bisnis Sepakbola, dan Sisa-sisa Idealisme

Muhammad Qomarudin
Muhammad Qomarudin
Penikmat sepakbola layar kaca dan sesekali menulis tentang sepakbola

supporter

Laga Bali United kontra Persiba Balikpapan menyisakan kesan mendalam bagi pecinta sepakbola Indonesia. Hati nurani insan sepakbola kembali tersindir oleh pesan moral yang disampaikan suporter. Melalui spanduk bertuliskan “Supporter Not Customer”, salah satu kelompok pendukung Bali United yang menamakan diri sebagai North Side Boys 12 (NSB12) kembali mencoba mengetuk kesadaran kita tentang keagungan posisi suporter dalam sepakbola.

Slogan itu menyiratkan pesan bahwa pendukung sepakbola bukanlah pelanggan biasa. Mereka sadar jika dalam sepakbola, tidak ada istilah beli putus antara suporter dan klub kesayangan. Pertandingan sepakbola juga bukan sekadar tontonan yang dilabeli harga. Kekecewaan suporter bola setelah menyaksikan klub kesayangannya kalah tidak bisa disamakan dengan kekecewaan penonton film bioskop karena film yang ditunggu-tunggu tak sesuai harapan.

Suporter sepakbola punya komiteman yang luar biasa angkuh. Komitmen itu bahkan lebih dari sekadar fanatisme biasa. Ada banyak hal di luar nalar akal sehat yang seringkali dikorbankan untuk sepakbola. Suporter sepakbola juga punya kadar kesetiaan lebih dari 24 karat pada tim kebanggan. Maka, tak heran jika mereka tetap rela menyisihkan harta, tenaga, dan waktu untuk berbondong-bondong ke stadion, meski sebelumnya sempat kecewa berkali-kali. Bagi sebagian orang, sepakbola sudah telanjur menjadi candu.

Loyalitas tanpa batas itu kemudian ditangkap sebagai peluang usaha bagi para pemodal. Para pecandu sepakbola diposisikan sebagai konsumen loyal yang tentu berpotensi melahirkan keuntungan melimpah. Dan pada kenyataannya memang demikian. Merchandise berlabelkan “original” tetap saja laris manis, meski harga tak sesuai dengan kualitas. Atrian mengular di lorong-lorong loket pembelian tiket juga masih mudah dijumpai, meski harga tiket terus mengalami kenaikan dari masa ke masa.

Praktik-praktik pengerukan keuntungan dengan memanfaatkan loyalitas suporter belakangan juga terus mengalami pembaharuan. Para pemodal tidak lagi terpaku pada hal-hal yang melekat pada sepakbola itu sendiri sebagai barang dagangan. Keterlibatan pihak ketiga sebagai sponsor resmi klub mulai diberi akses untuk turut memanfaatkan loyalitas suporter.

Petinggi-petinggi klub dengan lantang terus-menerus menyuarakan pesan perihal mencintai sponsor adalah bagian dari bentuk dukungan terhadap tim kesayangan. Atas dasar profesionalitas, seruan itu akhirnya juga “terpaksa” dilakukan oleh pelatih dan para pemain idola kita.

Dan by the way, di balik munculnya spanduk “Supporter Not Customer” di stadion Dipta kala itu ternyata ada cerita menarik yang patut dibanggakan. Di laman resmi mereka, NSB12 mengurai kronologi timbulnya ide memunculkan spanduk bernada perlawanan itu.

Bermula dari datangnya undangan resmi manajemen klub, NSB12 membulatkan tekad untuk bersedia hadir dengan harapan pihak manajemen bisa mendengar uneg-uneg mereka untuk perbaikan klub. Pertemuan itu ternyata tak sesuai harapan. Dalam pertemuan itu ternyata juga hadir pihak ketiga (sponsor) yang tak pernah diberitahukan sebelumnya.

“Ada udang di balik batu,” begitu istilah dari NSB12.

Melalui perantara manajemen klub, dalam pertemuan itu pihak ketiga ternyata menawarkan bentuk kerja sama dengan mereka. NSB12 tidak menyebut secara rinci perihal bentuk kerja sama itu. Namun, kita semua pasti bisa menduga-duga apa yang sebenarnya ditawarkan. Jika melihat kekecewaan NSB12, saya rasa kerja sama yang ditawarkan pastinya tak akan jauh-jauh dari urusan branding product.

“Pertemuan itu seakan menjadi hampa bagi kami, karena tidak ada tujuan yang sama dengan pemikiran kita terhadap tim yg kami banggakan. Kami ditawarkan beberapa hal yang ditawarkan oleh pihak ketiga yang menjadi salah satu sponsor turnamen kopi ini, lalu untuk apa pertemuan ini? Karena dari awal yg kami inginkan dari pertemuan ini hanyalah suara dan masukan kami dapat tersampaikan untuk tim kebanggaan kami agar lebih baik ke depannya,” tulis NSB12.

Melalui spanduk itu, NSB12 dengan tegas menyampaikan penolakan terhadap tawaran pihak ketiga. Mereka tidak mau dijadikan lahan mencari keuntungan. Keteguhan hati dan idealisme mereka mengalahkan iming-iming materi. Karena, bagi mereka, jati diri dan identitas sebagai kelompok suporter tidak bisa semudah itu dihapus dan digantikan dengan merek pruduk tertentu. NSB12 menutup tulisan dengan mengutip petuah luhur dari Tan Malaka; Dan pada akhirnya Idealisme adalah Kemewahan Terakhir yang hanya dimiliki oleh Pemuda.

Bisnis sepakbola menjadi cerminan dari kehidupan keseharian kita yang syarat dengan prinsip-prinsip ekonomi. Sepakbola sudah telanjur menjadi barang dagangan. Dengan begitu hukum ekonomi juga akan bekerja secara otomatis di dalamnya. Memperoleh laba sebesar-besarnya sudah menjadi tujuan akhir dari segala. Prosesi angkat trofi hanyalah cara untuk meningkatkan pendapatan melalui hak siar televisi, penjualan merchandise, tiket pertandingan, dan iklan.

Arogansi pemilik modal yang kebanyakan tak pernah benar-benar mencintai sepakbola mengancam esensi sepakbola itu sendiri. Jika hal itu terus-menerus dibiarkan, bukan tidak mungkin sepakbola kita lambat laun akan kehilangan esensinya sebagai olahraga yang mudah dan murah. Sikap kritis yang dipertontonkan NSB12 saya pikir adalah bagian dari upaya pencegahan meluasnya arogansi.

Penolakan NSB12 untuk masuk ke dalam sirkuit pemodal adalah bukti jika suporter tetap punya harga diri. Harga diri itu sekaligus menjadi modal untuk terus bersuara tanpa rasa pamrih. Jika telinga-telinga bebal para pemodal rakus tetap tak mendengar kritik, setidaknya masih ada jurus berikutnya: aksi boikot. Karena sejatinya kita sudah bersepakat bahwa football is nothing without fans.

Muhammad Qomarudin
Muhammad Qomarudin
Penikmat sepakbola layar kaca dan sesekali menulis tentang sepakbola
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.