Jumat, April 26, 2024

Notes From Underground, Absurditas Cinta

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Sebagai suatu karya yang dianggap karya pertama yang membahas eksistensialisme, Notes From Underground (NFU)—ditulis oleh Fyodor Dostoevsky pada 1864—berbicara mengenai manusia sebagai individu dan bagaimana hubungan antara pemikiran dan perasaannya dengan dunia di sekitarnya beserta konsep-konsep sosial yang pada umumnya terlihat bertentangan dengan keinginan individual tokoh utamanya.

Pada bagian pertama, NFU berusaha menelanjangi psikologi dari tokoh utama, manusia bawah tanah, yang juga merupakan narator di dalam novel ini. Novel ini memperlihatkan bagaimana ia telah sangat terindividualisasi sampai pada batas-batas yang ekstrem. Hal ini lebih jelas terdeskripsi pada bagian kedua novel ini yang memperlihatkan bagaimana ia berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya.

Pada bagian kedua itu, terlihat bahwa si manusia bawah tanah sangat membenci struktur sosial yang selalu memenangkan orang-orang yang memenuhi kriteria-kriteria yang menurutnya merupakan ekuivalen dari tradisi primitif manusia yang hanya mementingkan kualitas bawaan dari lahir dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dogma-dogma sosial yang kadang bertentangan dengan idealisme seseorang. Ia melihat masyarakat dan aturan-aturannya sebagai penghambat dirinya untuk menunjukkan identitas dan kualitas dirinya yang asli sebagai seorang individu yang memiliki prinsip-prinsip pribadi yang tidak kalah pentingnya dari prinsip-prinsip yang ada pada masyarakat.

Walaupun NFU dianggap sebagai pionir dari karya sastra yang membahas tentang eksistensialisme, ia tidak menggambarkan individu ideal menurut para filsuf-filsuf eksistensialisme. Melainkan ia melihat paradoks yang bersemayam di diri seseorang yang mencoba untuk mementingkan eksistensinya ketimbang esensi palsu tentang dirinya yang dibangun oleh masyarakat.

Novel ini mendemonstrasikan bagaimana seorang yang terlihat begitu sadar akan pentingnya dirinya sebagai satu-satunya pihak yang berhak dalam mendefinisikan eksistensinya masih terombang-ambing dalam usaha pendefinisian tersebut ketika dihadapkan dengan masyarakat.

Jika dilihat dari hubungannya dengan konsep will yang telah terindividualisasikan, aksi-aksi dan keputusan dari si manusia bawah tanah di dalam NFU memperlihatkan betapa tidak berdayanya will  jika telah terindividualisasikan. Will tersebut hanya akan menjadi tenaga pendorong tanpa kendali terhadap pemilihan keinginan. Ketika si manusia bawah tanah memutuskan untuk mundur, mengalah, dan menelantarkan keinginan utamanya untuk diterima oleh masyarakat karena menurutnya tidak mungkin, maka will harus mengikuti keinginan baru tersebut—mundur/mengalah. Segala keputusan yang dibuat oleh si manusia bawah tanah, walaupun bersifat destruktif bagi dirinya, harus diakomodasikan oleh will. Hal inilah yang membuat will  dan manusia yang menguasainya berada pada posisi yang absurd.

Absuditas will dan manusia bawah tanah juga sangat teraksentuasi di dalam cintanya kepada seorang pelacur yang bernama Liza. Walaupun di dalam inner-monolognya ia tidak mengakui cintanya kepada Liza, pembaca dapat dengan mudah menginterpretasikan bahwa segala aksi-aksinya pada pertengahan akhir dari bagian kedua pada novel NFU menunjukkan hal yang sebaliknya.

Pada bagian kedua terungkap bahwa tokoh utama bukanlah narator yang dapat dipercaya. Meskipun dia terkesan sangat jujur dan introspektif akan hal-hal yang dirasakan dan dialaminya, pernyataannya bahwa celoteh dan bujukannya kepada Liza untuk meninggalkan rumah bordil hanyalah sebuah pelampiasan kemarahan karena tidak bisa membalas perlakuan Simonov dan kawan-kawan merupakan kebohongan belaka. Selain itu, pengakuannya bahwa pidato panjangnya kepada Liza adalah bentuk dari keinginan egomanianya untuk menaklukkan individu lain juga tidak bisa sepenuhnya dipercaya. Hal ini terlihat dari reaksinya ketika melihat bagaimana terpukulnya Liza akan kata-katanya yang cukup meneror psikologi gadis itu.

Deskripsinya yang detail mengenai apa yang ia rasakan dari kesedihan yang ia lihat dari Liza jelas bahwa manusia bawah tanah memiliki simpati terhadap Liza. Selain itu, nasehat panjangnya yang berapi-api kepada Liza cukup sebagai bukti bahwa ia memiliki kepedulian terhadap kehidupan Liza.

Namun, bukti bahwa ia benar-benar peduli terhadap Liza adalah pengakuannya bahwa apa yang dikatakannya kepada Liza berasal dari ketulusannya. Walaupun sebelumnya ia sempat meragukan apakah nasehat yang ia berikan hanya merupakan sandiwara belaka. Hal yang menunjukkan cintanya kepada Liza adalah impiannya (yang ia akui murahan dan vulgar) untuk hidup bersama Liza dan bagaimana cinta tumbuh di dalam diri Liza kepadanya.

Walaupun terlihat sangat egomaniak dan posesif, impian manusia bawah tanah tersebut merupakan refleksi dari bentuk cinta yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah ia tumbuhkan di dalam dirinya selama bertahun-tahun. Ia mengetahui bahwa Liza yang hanya seorang pelacur pasti tidak terlalu pintar dan mapan dalam berpikir. Maka, di dalam imajinasinya ia memasukkan bagian di mana ia mendidik Liza agar sepadan dengannya. Hal ini memperlihatkan keinginannya untuk menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai.

Jadi, kata-kata educate tidak harus melambangkan kecenderungannya untuk menjadi pihak yang dominan di dalam hubungan percintaan. Namun, keinginannya sebagai orang yang paling berjasa di dalam hubungan percintaannya dengan Liza tidak bisa ditepis. Walaupun begitu, kerelaannya untuk menyamakan statusnya dengan Liza merupakan manifestasi dari cintanya.

Akan tetapi, pada akhirnya individualisasi ekstrem yang telah ia bangun di dalam dirinya menyebabkan ia untuk mengarahkan will-nya kepada pilihan yang absurd. Ia memilih untuk hidup sendiri dan menolak berusaha agar Liza mencintainya. Hal ini dilakukannya karena konsep-konsep dan ide-ide individual yang berasal dari diri dan konstruksi masyarakat di sekitarnya. Ia menyadari bahwa kemungkinan Liza akan bahagia hidup dalam kemiskinan bersama dirinya sangat kecil. Selain itu, pandangan pribadinya terhadap kefanaan kebahagiaan di dalam cinta juga mempunyai andil besar dalam pilihan absurdnya tersebut.

Namun, yang paling penting untuk digarisbawahi adalah bagaimana ia membenci dirinya sendiri dan percaya bahwa Liza (dan kebanyakan orang) tidak akan tahan hidup bersama kegilaannya. Hal ini menunjukkan cintanya yang absurd; ia mencintai tetapi menolak untuk hidup bersama orang yang ia cintai karena ia sadar bahwa orang tersebut akan lebih bahagia jika tidak hidup bersamanya.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.