Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam datang membawa rahmat bagi alam semesta dan seisinya. Bahkan sebelum putra Abdullah dan Aminah ini dilahirkan, namanya telah tersiar di kalangan nabi dan rasul pada masa sebelumnya. Pun sesudah diwafatkan, nama Muhammad masih disebut-sebut oleh masyarakat di langit dan bumi. Dialah satu-satunya manusia paling mulia dan masyhur yang padanya manusia mengharap syafa’at.
Allah pun, yang menetapkan kewajiban pada seluruh makhluk, mewajibkan DiriNya sendiri untuk bershalawat pada Sang Nabi Terakhir. Dia juga menyerukan kewajiban bershalawat pada malaikat dan kaum beriman. Ganjaran dari Allah bagi siapa yang bershalawat sekali saja kepada Nabi Muhammad, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, adalah Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali. Shallu ‘ala ‘n-Nabiy!
Dalam syahadat, nama Muhammad sebagai Utusan bahkan disandingkan dengan Allah, Sang Pengutus. Asyhadu an-laa ilaaha illa ‘l-Laah wa asyhadu anna Muhammada ‘r-Rasuulullaah, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Sungguh, Allah Maha Ada selamanya. Selama masih ada Syahadat Tauhid, dan memang benar ada selamanya, Syahadat Rasul pun abadi.
Ketetapan Allah dalam “wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamiin”, sebagaimana di dalam Q.S Al-Anbiya ayat 107 menegaskan betapa rahmat itu tidak semata lil muslimin, bukan pula sebatas lil mu’minin. Oleh sebab itulah, hari kelahiran Muhammad pada 12 Rabi’ul Awwal ini merupakan hari terbesar bagi umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya, siapa pun ia, yang menandai telah hadir Utusan Allah yang membawa kasih.
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, amat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang pula terhadap orang-orang beriman,” ditegaskan di dalam Q.S. At-Taubah ayat 128. Selain balasan dari Allah bagi orang mukmin yang bershalawat, Rasulullah juga mengasihi dan menyayangi secara lebih. Semoga ini pertanda syafa’at.
Peringatan Maulid Nabi Saw selalu menjadi momentum mengingatkan kembali setiap diri kaum muslim untuk meneladani Sang Uswah Hasanah. Mencontoh Sang Sayyidul Wujud, yang karenanya Allah menciptakan segala sesuatu, ternyata tidak cukup hanya dengan menghapalkan Al-Hadits dan mengamalkan As-Sunnah. Di dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21 disebutkan tiga syarat, yaitu percaya pada Allah dan hari akhir, serta banyak berzikir.
Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir, Rasulullah mensyaratkan sejumlah perilaku baik. Pertama, peliharalah selalu silaturahmi. Kedua, muliakanlah tetangga. Ketiga, muliakanlah tamu. Dan, keempat, berkatalah yang baik atau diamlah. Iman pada Allah dan hari akhir ternyata tidak hanya bersifat vertikal, hablu ‘m-minallah, tapi juga horisontal, hablu ‘m-mina ‘n-naas.
Dan zikir adalah pengikat keduanya. Zikir menghidupkan hati, menenangkan dan menenteramkan. Risalah Muhammad tidak hanya mencerahkan religiusitas, tapi juga spiritualitas. Sebab, ekspresi terdalam dari sikap ruhani Muslim dalam mempraktikkan Islam adalah zikir. Serupa ruh bagi tubuh, zikir menggerakkan pikir. Akal itu mahkota bagi hati yang merupakan raja. Hati yang berzikir pada Allah niscaya sebaik-baik raja.
Lihatlah betapa Muhammad merajai dunia dan akhirat dengan keluhuran budi pekerti. Hingga embusan napas terakhir, hidupnya didermakan pada kemanusiaan. Senantiasa mengajak dan mengajar akhlak yang baik tanpa menggurui, pun tanpa memuridkan yang diajak dan diajar. Mereka disebutnya sahabat. Karib seperjalanan hidup. Baginya, kewajiban belajar sejak dilahirkan hingga diwafatkan berlaku pula bagi dirinya.
Shiddiq atau berkata benar, amanah atau dapat dipercaya, tabligh atau menyeru pada kebaikan, dan fathanah atau cerdas, merupakan sifat utama Nabi Muhammad Saw., meski ia seorang ummi, tidak cakap dalam membaca. Namun, sejak suami Siti Khadijah ini diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Allah sendiri yang mengajarnya dan mengajaknya berproses sepanjang waktu hingga menjadi Manusia Paripurna.
Kunci utama untuk membuka pintu ilmu, lagi-lagi, adalah zikir. Di dalam Q.S Al-Alaq ayat 1, yang sangat fenomenal, yaitu,” Iqra, bacalah!” ternyata disyaratkan,” dengan menyebut Nama Tuhanmu.” Dengan puja-puji kepada Allah, mengingat Kebesaran-Nya, memohon petunjuk dan gerak pada Tuhan Yang Maha Mengetahui, menyadari keterbatasan kita di hadapan Sang Maha Tidak Terbatas, dan berserah pada-Nya.
Muhammad adalah sosok manusia yang hanya dilahirkan sekali, setelah itu abadi. Kekal di dalam kerinduan umatnya, juga di dalam periwayatan tentang teladan dan ajarannya yang menjembatani antara bumi dan langit, dunia dan akhirat, hamba dan Tuhannya. Kisah-kisahnya terus-menerus dimaknai, petuah-petuahnya tak berhenti direnungkan, dan suri teladan Muhammad Saw., ialah pelita nan tak pernah padam.
Allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.
Bacaan terkait
Apa Keistimewaan Muhammad? [Refleksi Maulid Nabi SAW]
Mitos Seputar Biografi Nabi Muhammad [Renungan Maulid]