Jumat, April 26, 2024

Mimpi Risma dan Taman-Taman Kota

Ayos Purwoaji
Ayos Purwoaji
Penulis lepas di beberapa media cetak sejak tahun 2010. Bersama empat orang kawan pernah mengelola sebuah blog perjalanan bernama Hifatlobrain.

shutterstock_415146502
[shutterstock]
Satu dekade terakhir banyak perubahan positif yang terjadi di Surabaya. Salah satu yang paling mencolok adalah hadirnya berbagai taman di sudut-sudut kota. Perubahan lanskap ini tidak datang seketika. Tri Rismaharini, akrab disapa Risma, memperjuangkannya selama bertahun-tahun.

Jauh sebelum menjabat sebagai wali kota Surabaya, Risma adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Arsitek lulusan Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini menggunakan ilmunya untuk membenahi lanskap serta mengupayakan kualitas kebersihan kota yang lebih baik. Melalui tangan dinginnya, ia menghidupkan kembali beberapa taman kota yang sebelumnya mangkrak.

Dahulu, tak ada yang diingat warga Surabaya tentang Taman Prestasi selain lokasinya yang tersembunyi dan suasananya yang remang-remang. Setiap malam, para remaja memilih tempat di sudut-sudut taman untuk berpacaran. Tapi itu dulu.

Saat ini, Taman Prestasi menjadi salah satu taman dengan wahana bermain anak yang paling lengkap. Penerangannya pun semakin baik. Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Surabaya membangunkan sebuah perpustakaan mini yang berisi buku anak. Sedangkan Dinas Pariwisata Kota Surabaya menambahkan satu kapal motor yang bisa digunakan oleh warga untuk bertetirah menyusuri Kali Mas.

Taman Bungkul, yang terletak di pusat lalu lintas kota, dulunya juga dikenal sebagai taman yang suwung. Hanya peziarah makam Sunan Bungkul yang sudi mampir. Sedikit demi sedikit Risma menata tampilannya. Ia menambahkan sebuah amfiteater, skate park kecil dan taman bermain anak di sekelilingnya. Tamannya dipercantik, disediakan foodcourt yang menjual berbagai macam kudapan, dan diusahakan fasilitas wi-fi gratis.

Perlahan-lahan masyarakat pun datang. Karena dapat diakses oleh seluruh warga Surabaya tanpa pandang bulu, Taman Bungkul menjadi alternatif hiburan murah meriah yang sangat demokratis.

Keberhasilan Risma dalam membenahi Taman Bungkul ini menjadi model untuk pengembangan taman lainnya di Surabaya. Belakangan, Taman Bungkul menuai banyak apresiasi berskala internasional, salah satunya adalah penghargaan taman kota terbaik The Asia Townscape Award (ATA) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Setelah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma masih melanjutkan obsesinya untuk membangun lebih banyak taman lagi di Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya telah menyiapkan sejumlah masterplan untuk membangun taman di Surabaya bagian barat (Kecamatan Pakal), utara (Kecamatan Bulak), dan timur (Kecamatan Sukolilo).

“Yang di Keputih, Sukolilo, ini mungkin luasnya sekitar 50 hektare dan itu akan kita jadikan taman bunga,” ujar Risma beberapa waktu lalu. Dengan taman seluas itu, Risma ingin menjadikannya sebagai taman terluas di dunia. Taman tersebut akan diisi sekitar 60 jenis bunga, baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa di antaranya termasuk jenis langka. Pembangunan taman ini dijadwalkan rampung pada akhir 2015.

Saat ini Surabaya sudah memiliki 70 taman aktif dan lebih dari 270 taman pasif. Pemerintah kota aktif menggandeng para arsitek, desainer muda, dan berbagai perusahaan swasta untuk mewujudkan berbagai taman yang menarik.

Meski tidak serta merta menurunkan temperatur Surabaya, banyaknya ruang terbuka hijau ini sangat berarti mengendalikan luapan air di musim hujan. Untuk menjaga kesegaran tumbuhan di ratusan taman tersebut, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya memanfaatkan sampah organik yang melimpah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo sebagai pupuk. Langkah ini terbukti mampu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA hingga 80%.

Menyediakan sebanyak mungkin ruang terbuka hijau seperti taman kota bukan saja terkait dengan masalah ekologi. Lebih dari itu, sebetulnya ini merupakan komitmen dari sebuah pemerintah kota untuk memberikan akses hiburan murah seluas-luasnya kepada masyarakatnya.

Di tengah kehidupan kota seperti Surabaya atau Jakarta, kebutuhan akan ruang terbuka hijau menjadi mutlak adanya. Taman-taman kota ini menjadi semacam oase untuk sekadar melepas penat dengan cara yang murah.

Jika Raja Midas mampu mengubah segala sesuatunya menjadi emas, maka Risma pun demikian. Ia mampu membuat seluruh isi kota menjadi hijau. Sayangnya, ada satu yang tak bisa diubah Risma, yaitu warna bendera partai pengusungnya.

Ayos Purwoaji
Ayos Purwoaji
Penulis lepas di beberapa media cetak sejak tahun 2010. Bersama empat orang kawan pernah mengelola sebuah blog perjalanan bernama Hifatlobrain.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.