Rabu, Januari 22, 2025

Menyoroti Kesejahteraan dan Beban Kerja Guru di Indonesia

Lukis Alam
Lukis Alam
Merampungkan kuliah, dari jenjang Sarjana hingga Doktoral. Sesekali mengikuti shortcourse di luar negeri. Tulisan, pemikiran dan hasil riset sebagian dipublikasikan dalam berbagai jurnal dan media.
- Advertisement -

Guru merupakan profesi yang sangat mulia, namun sering kali terabaikan dari sisi kesejahteraan dan beban kerjanya. Di balik tugas mulianya mendidik, banyak guru yang menghadapi tantangan serius dalam menjalankan profesinya. Tantangan ini tidak hanya terbatas pada masalah gaji atau tunjangan, tetapi juga terkait dengan beban administratif, waktu kerja yang panjang, serta ekspektasi yang terus meningkat terhadap kualitas pendidikan.

Salah satu aspek utama yang perlu dibenahi adalah kesejahteraan guru. Meskipun sudah ada berbagai program untuk meningkatkan penghasilan guru, seperti tunjangan profesi atau sertifikasi, pada kenyataannya banyak guru yang masih merasa kurang mendapatkan penghargaan yang layak atas peran besar yang mereka jalankan. Kondisi ini sering kali diperburuk dengan adanya ketidakmerataan dalam distribusi kesejahteraan. Bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga soal dukungan terhadap kesehatan mental dan fisik guru yang kerap terabaikan. Banyak guru yang mengalami stres akibat beban kerja yang terus meningkat, namun tidak didukung dengan fasilitas atau kebijakan yang memadai.

Beban kerja yang tidak seimbang

Beban administratif yang terus meningkat menjadi salah satu penyebab utama ketidakpuasan guru. Banyak guru yang terpaksa mengerjakan tugas di luar pengajaran, seperti mengisi laporan, mengikuti pelatihan, dan menangani administrasi lainnya. Beban ini sering kali tidak diimbangi dengan dukungan yang cukup, sehingga guru harus menghabiskan waktu berjam-jam di luar jam pelajaran, bahkan larut malam, yang akhirnya mengganggu kualitas pengajaran dan keseimbangan kehidupan pribadi mereka.

Selain tugas sehari-hari di kelas, guru juga dihadapkan pada ekspektasi yang semakin tinggi terhadap perkembangan siswa, yang menambah kelelahan fisik dan mental. Meskipun ada kebijakan untuk meningkatkan gaji dan tunjangan, kenyataannya jumlah tersebut sering kali tidak sebanding dengan beban kerja yang dihadapi. Di banyak daerah, terutama di perkotaan, guru harus menangani tugas yang berat, seperti persiapan materi dan kegiatan ekstrakurikuler, tanpa kompensasi yang memadai. Akhirnya, gaji yang diterima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, tanpa memberikan ruang untuk peningkatan kualitas hidup atau kesejahteraan jangka panjang.

Beban kerja guru sering kali jauh melebihi apa yang seharusnya mereka lakukan dalam konteks profesional. Banyak guru yang dipaksa untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran atau bahkan lebih dari satu jenjang pendidikan, tanpa adanya pembagian waktu dan tanggung jawab yang jelas. Realitas ini menciptakan ketidakseimbangan yang serius antara pekerjaan yang dibebankan dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikannya.

Sistem birokrasi yang ada dalam pendidikan, meskipun dirancang untuk mengatur dan mengefisienkan, sering kali justru menciptakan lapisan-lapisan administratif yang memperburuk beban kerja para pendidik. Para guru, yang seharusnya fokus pada proses pengajaran, malah terjebak dalam rutinitas administratif yang memakan waktu dan energi.

Selain itu, perubahan kurikulum yang konstan juga menambah tekanan. Guru dipaksa untuk beradaptasi dengan kebijakan yang sering kali tidak didasarkan pada kajian yang mendalam tentang kebutuhan praktis di lapangan. Ini bukan hanya soal belajar materi baru, tetapi juga tentang mengubah pendekatan dan metode yang telah terbukti efektif dalam waktu yang singkat, sering kali tanpa pelatihan yang cukup.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci tentang konsep “hegemoni intelektual,” kebijakan pendidikan yang selalu berubah ini menciptakan ketidakstabilan yang memperburuk ketergantungan guru pada sistem yang tidak memihak mereka. Para guru harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan tuntutan yang datang dari atasan mereka tanpa mempertimbangkan kondisi riil di lapangan.

Lebih lanjut, tuntutan masyarakat terhadap peran guru semakin tidak realistis. Di satu sisi, guru diharapkan menjadi pendidik yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan tetapi juga menginspirasi dengan metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Di sisi lain, mereka dipersalahkan ketika hasil belajar siswa tidak mencapai target yang diinginkan, meskipun banyak faktor di luar kendali mereka—seperti kualitas lingkungan sosial-ekonomi siswa—yang mempengaruhi hasil tersebut.

Dalam pandangan Emile Durkheim, fenomena ini bisa dipahami sebagai bentuk tekanan sosial yang tidak proporsional, di mana masyarakat menuntut “keberhasilan” yang terukur, tetapi tidak memberikan sumber daya atau penghargaan yang sesuai untuk mencapainya.

- Advertisement -

Fenomena ini berpotensi menciptakan ketegangan psikologis yang berat bagi banyak guru. Perasaan bahwa mereka selalu berada di bawah sorotan dan evaluasi yang ketat—baik dari pihak atasan, orang tua siswa, maupun masyarakat luas—menambah beban mental yang sudah cukup berat. Dalam konteks ini, para guru sering kali berada dalam posisi yang tidak dapat menang, di mana mereka dihukum atas kegagalan yang seharusnya tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka. Kita dapat melihat bagaimana tekanan ini menciptakan “alienasi” dalam profesi guru, di mana mereka merasa terpisah dari pekerjaan yang mereka lakukan karena tidak ada pengakuan atau kompensasi yang setimpal.

Secara keseluruhan, beban kerja yang berlebihan dan tuntutan yang tidak realistis terhadap guru menciptakan sebuah siklus di mana kualitas pendidikan menjadi terganggu, sementara kesejahteraan guru semakin terabaikan. Tanpa perbaikan dalam sistem dan pengakuan terhadap tantangan yang mereka hadapi, profesi guru akan terus terperosok dalam ketidakseimbangan antara ekspektasi yang terlalu tinggi dan penghargaan yang terlalu rendah.

Peran Guru Dalam Konteks Sosial

Peran guru lebih dari sekadar pengajar; mereka adalah figur sosial yang memiliki dampak mendalam dalam struktur masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Pierre Bourdieu, dalam masyarakat, profesi guru tidak hanya berfungsi dalam ruang pendidikan formal, tetapi juga berperan dalam membentuk dan mengatur nilai-nilai sosial serta membangun ‘habitus’ masyarakat.

Guru sering kali dipandang sebagai simbol moralitas, integritas, dan kecerdasan, yang menciptakan ekspektasi yang sangat tinggi dari masyarakat, baik dalam konteks akademik maupun moral. Di satu sisi, mereka diharapkan mendidik generasi penerus dengan cara yang ideal, namun di sisi lain, mereka ditempatkan dalam posisi yang sangat tertekan untuk memenuhi standar yang kadang tidak realistis.

Tekanan sosial terhadap guru, terutama dalam hal moralitas dan etika, menambah kompleksitas pekerjaan mereka. Guru sering kali dianggap sebagai contoh sempurna dalam setiap aspek kehidupan, meskipun dalam kenyataannya mereka juga manusia dengan keterbatasan dan tantangan pribadi.

Harapan masyarakat yang tidak proporsional ini menciptakan suatu ketidakseimbangan dalam hubungan sosial antara guru dan masyarakat. Dalam konteks ini, Durkheim juga menyatakan bahwa ketidakseimbangan sosial semacam ini dapat mengarah pada ketegangan dan alienasi dalam profesi tersebut. Guru merasa dibebani tidak hanya oleh tugas profesional mereka, tetapi juga oleh peran sosial yang lebih besar yang diberikan oleh masyarakat tanpa adanya kompensasi yang memadai, baik materi maupun pengakuan.

Ketidakseimbangan ini menciptakan tekanan psikologis yang signifikan, yang sering kali tidak diperhitungkan dalam penilaian terhadap profesi mereka. Alih-alih memberikan dukungan yang diperlukan, masyarakat cenderung menuntut kesempurnaan yang tidak realistis, tanpa menyadari bahwa ketegangan ini memperburuk kualitas hidup dan kinerja guru itu sendiri.

Dalam perspektif lain, fenomena ini dapat dilihat sebagai bentuk “pemujaan” terhadap guru yang tidak disertai dengan penghargaan yang proporsional terhadap tantangan yang mereka hadapi. Sebagai hasilnya, ada ketidaksetaraan dalam hubungan sosial, di mana guru terus diposisikan dalam peran yang seharusnya lebih dihargai dan didukung, bukan diletakkan di bawah beban ekspektasi yang tidak adil.

Beban kerja yang berlebihan dan pengakuan yang minim terhadap profesi guru mencerminkan ketidakseimbangan dalam hubungan kerja di sektor pendidikan. Guru sering dipandang hanya sebagai pelaksana kebijakan tanpa peran dalam proses pembuatan keputusan, yang menimbulkan frustrasi dan rasa tidak memiliki terhadap pekerjaan mereka.

Selain itu, penilaian terhadap guru sering kali hanya berfokus pada hasil akademik siswa, sementara aspek lain seperti kemampuan membangun hubungan interpersonal, pengelolaan kelas, dan peran sosial guru tidak mendapat perhatian yang cukup. Pendekatan yang terlalu mengutamakan hasil yang terukur mengabaikan dimensi kemanusiaan dari profesi ini.

Meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan pendekatan holistik yang tidak hanya memfokuskan pada kurikulum dan metode pengajaran, tetapi juga pada perhatian terhadap kesejahteraan guru sebagai individu. Jika guru diberikan dukungan yang lebih baik dalam hal waktu, fasilitas, dan penghargaan, maka mereka akan lebih mampu memberikan kontribusi maksimal dalam mendidik generasi penerus bangsa.

Pemerintah perlu mendengarkan suara para pendidik, memperbaiki kebijakan pendidikan yang ada, dan memastikan bahwa guru memperoleh penghargaan yang setimpal atas segala pengorbanan yang mereka lakukan. Hanya dengan cara ini, kita dapat menciptakan sebuah sistem pendidikan yang adil dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.

 

Lukis Alam
Lukis Alam
Merampungkan kuliah, dari jenjang Sarjana hingga Doktoral. Sesekali mengikuti shortcourse di luar negeri. Tulisan, pemikiran dan hasil riset sebagian dipublikasikan dalam berbagai jurnal dan media.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.