Kamis, Mei 8, 2025

Mengejar Kecerdasan Super Buatan

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Sebuah momen langka terjadi di dunia teknologi: OpenAI, otak di balik kecerdasan buatan ChatGPT, berhasil mengamankan investasi sebesar 40 miliar dolar AS. SoftBank dari Jepang memimpin putaran pendanaan bersejarah ini, yang melonjakkan nilai perusahaan hingga mencapai angka fantastis 300 miliar dolar AS. Sebuah rekor pendanaan yang mencengangkan untuk perusahaan teknologi swasta.

Lantas, kekuatan apa yang menarik investasi sebesar ini? Ternyata, jawaban terletak pada sebuah konsep visioner yang belum sepenuhnya terwujud: kecerdasan super buatan. Ini adalah ambisi besar OpenAI, dan taruhan raksasa dari SoftBank. Pertanyaan krusialnya: apa sebenarnya kecerdasan super buatan itu, dan apakah nilainya sepadan dengan kucuran dana yang begitu besar? Jawaban akan ada pada laporan selanjutnya.

OpenAI, para inovator di balik ChatGPT yang mampu membuat esai, memanipulasi gambar, bahkan menjadi teman virtual, baru saja mencetak rekor baru. Mereka berhasil mendapatkan investasi senilai 40 miliar dolar AS dalam sekali putaran pendanaan, mendorong valuasi perusahaan hingga 300 miliar dolar AS. Ini adalah putaran investasi terbesar dalam sejarah perusahaan teknologi swasta. SoftBank dari Jepang menjadi pemimpin dalam pendanaan ini, tetapi dengan syarat tertentu. OpenAI akan menerima 10 miliar dolar AS di awal, dan 30 miliar dolar AS sisanya akan dicairkan pada akhir tahun, jika OpenAI berubah menjadi perusahaan dengan orientasi laba.

Investasi sebesar itu tentu bukan tanpa alasan. Ada syarat restrukturisasi yang mengiringi. Namun, pertanyaan utamanya adalah, untuk apa sebenarnya dana sebesar itu dikucurkan? Apakah SoftBank sekadar berjudi dengan uang di bidang AI? Menurut Masayoshi Son, sang CEO, ini adalah pertaruhan yang lebih besar: demi terwujudnya kecerdasan super buatan, atau ASI. Son meyakini, ASI akan hadir pada tahun 2035, dan OpenAI adalah mitra terbaik untuk mewujudkannya. Bahkan, Sam Altman, CEO OpenAI, lebih optimis lagi. Ia memprediksi ASI hanya tinggal menghitung hari. Lalu, apa sebenarnya ASI itu?

Saat ini, AI dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, kecerdasan sempit buatan, atau ANI. Ini adalah AI yang fokus pada satu tugas khusus. Contohnya ada di sekitar kita: peralatan rumah tangga, mobil otonom, aplikasi streaming, bahkan sistem kesehatan. Ini adalah bentuk AI yang paling dasar, di mana mesin hanya melakukan apa yang diperintahkan.

Selanjutnya, ada kecerdasan umum buatan, atau AGI. Di sini, AI mulai mampu menyaingi kecerdasan manusia dan melakukan berbagai tugas sekaligus. Banyak yang melihat ChatGPT sebagai langkah awal menuju AGI. Seperti yang dikatakan oleh ‘Mika, AI eksperimental pertama di dunia’. Terakhir, ada tingkatan yang paling mencengangkan, dan mungkin sedikit menakutkan: kecerdasan super buatan, atau ASI.

Bayangkan sebuah entitas yang melampaui batas kecerdasan manusia, memiliki pemikiran independen. Itulah yang digambarkan oleh kecerdasan super buatan. Masayoshi Son memprediksi, entitas ini akan 10.000 kali lebih cerdas dari otak kita. Jika terlintas bayangan robot jahat dari film fiksi ilmiah, Anda tidak sendiri. Kita semua memiliki bayangan itu.

Memang, terdengar seperti skenario dalam film ‘Terminator’. Tapi, apakah robot benar-benar akan mendominasi? Realitasnya, AI sempit masih jauh dari titik itu. Langkah berikutnya adalah kecerdasan umum buatan, sebuah area yang masih dalam tahap pengembangan. AGI akan mampu belajar dan beradaptasi seperti manusia, tetapi masih jauh dari mencapai tingkat kecerdasan super.

Jadi, robot penyedot debu Anda tidak akan memulai pemberontakan. Setidaknya, belum dalam waktu dekat. Lalu, apakah investasi besar ini hanya menciptakan gelembung AI? Meski valuasi yang menggelembung menjadi masalah, khususnya di Silicon Valley, AI bukanlah sekadar gelembung. AI telah dan akan terus mengubah berbagai industri. Kita mungkin masih di tahap awal, tetapi perkembangannya sangat pesat. AI sudah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, dan akan terus berkembang menjadi lebih baik, lebih cepat, dan lebih cerdas. Apakah akan sempurna? Mungkin tidak. Apakah akan mengubah segalanya? Tentu saja. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita siap? Karena, menurut pandangan Silicon Valley, ASI akan tiba, dan mungkin akan jauh lebih pintar dari kita. Semoga saja, mereka cukup menyukai kita untuk membiarkan kita tetap memiliki kata sandi internet.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.