Jumat, April 26, 2024

Mengapa Elektabilitas Ganjar Melesat

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia

Di tengah masih tingginya kasus positif COVID-19, pemerintah memutuskan melakukan pembukaan kembali kegiatan ekonomi. Seperti ketika partial lockdown atau yang secara resmi disebut sebagai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan diberlakukan, debat antara dua kutub mencuat lagi.

Kutub kesehatan mengritik kebijakan reopening karena mengkhawatirkan penyebaran virus corona masih terus berlangsung. Sebaliknya, kutub ekonomi menekankan dampak dari PSBB terhadap pertumbuhan, lapangan kerja, kemiskinan, hingga ancaman krisis dan resesi yang menyertai.

Di antara isu kesehatan ataukah ekonomi yang sebaiknya menjadi prioritas, kutub lain pun turut mencuat. Kebijakan yang diambil para kepala daerah dalam menangani pandemi ternyata berdampak terhadap peluang elektoral menuju Pemilu 2024 mendatang.

Survei terbaru Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 7 Juni 2020 lalu menunjukkan naik turunnya elektabilitas sejumlah kepala daerah dan tokoh nasional. Di antaranya, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil meningkat, sedangkan Anies Baswedan turun, dan Prabowo terjun bebas.

Dibandingkan dengan survei yang dilakukan pada bulan Februari 2020, elektabilitas Ganjar naik dari 9,1% menjadi 11,8%, hingga menggeser posisi Anies dari urutan kedua setelah Prabowo. Anies turun dari 12,1% menjadi 10,4% dan Prabowo dari 22,2% tersisa hanya tinggal 14,1%.

Jika melihat hasil survei lembaga lain pada Februari-Maret 2020, kenaikan elektabilitas Ganjar tampak cukup signifikan. Median mencatat angka keterpilihan Ganjar hanya sebesar 5,5%, sedangkan Indo Barometer 7,7% dan Charta Politika 10,8%.

Dari segi urutan, sebelumnya Ganjar hanya menempati posisi ketiga (Charta Politika) atau keempat (Indo Barometer dan Indikator), bahkan kelima (Median). Kini Ganjar bertengger di posisi kedua, membayangi Prabowo dan mengancam dominasi Anies sebagai penantang utama Prabowo.

Kecenderungan naiknya elektabilitas Ganjar setidaknya sudah muncul sejak sebulan sebelumnya, dari rilis hasil survei yang dilakukan oleh Index Research pada 7 Mei 2020. Dibandingkan dengan survei bulan Februari, elektabilitas Ganjar melesat dari 9,9% menjadi 14,1%.

Kenaikan tersebut juga menggeser Anies dari posisi kedua, menempatkan Ganjar di bawah Prabowo yang turun dari 21,1% menjadi 19,3%. Kenaikan serupa dialami oleh Kang Emil, yang terpotret baik dari hasil survei Indikator maupun Index Research.

Anies yang turun tipis dalam survei Index dari 13,7% menjadi 13,3% cenderung makin turun dalam rentang sebulan seperti ditunjukkan dalam survei Indikator. Hasil survei Indikator dan Index konsisten, elektabilitas Ganjar dan Kang Emil naik sedangkan Prabowo dan Anies terus menurun.

Burhanuddin Muhtadi dalam webinar yang diselenggarakan oleh Cokro TV mengungkapkan setidaknya ada tiga faktor penjelas mengapa elektabilitas Ganjar melesat. Pertama, kinerja gubernur Jawa Tengah tersebut dalam hal penanganan corona.

Ganjar dianggap sigap dengan memberdayakan industri tekstil untuk memproduksi alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Untuk mengatasi keterbatasan bantuan sosial dari pemerintah, Ganjar meluncurkan kebijakan jogo tonggo yang bersifat bottom-up dari masyarakat.

Faktor kedua adalah sikap partisan, di mana Ganjar dan juga Kang Emil menikmati peralihan dukungan dari Jokowi yang tidak bisa maju lagi pada 2024. Sementara Anies harus berebut suara dengan simpatisan Prabowo hingga tokoh-tokoh seperti AHY, Sandiaga Uno, dan Gatot Nurmantyo.

Dengan menyingkirkan soal kinerja dan partisan, faktor ketiga adalah komunikasi publik. Tidak bisa dipungkiri bahwa isu corona menjadi satu-satunya yang membetot perhatian publik selama tiga bulan terakhir. Ganjar dinilai berhasil mendapatkan insentif elektoral dengan sering tampil di media.

Hal tersebut didukung oleh hasil analisis media sosial dan daring yang dilakukan Drone Emprit dengan metode social network analysis (SNA). Dibandingkan dengan Anies dan Kang Emil, peta media sosial menunjukkan Ganjar lebih masif dukungan dan minim yang kontra atau menyerang.

Padahal baik Ganjar maupun Kang Emil sama-sama lebih rendah popularitasnya, tetapi sama-sama paling disukai. Berbanding terbalik dengan Anies yang memiliki audiens terbesar dan banyak pendukung sekaligus juga menjadi target serangan yang masif.

Sementara Kang Emil cenderung sendirian dalam mengangkat narasi kinerja, gaya komunikasi Ganjar yang informal didukung oleh audiens yang aktif mempromosikan kegiatannya. Pesan-pesan Ganjar sederhana tapi mengena, yaitu soal imbauan jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, dan pakai masker.

Pemilu 2024 memang masih lama, tetapi trend dalam tiga bulan terakhir menunjukkan perubahan signifikan dalam peta elektoral. Gerindra tampaknya harus mencermati turunnya elektabilitas Prabowo, setelah sebelumnya merajai survei.

Demikian pula dengan Anies Baswedan yang makin tertinggal dari Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil. Kinerja Anies dinilai tidak konkret dan banyak dipersoalkan publik. Anies kerap memainkan narasi-narasi besar tetapi tidak dibuktikan menjadi fakta.

Kini tinggal siapa yang bekerja lebih baik dan mampu mengkomunikasikan dengan baik, didukung pula oleh barisan pendukung yang aktif, berpeluang naik elektabilitasnya dalam peta elektoral menuju 2024.

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.