Selasa, April 16, 2024

Godaan Melawai, Godaan Little Tokyo yang Aduhai

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.

Bagi orang-orang Jepang yang bertugas di Jakarta dan sekitarnya, kawasan Melawai di Blok M adalah Little Tokyo alias Tokyo Kecil. Kawasan yang tadinya pusat perbelanjaan itu berubah menjadi tempat makan dan minum sebagaimana kawasan serupa di berbagai kota di Jepang, yang disebut inshokutengai. Di tempat itu tersedia berbagai jenis restoran, kedai minum, karaoke dan bar yang menyediakan perempuan pendamping tamu.

Ada satu lagi gelar untuk kawasan itu, yaitu Melawai Daigaku (dalam logat Jepang Melawai itu dibaca “Murawai”), yang artinya adalah Universitas Melawai. Orang-orang Jepang yang bertugas di Indonesia kebanyakan tidak bisa bahasa Inggris. Dalam bekerja ada yang didampingi penerjemah. Tapi kebanyakan harus bekerja dengan memakai bahasa Indonesia seadanya. Mereka belajar dengan berbagai cara. Ada yang menyewa guru les. Ada yang belajar melalui hostes dan pemandu lagu di karaoke, yang mereka temui di Melawai. Karena itulah mereka menyebut Melawai sebagai univesitas.

Minum sake setelah bekerja adalah kebiasaan orang Jepang. Mereka menyebutnya sebagai sarana pengurai stress (sutoresu hassan). Acara minum itu juga sebagai sarana untuk menjalin komunikasi, baik untuk kalangan internal perusahaan maupun dengan relasi. Menjamu relasi untuk menjalin hubungan baik dalam dunia bisnis Jepang disebut settai.

Ritual minum biasanya terdiri dari 2-3 tahap. Tahap pertama (ichijikai) adalah makan, disertai minum sake. Sake artinya segala jenis minuman keras, tidak harus berupa sake tradisional Jepang. Biasanya mereka mulai dengan minuman ringan yaitu bir. Setelah 2-3 gelas biasanya beralih ke yang lebih keras, yaitu shochu, semacam vodka. Mereka minum sambil menyantap hidangan.

Selesai tahap pertama, selanjutnya tahap kedua (nijikai). Pada tahap ini tidak lagi ada acara makan. Biasanya hanya minum. Mereka minum di bar, tidak lagi di restoran. Mereka biasa berpindah-pindah dari satu bar ke bar lain, mengganti rasa minuman, juga bertukar suasana. Bar berikutnya yang dikunjungi menjadi tahap ketiga (sanjikai). Begitu seterusnya.

Yang populer di Melawai dan kawasan Blok M adalah karaoke. Kedai-kedai karaoke menyediakan ruangan dengan perangkat karaoke, di mana tamu bisa menyanyi. Para tamu ini didampingi oleh gadis-gadis muda berdandan seronok. Sebelum masuk ke ruangan, para gadis berdiri berjajar, dipajang untuk dipilih oleh para tamu.

Di ruangan karaoke tersedia minuman keras. Para tamu tadi menyanyi diselingi minum. Tentu tidak hanya itu. Ada gadis-gadis seronok di situ. Mereka berperan sebagai pemandu lagu, membantu tamu mencari lagu yang disukai, dan mengatur peralatan karaoke. Mereka juga berbincang dengan tamu, dan ikut menyanyi. Selebihnya, acara bebas. Artinya, bebas suka-suka si tamu. Dia boleh menyentuh gadis yang menemaninya. Si gadis juga
menyediakan diri untuk disentuh, bahkan memancing tamu untuk menyentuh.

Di tempat asalnya, di Jepang sana, karaoke hanyalah tempat penyewaan ruangan
dengan alat untuk menyanyi, persis seperti family karaoke di sini. Tidak ada penyediaan jasa gadis pemandu lagu. Bar menyediakan hostes pendamping, tapi umumnya mereka hanya menemani minum dan berbincang, tidak boleh disentuh.

Tempat minum yang menyediakan gadis yang boleh disentuh di Jepang disebut
kyabakura. Ini adalah singkatan dari cabaret club (dalam logat Jepang dibaca kyabare kurabu). Entah bagaimana sejarahnya, kabaret yang di tempat asalnya adalah pertunjukan panggung, di Jepang menjadi kedai minum seperti itu.

Kyabakura di Jepang terkenal mahal. Sekali duduk minum di daerah Kabuki-cho di kawasan Shinjuku, tamu bisa kena tagih belasan juta rupiah. Karena itu karaoke ala kyabakura di Blok M itu menjadi sangat populer bagi orang Jepang. Dengan membayar sekitar 1 juta atau lebih sedikit per orang, mereka sudah bisa menikmati layanan ala kyabakura.

Apakah ada prostitusi di situ? Prinsipnya tidak. Tempat-tempat karaoke itu hanya membolehkan kegiatan seperti dijelaskan di atas. Nah, setelah itu bebas. Kalau mau, tamu boleh membawa gadis pendamping tadi pulang. Istilahnya: mochikaeri, arti literalnya bawa pulang. Istilah yang sama dipakai kalau orang membeli makanan untuk dibungkus dan dibawa pulang.

Tentu saja di situ pun tersedia layanan PSK yang ditawarkan di luar kedai minum. Bahkan ada PSK yang masih di bawah umur. Beberapa bulan yang lalu ada orang Jepang yang tertangkap saat memakai jasa PSK anak di bawah umur. Ia dipulangkan ke Jepang dan diadili di sana.

Kemarin, empat orang atlet bola basket Jepang pergi ke Blok M untuk makan malam. Mereka baru saja selesai bertanding, jadi masih memakai kaos dengan atribut tim Asian Games Jepang, dengan logo Hi no Maru di dada. Niat awalnya hanya makan malam dan minum sake sedikit. Tapi, menurut berita, di jalan usai makan mereka bertemu dengan orang Jepang, yang menawarkan jasa pelacur. Lalu mereka menyewa pelacur itu, dan menginap di hotel di kawasan itu sampai subuh, lalu kembali ke Perkampungan Atlet.

Kenapa bisa ketahuan? Kabarnya ada wartawan yang menyaksikan gerak-gerik mereka. Kontan mereka segera dipulangkan, dan mendapat sanksi lebih lanjut. Mereka harus melakukan konferensi pers, meminta maaf kepada publik atas kesalahan yang mereka buat. Mereka menunduk di depan para wartawan, didampingi petinggi Asosiasi Bola Basket Jepang.

Sebegitu parahkah kesalahan mereka di mata publik Jepang? Menikmati kehidupan malam dengan berbagai rupa jenisnya sebenarnya adalah hal biasa di Jepang, tidak dianggap buruk benar. Tapi dalam hal ini konteksnya berbeda. Empat atlet ini dalam posisi menjalankan tugas negara, bukan kunjungan pribadi. Bersenang-senang dalam keadaan menjalankan tugas negara itulah yang tercela. Terlebih itu dilakukan dengan memakai simbol-simbol negara.

Ketua Asosiasi Bola Basket Jepang bersama Ketua Komisi Teknik menunduk minta maaf bersama 4 atlet tadi. Mereka ikut bertanggung jawab, dianggap lalai membina para atlet, sehingga melakukan kesalahan.

Pesona Little Tokyo sepertinya telah memicu godaan yang sangat besar kepada 4 atlet itu.

Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman
Penulis dan pekerja profesional.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.