Akibat wabah Corona, ketika diamati dari satelit, wajah China berubah bersih dari polusi. Itu karena kota-kota yang diisolasi tidak banyak melakukan aktivitas menggunakan kendaraan bermotor. Polusi berkurang drastis karena kebiasaan warganya yang berubah karena Corona.
Dari sini kita bisa membayangkan, bagaimana seandainya seluruh umat manusia di muka bumi menggunakan kendaran listrik? Bumi akan lebih hidup dan menyenangkan untuk ditempati.
Kendaraan listrik adalah moda transportasi masa depan. Ketika keberadaan bahan bakar fosil kian menipis, dan terbukti menimbulkan kerusakan lingkungan serius, banyak orang mulai mencanangkan kendaraan listrik. Mereka ingin berubah lebih baik.
Hambatannya berat. Terutama di dunia industri otomotif. Perusahaan raksasa masih enggan pindah ke lain hati. Karena dengan berpindah akan menghilangkan industri ribuan suku cadang. Mengingat kendaraan listrik lebih sedikit komponennya.
Raksasa pemilik perusahaan bahan bakar fosil pun jelas akan keberatan. Pasalnya, tren baru kendaraan listrik itu akan meminggirkan mereka.
Tetapi zaman tak dapat dilawan. Kehendak masyarakat dunia tak dapat dibendung. Meski terhambat berbagai hal, animo kepemilikan kendaraan listrik terus meningkat. Tesla menjadi contohnya.
Kendalanya memang masih soal harga. Kendaraan listrik terbilang mahal. Itu karena komponen utama masih impor. Rencananya, Indonesia membuka pabrik baterai di Morowali, Sulawasi Tengah. Pemerintah juga melunakkan regulasi.
Hal itu akan membuat kendaraan listrik makin digemari. Memang tidak instan. Tapi sepertinya fenomena kendaraan listrik akan booming beberapa tahun lagi.
Tantangan PLN
Jika komponen utama dan regulasi sudah selesai, sekarang tinggal bagian setrumnya. Mampukah PLN menyuplai setrum untuk menanggulangi ledakan kendaraan listrik itu sebentar lagi?
Karena orang Indonesia ini memang sangat dipengaurhi tren. Dulu saat datang tren motor matic, seluruh pelosok Indonesia memburunya. Kendaraan “bergigi” ditinggalkan. Ketika nanti datang tren kendaraan listrik, ada jutaan pengguna yang membutuhkannya.
Kabar baiknya, PLN terus mengerjakan mega proyek 35.000 MW. Tapi katanya proyek itu molor dari target? Tidak benar. Ternyata menurut sumber saya, pengerjaan proyek itu sengaja disesuaikan dengan kebutuhan listrik. Surplus listrik tidak boleh terlalu jauh dari rentang ideal 25-30%.
Jika surplus listrik mencapai 100% seperti Singapura misalnya, biaya listrik akan membengkak, jika kelebihan itu dibebankan pada pelanggan. Di Singapura penduduknya kalem. Kalau itu dilakukan di sini bisa demo berjilid-jilid.
Kondisi Indonesia sekarang surplus listrik. Itu artinya, PLN tinggal membuat kerja sama dengan pihak ketiga. Kemudian tempat pengisian baterai akan bermunculan bak cendawan di musim hujan. Itu karena setrumnya sudah siap.
Sampai saat ini PLN juga menjadi pendorong utama penggunaan kendaraan listrik ini. Mereka mengambil inisiatif untuk bersinergi dengan pihak terkait. Termasuk produsen kendaraannya.
Baru saja pada Sabtu 29 Februari 2020, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur (Jatim) meresmikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pertama di Jalan Dr Soetomo Kecamatan Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur. Sebelumnya juga sudah dibangun SPKLU di Jakarta, Tangerang, Bali, dan Bandung.
Ini semacam prototype dan show of PLN kepada publik. Bahwasanya mereka siap membuat bangunan serupa di banyak tempat. PLN bahkan tidak hendak menunggu membludaknya kendaraan listrik lebih dulu. Mereka menjemput bola.
Kapan pun masyarakat memiliki kendaraan listrik, tempat setrumnya disediakan. Tentunya melihat jumlah juga.
Dengan berdirinya SPKLU Surabaya ini, PLN turut mensosialisasikan Perpres No.55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Battery Electric Vehicle untuk Transportasi Jalan. PLN selaku tulang punggung percepatan kendaraan listrik telah mempersiapkan diri. Tak perlu khawatir.
Menurut keterangan resmi, satu stasiun dapat digunakan untuk dua kendaraan. Apabila ingin mengisi daya penuh kendaraan hanya memerlukan waktu selama setengah jam saja. Teknologi baru yang diadopsi PLN itu memungkinkan pengisian cepat. Pengguna tak perlu menunggu berjam-jam untuk mengisi baterai kendaraan mereka.
Masa Depan Adalah Hari Ini
Rezim bahan bakar fosil akan segera tersingkir. Bahkan jauh lebih cepat dari yang diramalkan sebelumnya. Perkembangan pabrikan kendaraan listrik Tesla telah jadi primadona. Keandalan mesin dan efesiensinya membuat pabrikan kendaraan konvensional gemetar.
Masa depan yang banyak dibicarakan orang itu bukan jatuh esok hari, tapi sekarang. Kedatangannya telah diramalkan jauh-jauh hari, dan menjadi kenyataan jauh lebih cepat.
Ini adalah era disrupsi. Kendaraan listrik akan menggantikan kendaraan konvensional secepatnya. Teknologi yang terkait juga akan berganti bentuk. Rezim bahan bakar fosil dan pabrikan kendaraan konvensional harus berubah haluan secepatnya. Kalau tidak mereka akan terkubur di lembaran masa lalu yang penuh polusi itu.
Tapi bukankah pembangkit lisrik masih banyak yang menggunakan bahan bakar fosil? Benar. Tapi itu juga tidak akan lama lagi. Penggunaan sampah dan minyak sawit sebagai bahan bakar, pelan-pelan mulai mengurangi komposisi minyak bumi. Apalagi tren kelistrikan dunia sudah mengarah pada energi terbarukan.
Indonesia yang kaya panas bumi, angin, air, bio fuel secepatnya juga akan beralih. Tentunya hal itu menunggu animo kita juga. Pabrik baterai dan produsen kendaraan listrik akan lesu jika masyarakat tak berminat membelinya. Kitalah ujung tombak perubahan itu.
Hari-hari ini memang banyak hal mengecewakan dalam Pemerintahan. Blunder demi blunder muncul dari Istana. Tapi kita memang harus tetap optimis menatap masa depan. Kendaraan listrik dan kemandirian kita dalam menyiapkan komponennya cukup membuat kita tersenyum.
Indonesia akan berada dalam lingkaran penting dalam kemunculan tren kendaraan listrik dunia. Kita siap dengan baterainya. Kendaraan listrik buatan dalam negeri sudah banyak bermunculan. Regulasi pemerintah juga sudah sangat memudahkan. Tinggal digas sedikit, kita akan menjadi bagian dari kelompok yang terdepan dalam membuat perubahan global.
Maka atas nama kemajuan itu, kita harus bersatu. Karena begitu banyak mafia yang berusaha menghambatnya. Bukan karena afiliasi politik, atau kepentingan oligarki, tapi demi Indonesia. Kendaraan listrik itu adalah masa depan kita, untuk dunia yang lebih baik.
Terkait: