Kamis, Mei 16, 2024

Konsep Ekosistem Logistik Nasional di Bandara Soekarno Hatta

Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Profesional dan akademis dengan sejarah kerja, pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan dan bisnis kedirgantaraan. Alumni PLP/ STPI/ PPI Curug, Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, International Airport Professional (IAP) dari ICAO-ACI AMPAP dan Fellow Royal Aeronautical Society (FRAeS).

Ekosistem Logistik Nasional (National Logistics Ecosystem/NLE) mengacu pada jaringan infrastruktur, layanan, kebijakan, dan pemangku kepentingan yang saling terhubung yang terlibat dalam pergerakan, penyimpanan, dan pengelolaan barang di suatu negara. Ekosistem ini mencakup seluruh proses rantai pasokan, mulai dari produksi dan distribusi hingga pergudangan dan transportasi, dengan tujuan mengoptimalkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing di pasar domestik dan internasional.

Kerangka utama komponen utama dari Ekosistem Logistik Nasional meliputi:

  1. Infrastruktur Transportasi: Ini termasuk bandara, pelabuhan laut, jalur kereta api, jalan raya, dan jalur air pedalaman yang memfasilitasi pergerakan barang di dalam negeri dan melintasi perbatasan.
  2. Fasilitas Pergudangan dan Distribusi: Ini adalah fasilitas untuk menyimpan dan mengelola barang sebelum diangkut ke tujuan akhir. Fasilitas ini dapat mencakup gudang, pusat distribusi, dan fasilitas penyimpanan dingin.
  3. Kerangka Kerja Kepabeanan dan Regulasi: Prosedur bea cukai dan kerangka kerja peraturan yang efisien sangat penting untuk memfasilitasi perdagangan dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan impor dan ekspor.
  4. Teknologi dan Sistem Informasi: Teknologi canggih seperti IoT, AI, blockchain, dan analisis data semakin banyak digunakan untuk mengoptimalkan operasi logistik, meningkatkan visibilitas, dan meningkatkan proses pengambilan keputusan.
  5. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Keterampilan: Tenaga kerja yang terampil sangat penting untuk mengelola operasi logistik modern. Program pelatihan dan pengembangan kapasitas diperlukan untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian yang diperlukan di antara para profesional logistik.
  6. Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS): Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk mengembangkan dan memelihara infrastruktur, layanan, dan kebijakan yang diperlukan untuk mendukung ekosistem logistik yang kuat.
  7. Langkah-langkah Fasilitasi Perdagangan: Langkah-langkah seperti perjanjian perdagangan, harmonisasi bea cukai, dan sistem satu jendela dapat merampingkan perdagangan lintas batas dan mengurangi beban administratif pada bisnis.
  8. Keberlanjutan Lingkungan: Praktik logistik yang berkelanjutan, termasuk transportasi hemat energi, pengurangan limbah, dan inisiatif pengurangan emisi, semakin penting untuk meminimalkan dampak lingkungan dari kegiatan logistik.
  9. Tindakan Keselamatan dan Keamanan: Langkah-langkah untuk memastikan keselamatan dan keamanan barang, infrastruktur, dan personel sangat penting untuk menjaga integritas ekosistem logistik dan melindungi dari risiko seperti pencurian, terorisme, dan bencana alam.
  10. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi: Pemantauan dan evaluasi rutin terhadap indikator kinerja utama (KPI) diperlukan untuk menilai efektivitas kebijakan dan inisiatif logistik serta mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan

Secara keseluruhan, Ekosistem Logistik Nasional memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi, memfasilitasi perdagangan, dan meningkatkan daya saing di pasar global. Dengan memperkuat berbagai komponen ekosistem logistik, negara dapat membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan kemakmuran.

Ekosistem Logistik Nasional (National Logistics Ecosystem/NLE) sangat penting karena beberapa alasan:

  1. Memfasilitasi Perdagangan: Ekosistem logistik yang berfungsi dengan baik sangat penting untuk memfasilitasi perdagangan domestik dan internasional dengan memindahkan barang secara efisien dari produsen ke konsumen. Hal ini mengurangi biaya transaksi, waktu transit, dan rintangan birokrasi, sehingga meningkatkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.
  2. Meningkatkan Daya Saing: Negara-negara dengan ekosistem logistik yang efisien lebih kompetitif di pasar global. Mereka dapat menawarkan biaya produksi yang lebih rendah, waktu pengiriman yang lebih cepat, dan layanan pelanggan yang lebih baik, menarik investasi dan mendorong pengembangan industri.
  3. Mendukung Pembangunan Ekonomi: Logistik adalah pendorong utama pembangunan ekonomi, menghubungkan produsen ke pasar, menghubungkan daerah pedesaan dan perkotaan, dan menciptakan peluang kerja di seluruh rantai pasokan. Ekosistem logistik yang kuat berkontribusi pada kemakmuran ekonomi secara keseluruhan dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
  4. Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasokan: Ekosistem logistik yang terintegrasi menyederhanakan proses rantai pasokan, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan koordinasi di antara para pemangku kepentingan. Hal ini memungkinkan manajemen inventaris yang tepat waktu, mengurangi kehabisan stok, dan meminimalkan pemborosan, yang mengarah pada penghematan biaya dan peningkatan profitabilitas.
  5. Memperluas Akses Pasar: Akses ke infrastruktur logistik yang efisien membuka pasar baru untuk bisnis, memungkinkan mereka untuk menjangkau pelanggan di daerah terpencil dan memperluas basis pelanggan mereka. Hal ini mendorong diversifikasi pasar dan mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional, sehingga mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi ekonomi.
  6. Mendorong Integrasi Regional: Ekosistem logistik yang terhubung dengan baik memfasilitasi perdagangan dan integrasi regional dengan mengurangi hambatan pergerakan barang lintas batas. Hal ini mendorong kerja sama ekonomi, meningkatkan konektivitas, dan memperkuat hubungan diplomatik di antara negara-negara tetangga.
  7. Mendorong Inovasi dan Adopsi Teknologi: Sektor logistik semakin memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan visibilitas, dan mengoptimalkan operasi. Ekosistem logistik nasional menyediakan lingkungan yang kondusif untuk inovasi dan adopsi teknologi, mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing.
  8. Mengurangi Dampak Lingkungan: Praktik logistik yang berkelanjutan, seperti moda transportasi ramah lingkungan, operasi yang hemat energi, dan langkah-langkah pengurangan limbah, berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim. Ekosistem logistik nasional dapat mendorong adopsi praktik dan teknologi berkelanjutan di seluruh rantai pasokan.
  9. Memastikan Ketahanan terhadap Gangguan: Ekosistem logistik yang tangguh sangat penting untuk mengelola dan memitigasi risiko yang terkait dengan bencana alam, ketegangan geopolitik, dan krisis global. Jaringan transportasi yang terdiversifikasi, infrastruktur yang berlebihan, dan perencanaan kontingensi meningkatkan ketahanan dan memastikan kelangsungan operasi selama keadaan darurat.
  10. Mendukung Pembangunan Sosial: Infrastruktur logistik menyediakan layanan penting seperti layanan kesehatan, distribusi bantuan kemanusiaan, dan tanggap darurat selama krisis. Ekosistem logistik nasional mendukung pembangunan sosial dengan meningkatkan akses terhadap kebutuhan dasar, layanan kesehatan, dan upaya bantuan bencana.

Singkatnya, Ekosistem Logistik Nasional sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing, mempromosikan pembangunan berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ekosistem ini berfungsi sebagai pendorong perdagangan, konektivitas, dan kemakmuran dalam ekonomi global modern.

Menerapkan ekosistem logistik baru di Bandara Soekarno-Hatta, salah satu bandara tersibuk di Indonesia, dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi dan mendukung permintaan yang terus meningkat akan layanan logistik di wilayah ini. Berikut ini adalah gambaran konseptual dari ekosistem logistik yang mungkin diperlukan:

  1. Fasilitas Kargo Terpadu: Kembangkan fasilitas kargo terintegrasi di dalam area bandara untuk merampingkan pergerakan barang. Fasilitas ini harus dilengkapi dengan teknologi modern untuk menyortir, menangani, dan menyimpan berbagai jenis kargo.
  2. Proses Kepabeanan dan Perizinan: Menerapkan proses bea cukai dan izin yang efisien untuk mempercepat pergerakan barang melalui bandara. Hal ini dapat melibatkan digitalisasi dokumen, prosedur pra-perizinan, dan inspeksi bea cukai otomatis jika memungkinkan.
  3. Infrastruktur Transportasi: Meningkatkan infrastruktur transportasi yang menghubungkan bandara ke pusat logistik utama, pusat manufaktur, dan titik distribusi. Ini termasuk jalan raya, rel kereta api, dan mungkin koridor angkutan khusus untuk memfasilitasi pergerakan barang yang mulus.
  4. Pusat Pergudangan dan Distribusi: Mendorong pengembangan pusat pergudangan dan distribusi di dekat bandara. Pusat-pusat ini dapat bertindak sebagai titik konsolidasi untuk barang sebelum didistribusikan, mengurangi kemacetan di bandara dan meningkatkan efisiensi logistik secara keseluruhan.
  5. Solusi Pengiriman Jarak Jauh: Berkolaborasi dengan perusahaan logistik untuk mengembangkan solusi pengiriman jarak jauh yang secara efisien mengangkut barang dari bandara ke tujuan akhir. Hal ini dapat melibatkan pemanfaatan teknologi seperti drone atau kendaraan listrik untuk pengiriman perkotaan.
  6. Integrasi Teknologi: Rangkullah teknologi mutakhir seperti Internet of Things (IoT), blockchain, dan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan operasi logistik, melacak pengiriman secara real-time, dan meningkatkan visibilitas dan transparansi rantai pasokan.
  7. Dukungan Regulasi dan Insentif: Memberikan dukungan regulasi dan insentif untuk menarik investasi dalam infrastruktur dan layanan logistik di bandara. Hal ini dapat mencakup insentif pajak, sewa lahan, dan proses perizinan yang disederhanakan untuk bisnis yang terkait dengan logistik.
  8. Kelestarian Lingkungan: Memastikan bahwa ekosistem logistik di bandara ramah lingkungan dengan mendorong penggunaan moda transportasi yang ramah lingkungan, fasilitas yang hemat energi, dan langkah-langkah pengurangan limbah.
  9. Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan: Membina kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan termasuk lembaga pemerintah, otoritas bandara, perusahaan logistik, dan asosiasi industri untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ekosistem logistik secara efektif.
  10. Perbaikan Berkesinambungan: Menetapkan mekanisme untuk pemantauan, evaluasi, dan peningkatan ekosistem logistik yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan dan peluang yang berkembang.

Dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif tersebut, Bandara Soekarno-Hatta dapat bertransformasi menjadi pusat logistik yang kuat yang tidak hanya melayani kebutuhan bisnis dan konsumen, namun juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang lebih luas di wilayah tersebut.

Menerapkan ekosistem logistik baru (NLE) di Bandara Soekarno-Hatta, atau bandara besar lainnya, memiliki tantangan tersendiri. Berikut adalah beberapa hambatan potensial yang mungkin perlu diberikan perhatian:

  1. Kendala Infrastruktur: Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung ekosistem logistik modern dapat menjadi tantangan yang signifikan. Hal ini termasuk memperluas fasilitas kargo, meningkatkan jaringan transportasi, dan berinvestasi dalam teknologi untuk operasi yang efisien.
  2. Rintangan Regulasi: Menavigasi kerangka kerja peraturan yang kompleks, termasuk prosedur bea cukai, izin, dan persyaratan kepatuhan, dapat menunda atau mempersulit implementasi inisiatif logistik baru.
  3. Persyaratan Investasi: Mengembangkan ekosistem logistik yang komprehensif membutuhkan investasi yang besar dalam hal fasilitas, teknologi, dan sumber daya manusia. Mengamankan pendanaan dan menarik investasi sektor swasta mungkin menjadi tantangan, terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.
  4. Koordinasi di antara para pemangku kepentingan: Koordinasi yang efektif di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, otoritas bandara, perusahaan logistik, dan pelaku industri, sangat penting untuk keberhasilan implementasi. Menyelaraskan kepentingan dan mengelola prioritas yang bersaing dapat menjadi tugas yang kompleks.
  5. Integrasi Teknologi: Mengintegrasikan teknologi baru ke dalam sistem dan proses yang sudah ada dapat mengganggu dan mungkin memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan. Memastikan kompatibilitas dan interoperabilitas di antara platform teknologi yang berbeda sangat penting untuk kelancaran operasi.
  6. Pelatihan Tenaga Kerja dan Pengembangan Keterampilan: Menerapkan ekosistem logistik baru sering kali membutuhkan peningkatan keterampilan atau pelatihan ulang tenaga kerja untuk beradaptasi dengan proses dan teknologi baru. Memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai kepada karyawan dapat mengurangi resistensi terhadap perubahan dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
  7. Masalah Keamanan: Meningkatkan kemampuan logistik di bandara dapat menimbulkan masalah keamanan, terutama terkait pergerakan barang dan potensi kerentanan dalam rantai pasokan. Menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat sambil mempertahankan efisiensi sangat penting.
  8. Dampak Lingkungan: Memperluas operasi logistik di bandara dapat menimbulkan dampak lingkungan, termasuk peningkatan emisi karbon, polusi suara, dan masalah penggunaan lahan. Menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan kelestarian lingkungan adalah pertimbangan utama.
  9. Persaingan dengan Hub Lain: Bandara Soekarno-Hatta dapat menghadapi persaingan dari pusat logistik lainnya di wilayah ini, baik di Indonesia maupun internasional. Menawarkan layanan yang kompetitif, mengurangi waktu transit, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan sangat penting untuk menarik dan mempertahankan bisnis.
  10. Ketahanan terhadap Gangguan: Membangun ketahanan terhadap gangguan, seperti bencana alam, ketegangan geopolitik, atau keadaan darurat kesehatan masyarakat, sangat penting untuk menjaga kelangsungan operasi dalam ekosistem logistik. Mengembangkan rencana kontingensi dan strategi manajemen risiko yang kuat sangat penting.

Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut diperlukan upaya yang terkoordinasi di antara seluruh pemangku kepentingan, kepemimpinan yang kuat, dan komitmen jangka panjang terhadap pengembangan Bandara Soekarno-Hatta sebagai hub logistik kelas dunia.

Untuk berhasil mengimplementasikan ekosistem logistik baru (NLE) di Bandara Soekarno-Hatta, pendekatan strategis yang berfokus pada kolaborasi, inovasi, dan pembangunan berkelanjutan sangat penting. Berikut adalah peta jalan yang menguraikan jalan ke depan:

  1. Keterlibatan dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan:
    • Membina kolaborasi di antara lembaga pemerintah, otoritas bandara, perusahaan logistik, asosiasi industri, dan masyarakat setempat.
    • Membentuk gugus tugas atau komite pengarah khusus untuk mengawasi pelaksanaan NLE dan memastikan keselarasan kepentingan dan tujuan.
  2. Pengembangan Infrastruktur:
    • Berinvestasi dalam peningkatan dan perluasan fasilitas kargo, termasuk gudang, peralatan penanganan, dan kemampuan penyimpanan, untuk mengakomodasi permintaan logistik yang terus meningkat.
    • Meningkatkan infrastruktur transportasi, seperti jalan raya, rel kereta api, dan terminal kargo, untuk meningkatkan konektivitas dan memfasilitasi pergerakan barang tanpa hambatan
  3. Reformasi dan Perampingan Peraturan:
    • Bekerja sama dengan pihak berwenang untuk merampingkan prosedur bea cukai, izin, dan persyaratan kepatuhan guna mengurangi penundaan birokrasi dan meningkatkan efisiensi.
    • Menerapkan solusi digital untuk pemrosesan dokumen, izin bea cukai, dan kepatuhan terhadap peraturan untuk mempercepat pergerakan kargo.
  4. Integrasi Teknologi:
    • Menerapkan teknologi inovatif seperti IoT, blockchain, AI, dan analisis data untuk mengoptimalkan operasi logistik, meningkatkan visibilitas rantai pasokan, dan meningkatkan proses pengambilan keputusan.
    • Mengembangkan platform atau ekosistem digital yang mengintegrasikan berbagai pemangku kepentingan dan memfasilitasi pelacakan, pemantauan, dan pengelolaan pergerakan kargo secara real-time.
  5. Pengembangan Tenaga Kerja:
    • Berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja dan program pengembangan keterampilan untuk membekali karyawan dengan kompetensi yang diperlukan untuk beradaptasi dengan teknologi dan proses baru.
    • Menumbuhkan budaya inovasi, kolaborasi, dan pembelajaran berkelanjutan untuk mendorong keunggulan organisasi dan keterlibatan karyawan.
  6. Kelestarian Lingkungan:
    • Menerapkan inisiatif ramah lingkungan dan praktik-praktik berkelanjutan untuk meminimalkan dampak lingkungan dari operasi logistik, termasuk mengurangi emisi karbon, limbah, dan konsumsi sumber daya.
    • Mempromosikan penggunaan moda transportasi yang ramah lingkungan, fasilitas hemat energi, dan sumber energi terbarukan untuk mencapai tujuan kelestarian lingkungan.
  7. Kemitraan dan Promosi Investasi:
    • Menjalin kemitraan strategis dengan pemain logistik global, penyedia teknologi, lembaga keuangan, dan investor untuk meningkatkan keahlian, sumber daya, dan modal untuk pengembangan infrastruktur dan inovasi.
    • Menawarkan insentif, keringanan pajak, dan dukungan regulasi untuk menarik investasi sektor swasta di bidang infrastruktur dan layanan logistik di Bandara Soekarno-Hatta.
  8. Perencanaan Ketahanan dan Manajemen Risiko:
    • Mengembangkan rencana kontingensi yang kuat dan strategi manajemen risiko untuk memitigasi gangguan, seperti bencana alam, ketegangan geopolitik, dan keadaan darurat kesehatan masyarakat, serta memastikan kelangsungan operasi logistik.
    • Meningkatkan langkah-langkah keamanan dan kemampuan tanggap darurat untuk melindungi infrastruktur dan aset penting.
  9. Fokus pada Pelanggan dan Keunggulan Layanan:
    • Memprioritaskan kebutuhan dan preferensi pelanggan dengan menawarkan solusi logistik yang disesuaikan, layanan bernilai tambah, dan pengalaman pelanggan yang unggul.
    • Terus meminta umpan balik dari pelanggan dan pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan inovasi.
  10. Pemantauan dan Evaluasi:
    • Menetapkan indikator kinerja utama (KPI) dan metrik untuk melacak kemajuan dan dampak implementasi NLE.
    • Melakukan evaluasi dan penilaian secara berkala untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta menyesuaikan strategi dan taktik yang sesuai.

Dengan mengikuti peta jalan ini dan berkomitmen pada pendekatan kolaboratif, inovatif, dan berkelanjutan, Bandara Soekarno-Hatta dapat muncul sebagai pusat logistik terkemuka di kawasan ini, mendorong pertumbuhan ekonomi, kemakmuran, dan konektivitas untuk Indonesia dan sekitarnya.

Way Forward

Untuk berhasil mengimplementasikan ekosistem logistik baru (NLE) di Bandara Soekarno-Hatta, pendekatan strategis yang berfokus pada kolaborasi, inovasi, dan pembangunan berkelanjutan sangatlah penting. Berikut adalah peta jalan yang menguraikan jalan ke depan:

  1. Keterlibatan dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan:
    • Membina kolaborasi di antara lembaga pemerintah, otoritas bandara, perusahaan logistik, asosiasi industri, dan masyarakat setempat.
    • Membentuk gugus tugas atau komite pengarah khusus untuk mengawasi pelaksanaan NLE dan memastikan keselarasan kepentingan dan tujuan.
  2. Pengembangan Infrastruktur:
    • Berinvestasi dalam peningkatan dan perluasan fasilitas kargo, termasuk gudang, peralatan penanganan, dan kemampuan penyimpanan, untuk mengakomodasi permintaan logistik yang terus meningkat.
    • Meningkatkan infrastruktur transportasi, seperti jalan raya, rel kereta api, dan terminal kargo, untuk meningkatkan konektivitas dan memfasilitasi pergerakan barang tanpa hambatan.
  3. Reformasi dan Perampingan Peraturan:
    • Bekerja sama dengan pihak berwenang untuk merampingkan prosedur bea cukai, perizinan, dan persyaratan kepatuhan untuk mengurangi penundaan birokrasi dan meningkatkan efisiensi.
    • Menerapkan solusi digital untuk pemrosesan dokumen, bea cukai, dan kepatuhan terhadap peraturan untuk mempercepat pergerakan kargo.
  4. Integrasi Teknologi:
    • Menerapkan teknologi inovatif seperti IoT, blockchain, AI, dan analisis data untuk mengoptimalkan operasi logistik, meningkatkan visibilitas rantai pasokan, dan meningkatkan proses pengambilan keputusan.
    • Mengembangkan platform atau ekosistem digital yang mengintegrasikan berbagai pemangku kepentingan dan memfasilitasi pelacakan, pemantauan, dan pengelolaan pergerakan kargo secara real-time.
  5. Pengembangan Tenaga Kerja:
    • Berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja dan program pengembangan keterampilan untuk membekali karyawan dengan kompetensi yang diperlukan untuk beradaptasi dengan teknologi dan proses baru.
    • Menumbuhkan budaya inovasi, kolaborasi, dan pembelajaran berkelanjutan untuk mendorong keunggulan organisasi dan keterlibatan karyawan.
  6. Kelestarian Lingkungan:
    • Menerapkan inisiatif ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan untuk meminimalkan dampak lingkungan dari operasi logistik, termasuk mengurangi emisi karbon, limbah, dan konsumsi sumber daya.
    • Mempromosikan penggunaan moda transportasi yang ramah lingkungan, fasilitas hemat energi, dan sumber energi terbarukan untuk mencapai tujuan kelestarian lingkungan.
  7. Kemitraan dan Promosi Investasi:
    • Menjalin kemitraan strategis dengan pemain logistik global, penyedia teknologi, lembaga keuangan, dan investor untuk meningkatkan keahlian, sumber daya, dan modal untuk pengembangan infrastruktur dan inovasi.
    • Menawarkan insentif, keringanan pajak, dan dukungan regulasi untuk menarik investasi sektor swasta dalam infrastruktur dan layanan logistik di Bandara Soekarno-Hatta.
  8. Perencanaan Ketahanan dan Manajemen Risiko:
    • Mengembangkan rencana kontingensi yang kuat dan strategi manajemen risiko untuk memitigasi gangguan, seperti bencana alam, ketegangan geopolitik, dan keadaan darurat kesehatan masyarakat, dan memastikan kelangsungan operasi logistik.
    • Meningkatkan langkah-langkah keamanan dan kemampuan tanggap darurat untuk melindungi infrastruktur dan aset penting.
  9. Fokus pada Pelanggan dan Keunggulan Layanan:
    • Memprioritaskan kebutuhan dan preferensi pelanggan dengan menawarkan solusi logistik yang disesuaikan, layanan bernilai tambah, dan pengalaman pelanggan yang unggul.
    • Secara terus menerus meminta umpan balik dari pelanggan dan pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan berinovasi.
  10. Pemantauan dan Evaluasi:
    • Menetapkan indikator kinerja utama (KPI) dan metrik untuk melacak kemajuan dan dampak implementasi NLE.
    • Melakukan evaluasi dan penilaian secara berkala untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta menyesuaikan strategi dan taktik yang sesuai..

Dengan mengikuti peta jalan ini dan berkomitmen pada pendekatan kolaboratif, inovatif, dan berkelanjutan, Bandara Soekarno-Hatta dapat muncul sebagai pusat logistik terkemuka di kawasan ini, mendorong pertumbuhan ekonomi, kemakmuran, dan konektivitas untuk Indonesia.

 

Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Profesional dan akademis dengan sejarah kerja, pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan dan bisnis kedirgantaraan. Alumni PLP/ STPI/ PPI Curug, Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, International Airport Professional (IAP) dari ICAO-ACI AMPAP dan Fellow Royal Aeronautical Society (FRAeS).
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.