Minggu, April 28, 2024

Kenapa Cerita Lafran Pane Perlu Disebarluaskan?

Deden Ridwan
Deden Ridwan
Alumnus Jurusan Aqidah-Filsafat, Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta (1997), termasuk 100 Tokoh Terkemuka Alumni UIN Syarif Hidayatullah—buku yang disunting Prof. Dr. Sukron Kamil (2020). Dia pernah belajar di Universitas Leiden, Belanda (2002-2003). Hidupnya dihabiskan di dunia industri kreaif, baik sebagai penulis, pegiat buku dan konten profesional maupun produser. Film terbarunya, Lafran, Demi Waktu, segera tayang (2021). Kini Deden menjadi founder & CEO Reborn Initiative.

Demi Indonesia, Saya Lillahī Ta’āla..

—Lafran Pane

Yang  sudah akrab dengan cerita..

Yang diakrabkan dengan cerita..

Setiap cerita sangat kental dengan cita rasa..

Pun sangat dekat hati kaum perempuan dan generasi milenial ..

—Deden Ridwan, Pegiat Konten & Produser Film Lafran, Demi Waktu

Segala sesuatu di dunia ini adalah cerita. Apa pun yang kita lihat, kita dengar, kita persepsi dengan pikiran dan perasaan, segalanya tak ada yang bukan cerita. Dunia dan peradaban manusia dibangun di atas cerita-cerita. Tak syak lagi, politik, ekonomi, budaya adalah pertarungan kekuatan untuk memenangkan kuasa cerita. Siapa yang ceritanya paling meyakinkan dan mengasyikkan, dia akan muncul sebagai pemenang. Sungguh, cerita memang dahsyat!

Nah, apa hubungannya sosok Prof. Lafran Pane, pendiri HMI sekaligus pahlawan nasional, dengan cerita? Rekam jejak-perjuangan-pikiran-tindakan seorang Lafran Pane adalah sebuah cerita, dan akan terus berkembang menjadi cerita. Ya, kehidupan itu adalah cerita. Lafran Pane adalah sebuah cerita inspiratif dan heroik yang begitu menggetarkan dan menggerakan jutaan alumni HMI untuk ikut terlibat membangun negeri ini dengan penuh antusias dan bahagia dalam bingkai keislamaman, keindonesiaan, dan kemodernan.

Karena itu, cerita inspiratif dan heroik perjuangan Lafran Pane tersebut harus terus kita lestarikan dan sebarkan-luaskan, terutama bagi generasi milenial. Anak muda saat ini harus terus disuguhi dengan cerita-cerita baru yang positif tentang perjuangan bangsa ini. Setiap perjuangan hidup seseorang pada dasarnya adalah basis sekaligus sumber sebuah cerita. Cerita tersebut kita “kemas” secara mengasyikkan dan meyakinkan kemudian disebarkan melalui pelbagai bentuk media kreatif.

Maka, ke mana pun anak-muda bergerak, selalu dikepung oleh cerita-cerita heroik dan inspiratif tentang sosok Lafran Pane ini. Yuk, kita memproduksi cerita. Kita ingin mendekatkan dan melestarikan cerita-cerita positif sang tokoh pendiri HMI sekaligus pahlawan nasional ini  secara gaul ke ruang publik lewat kekuatan sebuah cerita.

Kita kepung ruang publik dengan cerita. Supaya spirit dan ruh perjuangan Lafran Pane dan HMI-nya menjadi public-reading atau viral di kalangan anak-anak muda milenial dan seluruh komponen bangsa. Akhirnya, harapannya, HMI makin dikagumi dan dicintai karena selalu menjadi garda-depan dalam membangun negeri tercinta ini.

Cerita seperti apakah yang bisa menggetarkan itu? Ya, cerita yang ditulis secara sangat baik, bersifat emic, dan keluar dari hati. Cerita yang bersifat emosional dan human-interest. Cerita yang terhubung dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Cerita yang ditulis secara kreatif-naratif.

Cerita yang sanggup menggugah, menggetarkan, dan mengaduk-aduk  jiwa atau perasaan para pembaca. Singkatnya, cerita yang menginspirasi. Mampu mengubah dunia. Mengasyiikan. Menggetarkan.

Dan, media yang paling efektif untuk melestarikan dan menyebarluaskan kisah-kisah dan ruh perjuangan sosok Lafran Pane tersebut, antara lain, adalah novel dan film. Kekuatan cerita, gambar, bunyi,  dan visual sangat efektif dan nendang. Tentu saja, dalam medium seperti itu, ruang kreasi dan imajinasi terasa hidup. Menyala. Menusuk benak pembaca dan penonton.

Maka, novel dan film merupakan bentuk media kreatif yang kami pilih untuk menyebarluaskan spirit dan ruh perjuangan Lafran Pane bagi seluruh komponen bangsa, terutama generasi milenial Indonesia.

Apalagi fakta menunjukkan bahwa karakter masyarakat pembaca kini pada umumnya tidak saja bersifat rasional (testable, public accountability), tetapi juga sangat dipengaruhi aspek emosional. Orang memilih apa pun berdasarkan cita rasa. Ya, pertimbangan nilai-nilai prestise, style of life, dan rasa empati serta hati begitu dominan dalam memilih sesuatu, termasuk pilihan bacaan dan tontonan.

Membaca atau memilih sesuatu juga hiburan. Dalam konteks inilah cerita sesungguhnya “hidup” dan “menggerakan”. Pun menghibur. Politik cerita sangat menjunjung tinggi cita rasa. Karena itulah cerita selalu dekat dengan anak-anak muda zaman now dan kaum perempuan. Maka, kekuatan cerita bisa menjadi bagian dari strategi kreatif untuk mendekatkan sang tokoh secara rasional sekaligus emosional kepada publik.

Mengapa Harus Film Lafran Pane?

Negeri ini kini dalam rongrongan kekerasan dan intoleransi yang begitu kuat. Politik identitas mengeras. Gejala radikalisme, ujaran kebencian, dan takfiri (mudah mengafirkan sesama muslim) menguat. NKRI dalam ancaman serius. Semangat keindonesiaan dan keislaman sedang dirobek-robek. Konflik di timur-tengah seperti Suriah seolah sedang “dipaksa” untuk diimpor ke sini dan dihidupakn kembali di negeri ini.

Target dan sekaligus sasaran utamanya adalah anak-anak muda. Oleh karena itu, kita harus bergerak mengantisipasi hal itu dengan memperkenalkan kembali nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan melalui kekuatan cerita inspiratif dan heroik tentang tokoh-tokoh pejuang bangsa ini.

Salah satu tokoh fenomenal itu adalah Lafran Pane, sang pendiri HMI dan kini sudah diakui sebagai pahlawan nasional. Lafran Pane adalah sosok pejuang senyap. Orang biasa dan sederhana. Namun gagasan dan tindakannya luar biasa. “Demi Indonesia, aku lillahī ta’alā”, ujarnya tegas.

Dialah sungguh teladan bangsa. Dan, anak-anak muda perlu keteladanan dalam memaknai kehidupan berbangsa ini. Keteladanan adalah sebuah energi yang mudah dicerna. Apalagi kisah keteladanan itu ditampilkan lewat kekuatan cerita dan visual yang dikemas secara kreatif lewat kekuatan the architect of visual berbasiskan storytelling.

Sosok Lafran Pane menjadi sangat penting.  Ia menjadi ikon sekaligus role model dalam proses pengkaderan anak-anak bangsa.  HMI adalah kontribusi nyata. Dari rumah HMI, jutaan kader anak bangsa lahir. Mereka turut memberikan warna dalam proses perjalanan republik ini. Tak hanya pada level politik, tapi juga ekonomi, sosial, dan budaya.

Rekam-jejak kepahlawanan Lafran Pane yang  menjadi ruh pengkaderan HMI  harus kita rawat, pupuk, dan sebarkan secara luas di ruang publik melalui kanal media-media kreatif.

Nilai-nilai kepahlawanan Lafran Pane bersifat universal. Spirit perjuangannya harus menjadi inspirasi dan kebanggaan seluruh anak bangsa, tidak hanya HMI.  Apa pun latar-belakangnya. Apalagi nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang  menjiwai Lafran Pane mendirikan HMI, diakui,  adalah perekat kuat kehidupan bangsa.

Dalam spirit pengkaderan itulah, film ini hadir. Dengan kekuatan visual diharapkan nilai-nilai kepahlawanan dan perjuangan Lafran Pane bisa menginspirasi jutaan anak bangsa. Kekuatan cerita dan visual dalam film ini bisa menjadi senjata ampuh sekaligus sumber inspirasi yang bisa menggetarkan jiwa para penontonnya, terutama anak-anak muda.

Tak hanya itu, film ini dirancang sebagai bagian dari strategi pengkaderan yang kreatif dan massif bagi seluruh anak bangsa. Semangat Lafran Pane harus terus hidup dan hadir di mana-mana.  Melampaui lintas-batas agama dan bangsa. Spirit dan jiwa kepahlawanan Lafran Pane harus menggetarkan dan menginspirasi dunia. Novel dan film ini didesain sebagai langkah awal menuju gerbang dunia tersebut.

Dalam konteks itulah, Film Lafran Pane ini menjadi sangat penting. Cita rasa keislaman-nasionlistik yang tercermin dalam setiap jejak-langkah-historis Lafran Pane menjadi kekuatan dahsyat bagi negeri tercinta ini. Dengan demikian, film ini terasa sangat penting dan perlu.

Saudaraku, sungguh Lafran Pane adalah Bapak Bangsa. Bukan sekadar “milik” jutaan alumni atau kader HMI, tapi juga sumber inspirasi warga Indonesia dalam menapaki perjalanan cinta Bangsa ini ke depan.

Namun, ironisnya sudah hampir dua tahun lebih, film ini hingga kini belum bisa tayang: macet. Ya, film Lafran, Demi Waktu ternyata masih terjerat waktu bak orang kelaparan di lubung padi. Menyedihkan!

Deden Ridwan
Deden Ridwan
Alumnus Jurusan Aqidah-Filsafat, Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta (1997), termasuk 100 Tokoh Terkemuka Alumni UIN Syarif Hidayatullah—buku yang disunting Prof. Dr. Sukron Kamil (2020). Dia pernah belajar di Universitas Leiden, Belanda (2002-2003). Hidupnya dihabiskan di dunia industri kreaif, baik sebagai penulis, pegiat buku dan konten profesional maupun produser. Film terbarunya, Lafran, Demi Waktu, segera tayang (2021). Kini Deden menjadi founder & CEO Reborn Initiative.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.