Dalam sebuah langkah yang mengejutkan, mantan Ketua DPR Nancy Pelosi telah mengusulkan agar Presiden Joe Biden diabadikan di Gunung Rushmore, sebuah monumen yang selama ini hanya memahat wajah-wajah para presiden paling berpengaruh dalam sejarah Amerika. Pelosi menyebut Biden, yang kini berusia 81 tahun, sebagai “tipe Presiden Gunung Rushmore,” sebuah pernyataan yang menimbulkan kontroversi mengingat laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa Pelosi justru berperan aktif dalam upaya menyingkirkan Biden dari persaingan menuju Gedung Putih.
Gunung Rushmore, sebuah monumen ikonik yang terletak di Black Hills, Dakota Selatan, saat ini menampilkan empat presiden AS yang dianggap paling berpengaruh: George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt. Usulan Pelosi untuk menambahkan Biden ke dalam jajaran tersebut telah memicu perdebatan sengit mengenai apakah Biden benar-benar layak mendapatkan kehormatan sebesar itu, mengingat masih ada banyak presiden lain yang juga memberikan kontribusi signifikan bagi bangsa Amerika. Laporan ini akan membahas lebih lanjut mengenai usulan kontroversial tersebut dan berbagai pertimbangan yang melatarbelakanginya.
Nancy Pelosi telah memicu perdebatan yang intens dan memanas dengan usulannya yang kontroversial untuk menambahkan wajah Presiden AS saat ini, Joe Biden, ke Gunung Rushmore. Monumen yang sangat ikonik ini, yang selama ini hanya dihiasi oleh patung wajah para mantan presiden Amerika yang sangat bersejarah seperti George Washington, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, dan Theodore Roosevelt, mungkin saja akan mengalami perubahan yang signifikan jika usulan Pelosi tersebut diwujudkan.
Dalam sebuah penampilannya di acara Sunday Morning Show, mantan Ketua DPR yang sudah lama berkiprah di panggung politik ini, tak segan-segan memuji Biden, yang saat ini berusia 81 tahun, sebagai salah satu presiden paling berpengaruh dalam sejarah Amerika Serikat. Dengan penuh keyakinan, dia menyebut Biden sebagai sosok “Presiden Gunung Rushmore,” yang layak disandingkan dengan para pemimpin besar lainnya yang telah diabadikan di monumen tersebut.
Pelosi, yang kini berusia 84 tahun, juga menekankan kekagumannya terhadap Biden tanpa sedikit pun menyarankan agar wajah-wajah yang sudah ada di Gunung Rushmore digantikan. Inilah yang dia sampaikan dengan penuh semangat dan keyakinan, “Anda memiliki Teddy Roosevelt di sana, dan dia luar biasa. Saya tidak mengatakan singkirkan dia, tetapi Anda bisa menambahkan Biden.”
Bulan lalu, dalam langkah yang mengejutkan, Joe Biden keluar dari persaingan presiden AS di tengah spekulasi bahwa Pelosi telah menasihatinya untuk mundur guna menghindari rusaknya peluang Demokrat dalam pemilihan mendatang. Namun terlepas dari laporan tersebut, Pelosi tetap mendukung Biden.
Dia mengatakan, “Saya memiliki hak istimewa yang tinggi dan kehormatan yang berbeda untuk mempersembahkan kepada Anda presiden Amerika Serikat. Politik adalah politik. Orang-orang memiliki kepentingan mereka sendiri dalam hal wilayah mereka sendiri dan sisanya. Jadi kami adalah partai Demokrat, sebuah partai yang boleh dikatakan tidak sejalan, tetapi presiden ini adalah presiden yang hebat.”
Namun, pandangan Nancy Pelosi mengenai pencalonan Joe Biden dalam pemilihan presiden telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dari waktu ke waktu. Meskipun pada awalnya Pelosi secara tegas memberikan dukungannya terhadap pencalonan Biden, sikapnya mulai bergeser setelah menyaksikan penampilan Biden dalam debat yang sangat dipublikasikan melawan Donald Trump.
Performa Biden yang tidak sesuai harapan dalam debat tersebut mendorong Pelosi untuk mempertimbangkan kembali pendiriannya. Dia bahkan secara terbuka mendorong Biden untuk berpikir ulang tentang keputusannya untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden, meskipun Biden sendiri terus menegaskan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap persaingan politik tersebut.
Dalam penampilannya di acara Morning Show lainnya, Pelosi kembali menekankan bahwa keputusan akhir mengenai pencalonan tetap berada di tangan Biden sendiri. Ia mengakui tekad kuat Biden yang tercermin dalam surat yang dikirimkannya kepada anggota Partai Demokrat pada awal Juli, di mana Biden sekali lagi menunjukkan komitmen yang jelas untuk tetap maju dalam kontestasi politik tersebut. Pelosi, dengan segala pengalamannya dalam dunia politik, mengisyaratkan bahwa meskipun ada keraguan yang sempat muncul, keputusan Biden harus dihormati sebagai hak prerogatifnya sebagai seorang kandidat yang berpengalaman.
“Jika ada … terserah presiden untuk memutuskan apakah dia akan mencalonkan diri. Kami semua mendorongnya untuk membuat keputusan itu karena waktunya hampir habis. Saya pikir dukungan luar biasa dari kaukus … bukan saya yang mengatakannya. Saya bukan lagi ketua kaukus. Tapi dia dicintai, dia dihormati, dan orang-orang ingin dia membuat keputusan itu.”
Berbagai laporan menyebutkan bahwa Joe Biden merasa kurang senang dengan Nancy Pelosi karena dianggap berperan dalam menghambat upayanya untuk terpilih kembali sebagai presiden. Namun, menanggapi spekulasi ini, Pelosi dengan tegas menyatakan perasaan kasih dan penghormatannya yang mendalam terhadap Biden. Dia dengan penuh kehangatan berkata, “Dia tahu bahwa saya sangat mencintainya,” sebagai bentuk pengakuan atas hubungan baik mereka.
Selain itu, Pelosi dengan bijak menegaskan bahwa dia selalu menjaga kerahasiaan dalam hubungannya dengan Biden, dengan mengatakan, “Saya tidak pernah membagikan percakapan apapun dengan presiden Amerika Serikat secara terbuka.”
Seiring dengan dinamika politik yang terus berubah di Amerika Serikat, usulan kontroversial Pelosi mengenai penambahan wajah Biden di Gunung Rushmore telah memicu diskusi yang luas dan beragam di kalangan publik. Beberapa pihak bahkan membandingkan saran ini dengan klaim yang pernah diajukan oleh mantan presiden Donald Trump, yang juga pernah menyatakan bahwa dirinya layak untuk diabadikan di monumen bersejarah tersebut. Perbandingan ini menambah lapisan baru pada perdebatan, memperlihatkan bagaimana isu ini tidak hanya menjadi soal politik semata, tetapi juga mencerminkan pandangan yang lebih luas tentang kepemimpinan dan warisan sejarah di Amerika.