Minggu, November 24, 2024

Made in America: Jurus Baru Trump

Moddie Wicaksono
Moddie Wicaksono
Pegiat GASPOLIAN (Gerakan Sadar Politik Internasional) Yogyakarta.
- Advertisement -
Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence tertawa saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump memegang tongkat bisbol ketika mereka menghadiri acara showcase produk Made in America di Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Senin (17/7). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria

Jika ada presiden di dunia yang selalu ingin menyulut kontroversi, jawabannya adalah Donald Trump, presiden Amerika Serikat saat ini. Trump selalu membuat sensasi-sensasi yang tak terduga dan tak dijangkau nalar oleh khalayak sepanjang beberapa bulan kepemimpinannya.

Mulai dari pelarangan terhadap beberapa negara muslim yang tak boleh masuk ke Amerika Serikat, penolakan ratifikasi Kesepakatan Paris,  hingga yang paling terbaru penolakan atas penyidikan mantan Direktur FBI yang telah dipecatnya, James Comey.

Trump bahkan menolak tuduhan Rusia telah bermain mata dengannya saat Pemilu AS yang mengakibatkan kekalahan Hillary Clinton. Ia malah justru menuduh bahwa berita yang dimuat di media hanyalah mengada-ada dan tak berdasarkan fakta.

Baru-baru ini sebuah survei, yang dikeluarkan ABCnews yang bekerjasama dengan Washington Post, mengungkapkan masyarakat mulai dirundung sikap ketidakpercayaan terhadap Trump yang mencapai 58 persen. Bahkan disebut-sebut Donald Trump tidak akan memimpin sampai masa jabatannya berakhir alias akan lengser bukan pada waktunya.

Selain itu, dalam sejarah presiden Amerika Serikat, hanya Donald Trump yang dinilai gagal dalam menjalankan 100 hari pertama masa kepemimpinannya. Dalam survei tersebut pula, jumlah masyarakat yang tidak percaya bahwa Trump akan mengatasi permasalahan global mencapai 47 persen. Sedangkan ada 48 persen responden yang menyatakan pesona AS mulai memudar di dunia internasional.

Tapi, Trump adalah Trump. Ia bahkan tidak peduli dengan survei yang menyatakan dirinya tak mampu dan tak layak menjadi presiden AS. Ia justru menganggap survei yang dilakukan ABCnews bersama Washington Post tidak akurat sama sekali. Ada main mata dan ada kepentingan politik yang berusaha menjatuhkan konglomerat asal New York itu.

“Made in America”

Pekan ini Donald Trump mengeluarkan kebijakan yang cukup unik. Ia memberikan kebijakannya dengan nama “Made in America”. Sebuah kebijakan yang dirancangnya untuk menghormati dan menghargai kepada pekerja asli Amerika yang telah mendedikasikan jerih payahnya untuk membangun industri Amerika Serikat. Industri yang dimaksud adalah manufaktur, barang-barang berseni nilai tinggi hingga pakaian yang dibuat oleh orang-orang Amerika Serikat.

Melihat kebijakan tersebut, selayaknya Trump diberikan apresiasi yang cukup oleh khalayak internasional. Hal ini mengingat Trump benar-benar melindungi kekayaan produk lokal Amerika Serikat. Kebijakan tersebut sejalan dengan visinya yang dikembangkan sejak awal “Make America Great Again”. Semangat nasionalisme hingga menjunjung tinggi produk asli Amerika Serikat patut ditiru oleh negara-negara besar lainnya.

Trump seolah ingin menunjukkan bahwa Amerika di atas segala-galanya. Ia menyebutkan pula AS adalah pusat standar kerajinan dunia. Ini semangat yang cukup baik mengingat AS adalah negara yang unggul dalam bidang teknologi. Contohnya Apple.

Ada sekitar 50 negara bagian yang diberi penghargaan oleh Trump karena memajukan produk Amerika. Seperti California dengan wine, Hawaii dengan rhum, Mississippi dengan forklift hingga Tennessee dengan produk gitarnya. Penghargaan ini dimaksudkan supaya orang-orang asli Amerika Serikat lebih giat dalam memproduksi produk asli AS.

- Advertisement -

Anomali “Made in America”

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah Trump juga menggunakan produk Amerika seperti yang telah ia dengungkan? Ternyata tidak. Hampir semua usaha keluarga Trump justru mengambil, bahkan membuat produk, dari China yang notabene seteru ekonomi AS.

Ini terlihat dari pembuatan hotel dan apartemen Trump yang menggunakan produk dari China. Bahan-bahan pakaian yang dilekatkan pada Trump juga menggunakan produk China. Tidak hanya itu; produk macam Vodka Trump, Trump’s Clothing pun juga banyak mengambil dari produk China.

Tak ketinggalan pula yang menjadi sorotan adalah Ivanka Trump yang tak lain anak perempuan Trump. Produk usaha yang terdiri dari pakaian, parfum, dan sepatu pun lebih banyak diproduksi dari China, Vietnam, Bangladesh, India, bahkan negara kita Indonesia.

Melihat kenyataan seperti itu, maka kebijakan “Made in America” boleh dikatakan sebatas jargon bahkan lelucon. Tidak sedikit yang mengkritik sehingga dalam survei terakhir pun kepercayaan dari masyarakat terhadap Trump menurun.

Trump seharusnya sadar jika saat ini posisinya tidak menguntungkan. Ia diserang oleh banyak pihak, termasuk oposisinya, Hillary Clinton. Ia pun lebih banyak dikecam karena kebijakan kontroversialnya yang lebih bersahabat kepada Rusia daripada negara-negara Eropa seperti Jerman atau Prancis.

Apalagi ditambah keputusan Kongres AS yang membolehkan penambahan 15.000 pekerja asing untuk masuk ke AS. Mereka diperbantukan untuk sektor non-agrikultur. Trump mungkin kecewa dengan keputusan tersebut, tetapi bagi para pebisnis AS, keputusan tersebut sebuah hal yang menggembirakan.

Para pebisnis AS bisa memotong ongkos produksi bahkan upah karena biaya pekerja asing lebih murah daripada pekerja AS. Bahkan beberapa pebisnis AS menganggap bahwa pekerja asing lebih terampil dan berpengalaman daripada pekerja AS.

Sungguh sesuatu yang menggelikan ketika Trump bersemangat untuk menggelorakan semangat “Make America Great Again” dengan membuat kebijakan “Made in America”. Namun, di sisi lain, dia beserta keluarganya justru tak menggunakan produknya sendiri. Hal ini sekali lagi diperparah pula dengan keputusan Kongres AS untuk memberi jalan bagi pekerja asing masuk ke AS.

Sudah saatnya Donald Trump mulai berpikir untuk membuat kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat. Jika tidak, mungkin dalam satu hingga dua tahun ke depan, Trump akan dimakzulkan oleh rakyatnya sendiri.

Baca juga:

Donald Trump dan Fenomena Politik Anomali

Mengapa Indonesia Harus Aktif Menentang Trump

Moddie Wicaksono
Moddie Wicaksono
Pegiat GASPOLIAN (Gerakan Sadar Politik Internasional) Yogyakarta.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.