Pada 10 Desember, kita kembali memperingati Hari Hak Asasi Manusia Internasional. Tahun ini, Hari HAM memasuki peringatan yang ke-69.
Meskipun dirayakan setiap tahun dan menjadi bagian yang melekat dan tidak terpisahkan pada setiap orang, HAM masih menjadi sesuatu yang asing dan berjarak. HAM masih dianggap sebagai sesuatu yang berada di luar, bahkan bagi sebagian pihak, HAM menjadi momok tersendiri.
Menyadari hal ini, Komnas HAM dalam peringatan Hari HAM tahun ini mencoba merayakannya melalui media yang telah akrab dengan masyarakat. Hal ini untuk menegaskan bahwa HAM adalah kita. Bicara, bersikap, dan bertindak untuk HAM adalah mengenai eksistensi diri kita yang mendasar, bukan persoalan lain.
Berbagai kegiatan dilaksanakan oleh Komnas HAM dan mitra organisasi lainnya, meliputi konferensi, kampanye, pembacaan puisi, malam kemanusiaan, dan gowes sepeda bareng.
Strategi ini dipakai supaya perayaan Hari HAM tidak hanya seremonial belaka, dirayakan sehari setelah itu dilupakan. Melalui strategi ini, Komnas HAM mengajak para pihak untuk berpartisipasi merayakan Hari HAM dengan caranya sendiri dan melibatkan komunitasnya.
Dengan begitu, akan semakin banyak pihak atau komunitas menyadari bahwa HAM itu menyangkut setiap aspek kehidupan manusia, dari bangun tidur hingga tidur lagi, dari manusia sejak dalam kandungan sampai ajal menjemput.
Dengan menyampaikan esensi HAM melalui cara dan media yang beraneka ragam, maka HAM akan terefleksikan dalam berbagai bentuk dan pesan yang mudah dimengerti publik.
Tidak hanya itu, strategi Komnas HAM juga lebih banyak melakukan kerjasama dan kolaborasi, untuk mengikis jarak antar institusi. Alih-alih menjadi pemisah, justru HAM menjadi media untuk merekatkan dan mengintegrasikan kebijakan dan program.
Hal ini, misalnya, dilakukan antara Komnas HAM dan Polri, khususnya Brimob. Jika sekian lama HAM dipandang dan diperlakukan sebagai momok dan beban dalan menjalankan tugasnya, maka saat ini Komnas HAM dan Brimob merumuskan formulasi dan implementasi HAM dalam bentuk yang partisipatif dan kolaboratif. Bentuk dari kerjasama itu adalah menyusun buku saku tentang HAM sebagai panduan bagi petugas Brimob di lapangan.
Dengan demikian, HAM diformulasikan dan diimplementasikan secara partisipatif dan kontekstual. Hal ini juga dilakukan melalui program Kota HAM, yaitu mengajak pemerintah kota/kabupaten untuk merumuskan indikator dan implementasi HAM dalam pelaksanaan tugas dan program pemerintah lokal. Pun dengan program Sekolah Ramah HAM, untuk memformulasikan dan mengimplemantasikan HAM di dunia pendidikan, dengan melibatkan tenaga pendidik, masyarakat, dan anak didik.
Melalui program-program tersebut, Komnas HAM hendak menegaskan bahwa HAM bukan hanya menjadi domain dari Komnas HAM, negara, atau lembaga lain yang melakukan promosi dan advokasi HAM. Namun, HAM adalah tentang kita, yaitu bagaimana kita memanusiakan setiap orang sebagaimana kita ingin orang lain memanusiakan kita.
Selamat merayakan Hari HAM!
Kolom terkait:
Menanti Gebrakan Komnas HAM 2017-2022