Kamis, Maret 28, 2024

Jokowi dan Heboh Video ISIS di Masjid Jakarta

Iqbal Kholidi
Iqbal Kholidi
Penulis adalah pemerhati terorisme dan politik Timur Tengah

 

dom-1455008713Terdakwa simpatisan ISIS Ahmad Junaedi melambaikan tangan usai sidang pembacaan vonis di PN Jakarta Barat, Jakarta, Selasa (9/2). Ahmad Junaedi divonis tiga tahun penjara setelah terbukti melakukan tindak pidana terorisme. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pemerintah Australia mengeluarkan travel advisory atau imbauan bagi warganya untuk tidak bepergian ke wilayah Indonesia karena dianggap rawan terorisme. Peringatan ini disampaikan pihak Australia tak berselang lama setelah televisi Australia ABC (Australian Broadcasting  Corporation) menayangkan liputannya tentang adanya perekrutan pengikut Negara Islam (ISIS) di sebuah masjid di Jakarta.

Tak tanggung-tanggung setidaknya ada 5 masjid di Jakarta yang disebut ABC News sebagai tempat perekrutan ISIS. Kameramen ABC News mengaku dirinya sengaja merekam kegiatan perekrutan ISIS tersebut secara diam-diam karena dilarang mengambil gambar. Sementara kepada wartawan ABC News, seorang pengurus masjid mengaku pihaknya menerima permohonan izin yang diajukan panitia secara mendadak sehingga tidak tahu persis isi kegiatan tersebut.

Berita ini cukup mengejutkan publik, mengingat Jakarta belum lama ini geger oleh Bom Thamrin yang dilakukan pengikut ISIS. Sejak itu nama ISIS semakin dikenal dan telah resmi menjadi musuh bersama di negeri ini. Namun, fakta di lapangan yang diungkap ABC News tentang adanya kegiatan yang disinyalir perekrutan ISIS di beberapa masjid Jakarta kembali menimbulkan sejumlah pertanyaan. Kenapa ISIS di negeri ini masih bisa leluasa menyebarkan ideologi ekstremnya secara terbuka dan bahkan berupaya menggaet pengikut di negeri ini.

Setelah menelusuri Youtube, saya menemukan sebuah video kegiatan ISIS di Jakarta yang dimaksud ABC News tersebut. Yakni, sebuah video amatir berdurasi hampir 3 jam, yang diunggah pada 19 Februari 2016 oleh akun Youtube bernama “Panitia Bersama Pendukung dan Pembela Khilafah”.

Terlihat jelas dalam pertemuan tersebut menghadirkan 3 orang narasumber. Acara tersebut dimoderatori sosok yang sangat familiar dalam dunia terorisme, yakni Syamsudin Uba. Dia pernah ditangkap kepolisian pada Agustus 2015 atas dugaan terorisme, namun akhirnya dibebaskan karena minimnya alat bukti.

Sebenarnya jika kita mengikuti geliat perkembangan jaringan ISIS dalam menggaet dukungan demi merekrut pengikut di Indonesia sebagaimana diungkap wartawan ABC News, polanya sama seperti tahun-tahun sebelumnya, meski saat itu publik sudah mengenal bahaya ancaman ISIS. Kegiatan pengikut ISIS di Indonesia selalu dibungkus dengan kegiatan keagamaan. Untuk menguatkan modusnya tersebut, kegiatan yang mereka selenggarakan bertempat di masjid, sehingga sejumlah pihak tidak banyak menaruh kecurigaan.

Dulu, ketika belum begitu disorot publik, para pengikut ISIS saat akan mengadakan kegiatan selalu mempublikasikannya terlebih dahulu di dunia maya seperti media sosial. Namun dalam perkembangan berikutnya, setelah netizen mulai menyoroti dan memperingatkan beberapa pihak adanya acara terlarang tersebut, aparat berwenang bertindak mencegah sampai membubarkan kegiatan mereka.

Jika dicermati seksama, dalam satu tahun belakangan ini pengikut ISIS terlihat mengubah pola publikasi kegiatan mereka. Mereka diam-diam melakukan kegiatan pertemuan baru dan  setelah itu mempublikasikan hasil kegiatan tersebut di dunia maya. Tentu ini dilakukan untuk menghindari sorotan publik yang menginginkan kegiatan semacam ini ditindak aparat.

Dengan kemasan berupa kegiatan keagamaan, rata-rata mereka yang hadir di kegiatan tersebut kemungkinan besar mengira ini kegiatan dakwah. Kehadiran mereka diduga kuat  karena ajakan orang terdekat yang sudah terjangkit paham ISIS. Hal ini terlihat dari materi yang disampaikan oleh narasumber dalam video tersebut. Yakni, tentang pengenalan umum negara khilafah yang telah didirikan ISIS di Suriah, iming-iming kesejahteraan ekonomi, hukum syariat yang telah ditegakkan ISIS, dan memuja Abu Bakar Al Baghdadi yang mereka anggap sebagai Khalifah.

Demikian pula para pengurus masjid yang mengizinkan masjidnya ditempati. Mereka sejatinya tidak sadar bahwa masjidnya telah “disusupi” kegiatan pengikut organisasi teror paling berbahaya di dunia. Pengikut ISIS sengaja meminta izin secara mendadak kepada pengurus masjid sebagai salah satu trik demi memuluskan kegiatannya diizinkan bertempat di masjid tersebut. Dengan pengajuan izin yang mepet, pengurus masjid tidak punya waktu banyak untuk menggali informasi tentang siapa mereka sebenarnya.

Menyikapi pemberitaan ABC News tentang kegiatan ISIS di Jakarta, pemerintah melalui Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kepada sejumlah media bahwa kegiatan tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena berskala kecil. Pernyataan ini patut disayangkan. Sekadar mengingatkan, Afif, salah satu pelaku teror bom Thamrin, diketahui dulunya mengikuti kegiatan semacam ini, hingga akhirnya ia menjadi teroris.

Justru saat kelompok ini masih kecil, Presiden Joko Widodo, elite pemerintah, dan jajarannya harus tanggap, bukan malah terkesan meremehkan. Karena kita tentu tidak ingin ada “Afif” baru lagi.

Walhasil, penting bagi kita umat Islam untuk melindungi rumah ibadah kita, melindungi masjid-masjid kita dari kegiatan terselubung yang dilakukan pengikut ISIS seperti yang telah terjadi di Jakarta. Agar publik tidak terkecoh, para pengikut ISIS selalu mengelak jika dirinya dituding sebagai pendukung, pengikut, atau kelompok yang mengadakan kegiatan ISIS. Sebab, bagi mereka, ISIS sudah tidak ada alias bubar sejak kelompok ektremis ini mendeklarasikan dirinya sebagai Khilafah (Islamic State).

Perubahan identitas dari ISIS ke Khilafah atau Daulah Islamiyah dimanfaatkan oleh mereka agar tetap dapat eksis di lapangan dan menyebarkan propagandanya. Mereka bergerak di lapangan tidak lagi menggunakan atau mencantumkan nama ISIS, tapi dengan mengusung nama Khilafah atau Daulah Islamiyah. Sementara itu, publik sampai saat ini mengenalnya sebagai ISIS.

Iqbal Kholidi
Iqbal Kholidi
Penulis adalah pemerhati terorisme dan politik Timur Tengah
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.