Sabtu, April 27, 2024

Erektabilitas Sandiaga Uno

Ferena Debineva
Ferena Debineva
Pendiri dan Ketua Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC).

Seks tidak akan habis perkaranya dan selalu punya cara mencari gara-gara. Mulai dari video seks amatir Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari; ukuran payudara Duo Serigala; nip slip Agnez Mo; serta yang terbaru tonjolan penis Sandiaga Uno.

Tentu saya paham mengapa begitu banyak mata tertuju pada foto tersebut. Pertama, foto tersebut menonjol secara literal, bahkan dilingkari, sehingga menyita perhatian dan fokus Anda pada bagian tertentu.

Kedua, foto tersebut bukanlah foto orang asing yang Anda temui di jalan. Ya, meskipun mungkin Sandiaga Uno asing untuk Anda, dia adalah orang yang mungkin saja menjadi pemimpin Jakarta selanjutnya.

Saya tentu tidak akan mempermasalahkan apakah Sandiaga Uno memakai celana dalam atau tidak. Saya menolak keras slut-shaming! Saya tidak akan mengatakan bahwa Sandiaga terlalu seksi sehingga dia pantas diperkosa. Jadi, kepada siapa pun yang menganggap Sandiaga Uno terlalu seksi, atau memprediksi panjang-lebar-diameter, sesungguhnya ia sudah mentransformasi seorang Sandiaga Uno menjadi komoditas.

Emosi sebagai Mediator

Jika Anda sering beruntung didatangi survei yang biasanya berhadiah piring, pulpen, payung, dan kalkulator, Anda pasti terbiasa untuk diminta mengingat iklan-iklan yang menginvasi kepala Anda. Seperti itulah iklan bekerja dengan amat mudah: Anda melihat, mendengar, atau membaca untuk selanjutnya Anda mampu mengingat produk tersebut.

Karenanya, agensi pemasaran akan mencekoki seluruh indera Anda dengan sesuatu yang menyenangkan atau mengganggu. Intinya: yang penting Anda ingat. Jika Anda ingat, Anda akan beli. Dalam banyak kesempatan, Anda akan mengingat jargon, seperti yang saya rasakan pada iklan pompa air yang bertugas untuk menyedot kuat dan menyembur kencang. Atau MARS Perindo yang, mau tak mau, membuat Anda hapal luar kepala.

Mengapa demikian? Untuk dapat diingat dengan kuat, Anda membutuhkan esensi emosi yang nantinya akan terkait dengan pengalaman Anda. Ingatan emosi tersebut menetap dan akan meningkatkan memori Anda terhadap objek tersebut. Tidak percaya? Coba ingat-ingat berapa jumlah barang yang Anda beli hanya karena lucu tanpa nilai guna?

Atau jikapun ada, Anda pasti telah merasionalisasi sehingga Anda pikir objek tersebut bernilai guna. Atau coba buka kembali ingatan Anda, apakah Anda menyimpan atau justru membakar barang-barang dengan nilai guna tidak seberapa hanya karena objek tersebut mengingatkan Anda kepada mantan kekasih yang paling Anda sayangi?

Dalam politik, strategi pemasaran berbasis emosi tersebut digunakan oleh banyak pihak untuk mendukung orang lain yang dianggap mempunyai atribut yang sama, dan menyerang kelompok lain yang berbeda atribut. Jika kandidat direduksi hanya menjadi senilai barang, kita dapat melihat alasan irasional yang dilakukan untuk memilih kandidat: dia memiliki atribut yang sama dengan saya, atau dia tidak memiliki atribut yang saya tidak sukai. Sandiaga yang memahami konsep ekonomi tentu paham benar dalam memanfaatkan ini.

Menjual Seks

Lalu, bagaimana iklan yang berkaitan dengan seks? Apakah seks mampu menjual? Tentu saja. Menurut Baumeister, seks yang selama ini dianggap sebagai ruang privat terbatas sesungguhnya adalah bagian dari sistem sosial-ekonomi yang besar. Karenanya, seks memang selalu menjadi komoditas publik yang dapat digunakan hampir untuk menjual semua hal yang ada di dunia ini, bahkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan dirinya. Mulai dari baju, makanan, mi instan, mobil, rokok, telepon genggam, pompa air, dan tentu saja politik.

Namun, apakah seks selalu menjual? Tidak. Seks hanya menjual sesuatu yang dianggap berkaitan dengannya, dan apabila ia ditampilkan secara moderat. Iklan deodoran yang mampu menjatuhkan bidadari dari langit setiap kali Anda menyemprotkannya ke bagian tubuh Anda akan menghasilkan keinginan akan keintiman dan perasaan seksi.

Begitu pula dengan iklan penurun berat badan. Tapi apa hubungannya membeli pompa air dengan seks? Apakah Anda membayangkan bahwa pompa tersebut memiliki fungsi lain selain memompa air? Atau apakah pompa tersebut memiliki reaksi emosi tertentu karena kuat dan kencang? Hal yang tidak relevan dan tidak terkait atau terlalu eksploitatif justru mengaburkan pesan asli dari tindakan.

Jika saja Sandiaga Uno menjadi bintang iklan celana dalam sekelas Calvin Klein, tentu dia sukses besar dalam menonjolkan dirinya, atau bagian tubuh lain yang memang hendak ditonjolkan. Tapi sayangnya, ia bukan tengah menjadi model iklan. Ia sedang berada dalam kegiatan blusukan, dan tonjolan tersebut mendistorsi pesan apa pun yang ia ingin sampaikan lewat kegiatannya.

Maka, Sandiaga punya pekerjaan rumah yang lebih banyak untuk mensosialisasikan segala programnya, kebijakan ekonominya, tentu hanya jika ia memilikinya. Jika tidak, Sandiaga punya cara yang lebih mudah, cepat, dan murah untuk meningkatkan pemilih muda dan ibu-ibu rumah tangga. Dan sesungguhnya ia telah berhasil menarik perhatian masyarakat!

Sandiaga seharusnya belajar lebih pada cara Trump dengan tidak setengah-setengah. Lakukanlah hal bodoh dengan percaya diri! Sebagai tambahan, Trump tidak pernah minta maaf atas apa pun yang pernah dia lakukan atau katakan, namun pemilihnya justru melejit di luar prediksi.

Sandiaga Uno seharusnya tidak perlu mengklarifikasi, apalagi memita maaf, atas keseksiannya, terlebih dengan membawa istri yang hanya dapat peran mengangguk-angguk. Jika saja ia berkelit dengan humor yang baik, emosi positif, dan senyum tiga jari, tentu Jakarta akan mempunyai Ridwan Kamil-nya sendiri.

Jakarta butuh pemimpin ganteng, seksi, dan mampu ereksi. Sudah saatnya tim suksesnya mengganti agenda elektabilitas menjadi erektabilitas. Maka, Bung Sandiaga, ditunggu pose selanjutnya!

Ferena Debineva
Ferena Debineva
Pendiri dan Ketua Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC).
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.