Jumat, Maret 29, 2024

Energi 212 untuk Garuda [Catatan untuk Timnas Sepakbola]

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pedagang menjual atribut timnas Indonesia jelang laga Indonesia melawan Vietnam di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/12). Atribut timnas sepeti kaos, syal, dan topi dijual dengan harga Rp50 ribu hingga Rp75 ribu. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya/aww/16.
Pedagang menjual atribut timnas Indonesia jelang laga Indonesia melawan Vietnam di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/12). Atribut timnas sepeti kaos, syal, dan topi dijual dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp75 ribu. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya/aww/16.

Doa dan zikir bersama di lapangan Monas Jum’at kemarin yang juga dikenal dengan aksi 212 —merujuk pada tanggal 2 Desember—merupakan fenomena luar biasa. Bukan saja karena telah mampu menjadikan kawasan itu sebagai lautan manusia, tetapi juga memperlihatkan keadaban aksi yang mengagumkan. Dalam ungkapan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, tak sebatang pohon pun yang rusak. Bahkan setelah selesai aksi, kawasan Monas segera rapi dan bersih kembali seolah tidak ada peristiwa besar sebelumnya.

Berkumpulnya lautan manusia di satu tempat yang barangkali hanya bisa dibandingkan dengan ritual ibadah haji, terutama di Padang Arafah, jelas menunjukkan energi umat yang luar biasa. Kesatupaduan dalam keragaman menjadi nilai terpenting dari momentum tersebut. Orang-orang yang datang dari berbagai penjuru tanah air dengan cara yang juga beragam —dari yang mencarter pesawat sampai yang rela berjalan kaki—mengindikasikan kekuatan energi yang tak terperi.

Kini, momentum 212 telah usai. Namun ada peristiwa lain di hadapan kita semua sebagai anak bangsa yang juga memerlukan suntikan energi besar: semi final pertama sepakbola Piala AFF antara Indonesia melawan Vietnam di Stadion Pakansari, Bogor.

Kemenangan sangat penting di laga ini agar saat main tandang ke Hanoi, Vietnam, pada 7 Desember, nanti terasa lebih ringan. Dengan penerapan sistem selisih poin, seri apalagi kalah, jelas akan memberatkan langkah Timnas Garuda ke fase final.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya kalau energi besar bangsa Indonesia yang kemarin telah diperlihatkan di Monas kini dialihkan ke Stadion Pakansari. Para pemain Garuda jelas membutuhkan saluran energi besar rakyat Indonesia untuk menuntaskan perjuangannya. Minimal dukungan moral perlu kita berikan kepada mereka, sekalipun dari kejauhan, sehingga semangat mereka terus berkobar, tak pernah padam.

Kolektivitas Sebagai Kunci
Semangat para punggawa Timnas Garuda tentu sangat penting untuk mampu mengalahkan tim Vietnam yang memang lebih diunggulkan. Selama fase penyisihan Vietnam mampu melakukan clean sheet dengan memenangkan semua pertandingan, sehingga tampil sebagai juara grup.

Timnas Garuda sendiri cukup terseok-seok di penyisihan sehingga hanya bisa menduduki peringkat kedua di klasemen. Namun, kenyataan itu tentu tak boleh mematahkan semangat. Situasi bisa berbeda jika semangat terus menyala.

Selain modal semangat, strategi dan taktik bermain tentu berperan penting. Dalam hal ini, pelatih Timnas Garuda Alfred Riedl telah memutuskan untuk menerapkan taktik zona marking dalam berhadapan dengan tim Vietnam hari ini. Pilihan taktik ini agaknya sangat tepat. Selain taktik ini yang paling banyak digunakan dalam sepakbola modern, juga karena taktik ini mampu menutupi wilayah lapangan permainan. Tidak banyak lubang yang mampu disusupi oleh permainan lawan.

Taktik zona marking juga meniscayakan peragaan kolektivitas permainan yang menarik. Penguasaan wilayah lapangan permainan mengindikasikan penguasaan bola, terutama di lini tengah yang merupakan sentral lapangan. Tim-tim besar dunia yang langganan juara, baik pada level liga di setiap negara maupun Piala Dunia, pada umumnya memiliki keunggulan dalam penguasan bola. Sebut saja Manchester United, Chelsea, Barcelona, Real Madrid, dan lain-lain.

Sebaliknya, taktik man to man marking kini mulai banyak ditinggalkan. Selain karena permainan terlihat kurang menarik karena kerap menonjolkan individualitas, taktik ini juga sering meninggalkan lubang-lubang permainan yang menganga. Saat seorang pemain lawan dijaga ketat bahkan oleh beberapa orang, pemain lawan lainnya kadang-kadang lepas perhatian. Dan akibatnya bisa fatal, pemain yang tak terperhatikan itu justru bisa menjadi “algojo” yang mematikan.

Kolektivitas sesungguhnya merupakan kunci, bukan saja dalam permainan olahraga seperti sepakbola, tetapi juga dalam kehidupan lain, seperti politik, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Kolektivitas kita sebagai bangsa kini kadang-kadang terinterupsi oleh gangguan-gangguan yang datang dengan cara mencuri-curi kesempatan. Mereka menyusup atau mendompleng pada peristiwa-peristiwa besar di republik ini. Katakanlah seperti kasus yang ditengarai kepolisian memiliki indikasi makar belakangan ini.

Hal seperti ini dapat dilawan antara lain dengan kolektivitas kita sebagai bangsa. Kolektivitas yang dibangun di atas kohesivitas yang kuat tentu akan melahirkan energi besar bagi bangsa kita. Dengan taktik zona marking, seperti yang diterapkan Timnas Garuda, maka semua potensi yang dapat mengancam kesatuan NKRI dapat dienyahkan karena praktis seluruh wilayah Indonesia tidak menyisakan lubang yang bisa disusupi.

Gelora Garuda
Dengan misi yang sangat penting ini Timnas Garuda sudah sepatutnya untuk bertempur mati-matian melawan Vietnam. Dengan kepakan sayapnya yang panjang dan kuat, Garuda pasti dapat menyapu lawan tanpa ampun. Dukungan para suporter fanatik, baik yang ada di dalam stadion maupun yang menonton di rumah, tentu bisa menjadi energi berlipat yang kian menggelorakan semangat mereka.

Meminjam cuplikan pidato Thorik Bin Ziyad saat memimpin pasukan Muslim menyeberang Teluk Gibraltar (Jabal Thariq) menuju Spanyol, “…al-‘aduwwu amamakum walbahru waraakum, ainal mafar…?” (… musuh di hadapanmu dan lautan di belakangmu, mau lari kemana?, maka Timnas Garuda hanya punya satu tekad: berjuang mati-matian.

Maka, pekikan Garuda harus diterus disuarakan dengan nyaring. Kedua sayapnya mesti terus dikepakkan. Tak ada lawan yang berat jika semangat terus dipahat. Tak ada musuh yang tak dapat dikalahkan jika tekad terus dinyalakan. Jika NKRI harga mati, maka kemenangan harga pasti. Bravo Garudaku!

Iding Rosyidin
Iding Rosyidin
Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.