Sosok satu ini menjadi superhero bukan karena mendapatkan kecelakaan di laboratorium, menemukan benda sakti, atau karena tersambar petir seperti lazimnya peristiwa yang menimpa superhero lainnya.
Lie namanya, mendapatkan kekuatannya karena kombinasi wasiat bijak ibundanya; orang miskin tak boleh diperas dan karena panggilan jiwanya sebagai pelayan Tuhan serta rasa cintanya yang amat kuat terhadap Tanah Air.
Lie adalah penerus sejati dari dokter Kwa Tjoan Sioe, pendiri Rumah Sakit Husada, Jakarta (dahulu bernama Jang Seng Ie). Jiwa sosialnya hampir mirip. Mereka mengabdi sepenuh raga dan jiwa untuk Indonesia dengan cara melayani pasien yang tak mampu/miskin. Jika Dr Kwa lulusan Belanda, maka Lie adalah jebolan Jerman. Jalan Tuhan menempatkan Lie bertugas di Rumah Sakit Husada yang didirikan oleh Dr Kwa.
Demi cintanya kepada bangsa, terutama anak bangsa yang miskin dan sakit serta tak terjangkau peralatan medis, Lie bertekad membangun Rumah Sakit Apung berupa Kapal Laut. Ide gila ini ditopang dengan menjual rumahnya sendiri sebagai modal awal.
Kegilaan Lie menjadi pemicu bagi saudara-saudaranya yang lain sehingga jatuh hati, iba, dan tak tega, untuk kemudian bersama mewujudkan mimpi tersebut. Saya membayangkannya seperti kegilaan atau ketergesaan para pemuda yang menginginkan Indonesia diproklamasikan secepat-cepatnya. Alhasil, dengan dukungan para sahabat, Lie berhasil mewujudkan jiwa nasionalisme tanpa batas.
Lie dengan kawan-kawannya, sampai saat ini, bersama Rumah Sakit Apung, berlayar menjangkau orang-orang sebangsanya yang sedang sakit dan butuh bantuan. Keajaiban demi keajaiban dilakukan Tuhan melalui tangan Superhero bangsa Indonesia yang satu ini. Badai dan gelombang yang menciutkan nyali, seringkali menghadang mereka, tapi rasa takut itu bukan malahan menyurutkan langkah, justru mendorong lebih kuat ke depan.
Dokter Kwa Tjoan Sioe, meninggal tahun 1948 karena keletihan dalam ruang kliniknya, tak lama setelah mengantarkan obat-obatan bagi bangsanya yang terluka akibat agresi militer Belanda di daerah Banten. Saya tak ingin Dr. Lie Dharmawan mengalami hal yang sama.
Berat hati saya harus mengatakan hal ini, tapi saudaraku sebangsa setanah air, Lie sebagai superhero bukanlah seorang berbadan kekar sehat dan sakti mandraguna, Lie sekaligus mengidap sakit diabetes, jantung dan prostat. Beliau juga memiliki keterbatasan dalam urusan keras kepala. Dia tak mau istirahat!
“Pekerjaan masih banyak….” ujarnya.
Orang-orang Tionghoa di Indonesia, seringkali melakukan sesuatu melampaui apa yang dapat kita pikirkan. Mereka punya cara hidup dan pemikiran yang amat memukau saya.
Entahlah, seberapa hebatnya bangsa Indonesia ini jika diskriminasi dapat dilenyapkan terhadap mereka. Dengan masih mendapatkan perlakuan diskriminasi saja, mereka telah dan tetap melakukan hal-hal yang luar biasa.
Sumber:
Dokter Di Jalan Kemanusiaan, oleh Sylvie Tanaga dan Basilius Trinaryanto.