Jumat, April 26, 2024

Investasi Generasi di Desa Cidahu Sukabumi

Ahmad Erani Yustika
Ahmad Erani Yustika
Guru Besar FEB Universitas Brawijaya, penikmat kopi dan film.

Rahma Aliya Rizki adalah anak yang hidup dalam nestapa di masa silam. Lahir dengan kaki dan tangan tidak sempurna di Desa Cikadu, Bandung Barat. Ia merasa hidupnya tak sama dengan kawan sebaya. Siksaan batin lebih tidak ditanggungkan lagi karena ayah meningggalkannya: malu karena punya anak dengan fisik tak sempurna. Rahma, nama pangilannya, hidup bersama neneknya dan sesekali masih bisa bertemu dengan ibunya, tentu sambil memendam gurat kepedihan mendalam. Ayahnya masih tinggal sekampung, tapi itu tak membuatnya bisa leluasa untuk bertemu. Beban lahir dan batin menikamnya sekaligus.

Di sekolah ia tak mampu ikut upacara bendera atau pelajaran olahraga sebab kaki dan tangan yang tidak bisa menyangga. Ia bahkan tidak bisa memakai sepatu. Sebagian teman-temannya mengejek dan membuat hatinya kian terpuruk.

Namun, cahaya hidup bisa datang dari arah mana saja. Di desanya terdapat program GSC (Generasi Sehat Cerdas) yang membantu memberikan kaki palsu untuknya, sehingga sejak itu ia bisa berdiri tegak. Tak hanya itu, ia juga belajar pencak silat yang membuatnya memiliki kekuatan untuk menjalani hidup dengan segala kegetiran. Kepercayaan dirinya melonjak. Matanya kini penuh binar, hidup tak lagi kelam.

Sempat ia terpuruk kembali karena nilai yang bagus di Sekolah Dasar tak bisa mengantarkannya masuk SMP karena problem abadi jerat kemiskinan (ia sendiri masuk SD ketika usia menginjak 8 tahun).

Dalam situasi genting itulah pertolongan datang kembali lewat kasih-Nya. Melalui program GSC pula, ia dibantu untuk bersekolah dan mendapatkan uang transpor tiap bulan. Ia hidup riang kembali dan bertekad merumuskan masa depannya dengan pijakan bakat dan semangat.

Rahma ingin melanjutkan kisah hidupnya sampai cita-citanya terwujud: menjadi penyanyi. Ia pasti mampu sebab kekuatan tidak terletak pada kaki dan tangan, tetapi pada pikiran dan keyakinan.

Kisah Rahma itu saya cuplik untuk berbicara soal yang lebih besar dalam urusan desa: kualitas generasi.

Dana Desa sejak awal dijalankan dengan mimpi untuk membangun kapabilitas manusia, khususnya pemuda dan anak-anak. Itu sebabnya salah satu isi dari Trimatra Pembangunan Desa diberi nama: Jaring Komunitas Wiradesa (Jamu Desa). Matra ini diperjuangkan untuk mengurus mutu manusia karena justru inilah saripati pembangunan. Tiap desa idealnya memiliki Balai Rakyat, yang difungsikan sebagai pusat pembelajaran mandiri komunitas. Dengan peta jalan ini pembangunan desa akan merayap dalam jangka panjang, tentu melalui pikiran dari generasi yang cemerlang.

Pada 18 Januari 2016 saya datang ke Desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Desa yang indah di dataran tinggi dengan kesejukan dan keelokan alam. Lahannya subur dan salah satu penghasil sayur sawi terbaik di tanah air. Bukan kebetulan bertandang ke desa tersebut, tapi gelegar gerakan penguatan kesehatan warga yang membuat saya punya hasrat ke sana. Dana Desa disinergikan dengan program GSC yang sudah berjalan cukup lama. Anak-anak sampai tingkat SD dan Ibu hamil mendapatkan aneka program perbaikan gizi dan pengetahuan, yang dilakukan oleh warga sendiri dan dipandu oleh para kader kesehatan.

Ketika saya ke sana, kebetulan sedang ada kegiatan pemberian makanan sehat kepada anak-anak usia TK ke bawah di Posyandu Cendana 7. Ruangan Posyandu tidak terlalu besar, sekitar 50 meter persegi, sehingga penuh sesak oleh anak-anak dan orang tua (Ibu). Para kader kesehatan memberi pengayaan informasi kepada ibu-ibu dan anak-anaknya, riang dalam aneka permainan dan makanan/minuman sehat yang disajikan.

Kegiatan ini rutin dilakukan sepanjang tahun sehingga level kesehatan Ibu dan anak terjaga dengan baik. Dana Desa menambah bobot program ini karena salah satu pemanfaatannya dipakai untuk tujuan penguatan ketahanan kesehatan warga.

Di luar Posyandu, juga telah dibangun PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Cendana dengan partisipasi anak yang ikut sekolah sangat tinggi. Kesadaran warga untuk meningkatkan mutu pengetahuan anak-anaknya sangat tinggi, sehingga tak sulit bagi para kader dan pendamping desa untuk memandu kegiatan.

Bahkan, di Desa Cidahu ini terdapat SDN 3 yang merupakan hasil pengembangan program GSC. SDN tersebut saat ini telah berkembang amat pesat dan menjadi tempat pembelajaran yang bagus bagi anak-anak di desa itu. Di desa juga ada Abdul Syukur, anak tunanetra, yang sekarang lihai memainkan alat musik berkat bantuan program tersebut.

Menyusuri Desa Cidahu seperti merasakan perayaan generasi mendatang yang gilang-gemilang. Itu pula yang saya lihat dari ekspresi Asep Rustam, Kepala Desa Cidahu. Pria muda dan tegap itu begitu bahagia karena masa depan warganya bakal bercahaya.

Ia selalu bersemangat berkisah tentang rencana pemanfaatan Dana Desa ke depan untuk pembangunan desa. Mimpinya, tiap anak desa sehat dan bisa sekolah agar menjadi tiang negara. Kelak kita dapat menjadi saksi atas seluruh ikhtiar perangkat dan warga desa tersebut.

Rahma, juga Syukur, adalah kita. Kita lahir dan hidup tak sempurna. Tapi hidup layak diperjuangkan sampai menjadi sempurna.

Ahmad Erani Yustika
Ahmad Erani Yustika
Guru Besar FEB Universitas Brawijaya, penikmat kopi dan film.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.