Kamis, April 25, 2024

Ceramah Salib Somad dan Pentingnya Pemahaman Antar-Iman

Muhamad Ali
Muhamad Ali
Associate Professor, Religious Studies Department & Chair, Middle East and Islamic Studies Program, University of California, Riverside.

Dalam sebuah video viral di media sosial, Somad atau Ustaz Abdul Somad (UAS) menjawab pertanyaan jemaah, “Apa sebabnya ustaz kalau saya menengok salib, menggigil hati saya.” UAS menjawab, “Setan!” UAS juga menambahkan, salib didiami jin kafir karena patung yang tergantung di situ. Begitu pula simbol palang merah di ambulans, ia menyebutnya ”lambang kafir”.

Tentang kasus ini, UAS memberikan tanggapan: bahwa ceramah itu terjadi bertahun-tahun silam dalam kajian tertutup di suatu masjid di Pekanbaru, Riau, bukan takbir akbar atau disiarkan stasiun TV. UAS mengaku sedang membahas kedudukan Nabi Isa dan ajaran tauhid tentang salib, patung, dan jin.

Polemik keyakinan seperti itu bukanlah hal yang baru dan bukan hanya pada UAS, dan bukan hanya penceramah agama Islam tentang agama lain dan simbol-simbol agama lain. Contoh kontemporer yang populer Zakir Naik di India dan Malaysia. Di Amerika, ada Pat Robertson dan lain-lain yang menyebut Islam “demotik” (kayak Setan).” Atau banyak Islamofob yang anti-Islam, yang menyebut Muhammad “kesurupan Setan”, “pedofil”, dan lain-lain.

Jika ada pertanyaan di kalangan umat Kristiani tentang Muhammad yang diyakini sebagai Nabi, suci dari dosa dan sempurna akhlaknya, lalu dijawab dengan informasi dan cara yang digunakan UAS seperti di atas, maka akan sulit sekali membangun pemahaman antar-iman dan saling menghormati di kalangan umat beragama yang sangat majemuk di Indonesia dan di mana pun.

Tentang salib, ada perbedaan dan perubahan pendapat di kalangan Kristiani sendiri. Salib menjadi simbol keagamaan bagi umat Katolik dan Protestan pada umumnya, yang berpusat pada peristiwa kelahiran,  wafat dan kenaikan Yesus Kristus. Salib adalah tanda Yesus Kristus itu sendiri dan tanda keimanan miliaran kaum Kristiani berabad-abad.

Salib menjadi bagian dari tanda doa, rahmat, dan simbol penyelamatan. Salib justru dimaknai tanda kemenangan atas kekuatan jahat (yang disebut macam-macam, demon, satan, evil, dan lain-lain). Salib justru dimaknai mengusir “setan-setan” yang berusaha menggoda dan mengelabui manusia dari menyembah tuhan yang benar.

Ada sejarah lahirnya dan ada perbedaan teologis internal para pengikut Kristus tentang pemaknaan dan penggunaan salib. Pada umumnya, termasuk khususnya umat Kristiani di Indonesia, salib menjadi bagian integral dan suci kebaktian dan pengalaman spiritual mereka. Dalam tradisi Kristen pada umumnya, salib, gambar, dan patung, dimaknai sebagai simbol atau tanda spiritual dan keagamaan, bukan obyek sesungguhnya yang disembah.

Labelisasi kafir kepada semua para penganut Kristen yang disebut UAS, dianggap sebagai pandangan banyak kaum Muslim, tapi ada pemahaman dan penafsiran-penafsiran lain dalam keilmuan Islam mengenai apa itu kufur dan siapa itu kafir, yang tidak selalu menunjuk pada kelompok agama tertentu yang non-Islam. Kepada pengikut Kristiani, dan juga pengikut Yahudi, ada sebutan lain seperti Ahlul-kitab, umat beriman, dan orang-orang Shalih.

Keragaman pemahaman tentang makna-makna istilah dalam teks-teks agama seperti kafir, musyrik, thagut, dan lain-lain, dan pemahaman konteksnya, perlu juga dijelaskan kepada publik agar lebih luas horizon dan bisa membawa kepada rasa empatik dan sikap menghormati perbedaan.

Begitu juga banyak pendapat dan pemahaman tentang jin, tempatnya di mana, kapan, dan pengaruhnya apa dalam kehidupan manusia. Jin dipahami sebagai makhluk dari api atau udara yang bisa berubah bentuk manusia atau hewan dan tinggal di batu, pohon, bangunan, dan lain-lain. Jin diyakini bisa merasuk manusia, tapi bisa bebas dari batasan-batasan fisik. Jin disebut menjadi sebab penyakit, kecelakaan, dan bahkan bencana alam. Ada yang meyakini ada jin yang beriman dan jin yang kafir, seperti manusia. Tapi, tidak diketahui apakah ada ulama yang berkeyakinan jin kafir khusus menempati salib dan patung yang dimaksud Somad.

Menyebut lambang Palang Merah sebagai “lambang kafir”, tidaklah tepat. Lambang Palang Merah itu, dibuat Henry Dunant tahun 1859, mengambil dari bendara Swiss ketika itu, dengan beda warna. Keempat palangnya juga sama panjangnya, tidak seperti palang salib yang garis vertikalnya lebih panjang. Palang Merah lebih merupakan simbol kebangsaan (Swiss) dan diambil sebagai simbol para relawan yang membantu korban perang.

Untuk menghindari kesalahpahaman semantik, di negeri-negeri yang mayoritasnya Muslim lambang palang merah menjadi Red Crescent (Bulan Sabit Merah). Lambang bulan sabit dan bintang yang dianggap sebagai “simbol Islam” itu pun baru muncul di zaman Kekhalifahan Usmani, dalam konteks perang dan identitas kekuasaan. Dan menariknya, didirikan juga International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) pada tahun 1919 di Paris setelah Perang Dunia I. Dimensi sejarah dan konteks lambang seperti ini perlu dijelaskan dan disebarkan kepada masyarakat yang masih memiliki prasangka tentang simbol Palang Merah dunia, termasuk Palang Merah Indonesia itu.

Ketika seseorang penceramah (agama apa pun) menyentuh aspek agama lain, maka yang bersangkutan perlu belajar dan memahami juga bagaimana penganut agama itu memahami aspek agama itu, yang beragam, selain bagaimana ia memahaminya dari perspektif agamanya, juga secara beragam. Memang tidak mudah, tapi suatu keharusan apalagi dalam konteks publik dan zaman mudahnya penyebaran ruang privat agama seperti tempat ibadah menjadi ruang publik melalui teknologi media massa.

Dalam agama-agama, ada dimensi doktrinal yang bersifat polemikal menekankan perbedaan dan kebenaran doktrinal sendiri, dan yang bersifat rekonsiliatori dengan maksud mencari kesamaan-kesamaan makna doktrinal sendiri dan yang lain. Lebih dalam lagi, ada dimensi pengalaman spiritual yang bersifat pribadi dan komunal, yang bisa sangat berbeda antara penganut yang satu dan penganut yang lain, bahkan antara penganut agama yang sama.

Dimensi pengalaman spiritual atau ruhani ini juga bisa memiliki kesamaan-kesamaan dan bahkan diperkaya melalui pemahaman dan pengalaman yang melampaui simbol-simbol identitas dan eksklusif tertentu. Jika belum cukup mengetahui bagaimana simbol dan ajaran agama orang lain, setidaknya, ia harus bersikap empatik pada pemahaman dan pengalaman keagamaan orang lain itu. Tidak mudah mengklaim, apalagi mencemoohnya.

Lebih jauh lagi, selain ceramah dan dialog antar-agama,  pendidikan agama antar-iman menjadi sangat penting. Sering dihindari dan ditolak karena akan mendangkalkan akidah atau keyakinan agama yang sudah mapan dan turun temurun diajarkan. Alasan yang wajar jika melihatnya hanya dari satu sisi ketakutan dan ketidakmengertian. Peserta didik dan masyarakat yang diberikan pengetahuan yang memadai tentang beberapa dan berbagai keyakinan dan agama, bisa lebih baik dan luas keyakinan dan pemahaman agamanya dengan juga mengetahui keyakinan dan agama-agama lain yang disampaikan secara apa adanya, kontekstual, dan empatik.

Dalam masing-masing agama, sebetulnya ada ajaran-ajaran agama yang menghormati ajaran-ajaran agama lain, yang bisa disebarkan para penceramah dan pendidik. Contoh dalam Islam ada ayat Al-An’am: 108, ajakan untuk tidak menghina sembahan penganut lain karena mereka bisa membalas Tuhan sembahan Muslim yang melampaui batas dan tanpa pengetahuan.

Kasus Somad kali ini menjadi pelajaran penting bagi banyak orang. Mencemooh tanpa pengetahuan memiliki dampak negatif bagi hubungan antara penganut agama dan keyakinan yang sangat majemuk. Dan dalam konteks global dan era media sosial saat ini, ceramah mencerahkan dan pendidikan antar-iman menjadi makin penting.

Artikel terkait

Somad yang Takut Salib

Kata Siapa Si Somad Menghina Agama lain

Umat Kristiani Itu Kaum Beriman, Bukan Kafir

Siapakah Orang Kafir Itu? Telaah Kronologi dan Semantik Al-Qur’an

Jangan Menuduh Kristen Itu Syirik!: Memahami Kristologi Qur’an

Muhamad Ali
Muhamad Ali
Associate Professor, Religious Studies Department & Chair, Middle East and Islamic Studies Program, University of California, Riverside.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.