Sabtu, Oktober 25, 2025

Candi dan Imaginasi Menemukan Indonesia

Widjajanti Widjajanti
Widjajanti Widjajanti
Widjajanti M Santoso adalah peneliti PRMB BRIN mendalami tema sosiologi, media dan gender
- Advertisement -

Bagaimana seseorang mensikapi kondisi Indonesia, satu sisi ada yang mengatakan “baik-baik saja”, sisi lainnya menyatakan “tidak baik-baik saja”. Mungkin terpikirkan apakah orang Indonesia punya masalah di dalam kepemimpinan dan kemampuan memimpin, ada masa depan yang terlihat abu-abu. Di balik situasi seperti air yang keruh itu, sebetulnya terdapat hal yang menarik, yang dibahas di dalam tulisan ini dengan menyatakan ada yang menemukan Indonesia. Salah satunya direkam di dalam buku “Rahasia Nusantara Candi Misterius Wangsa Syailendra”, dan  Asisi Channel di Youtube yang juga dikembangkan oleh penulis yang sama.

Keduanya menunjukkan prestasi buku tersebut setelah terbit pertama pada 2024, sudah cetak ulang ke 6, bisa diartikan buku ini dibaca dan dipedulikan cukup banyak pembaca. Kemudian Asisi Channel diapresiasi pemerintah dengan memberikan pada mereka Anugrah Kebudayaan 2023 dalam kategori media. Asisi sendiri menarik publik seperti dia tampil di dalam podcast Gitawiryawan yang mengulik tentang latar belakang kegiatan ini dan narasi menarik dibalik berkembangnya Asisi Channel.

Imaginasi Generasi dan Candi 

Buku ini menceritakan dengan sederhana dan gamblang tentang candi candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akan tetapi tidak sekedar reportase, tetapi juga menerangkan tentang apa yang disebut sebagai sumber sejarah primer dan sekunder, yang mengantarkan pembaca dan pemirsa untuk melandaskan pada ilmu pengetahuan. Buku tersebut dilengkapi dengan gambar dan juga deskripsi serta analisa lanjutan tentang candi-candi tersebut. Gaya pembawaannya yang riang dan berkesan bersemangat membuat candi menjadi subjek diskusi yang menarik. Asisi membawakannya dengan mengaitkan dengan situasi kontemporer di Indonesia. Bagi generasi baby boomer, reportasenya menarik dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti. Candi adalah sesuatu yang biasa dan banyak orang barangkali mensikapinya sambil lalu, tiba tiba berubah menjadi bagian dari motivasi diri bagi Indonesia. Asisi menggunakan kata Nusantara yang menjadikan konteks Indonesia menjadi lebih berterima secara khusus ataupun secara luas.

Buku ini perlu dibaca dan Asisi chanel perlu disinggahi sebagai bagian dari petualangan (adventure) bukan sekedar perjalanan (travelling). Asisi disertai dengan 3 punakawannya menghadirkan petualangan masuk ke candi, memberikan arti tentang relief, patung yang ada, simbol-simbol yang tampak dan juga menjelaskan sejarah wangsa, raja atau ratu yang berkaitan dengan candi tersebut. Candi ternyata berfungsi beragam bagi perilaku spiritual, dan juga persembahan bagi tokoh tokoh tertentu setelah mereka meninggal, namun juga terdapat fungsi lainnya seperti sekolah atau lokasi perguruan. Bebatuan yang digunakan juga beragam seperti di Jawa Tengah cenderung menggunakan batu andesit dan di Jawa Timur terdapat candi berbatu bata atau campuran antara batu bata dengan batu andesit.

Percakapan di Channel Asisi lebih hidup dibandingkan dengan bukunya, tetapi sebagaimana halnya buku, kita selalu bisa meyakinkan apa yang kita baca kembali ke halaman tersebut. Bab-bab buku ini merangkum diskusi dan percakapan di dalam tayangan audio visual, sebuah podcast yang menarik Asisi memiliki passion untuk menjelaskan dan Selvi memiliki kesabaran dan wisdom untuk memancing pembahasan selanjutnya.

Asisi baik buku maupun channel-nya mengaitkan sejarah, arkeologi, dan konteks kemasyarakatan dengan teks tertulis seperti perhatian Raffles dan Belanda terhadap situs Dyang (Dieng) yang tertulis terdapat 400 candi. Jumlah yang fantastis karena publik umumnya hanya tahu tentang candi Borobudur dan Prambanan, sebagai candi yang indah, padahal sebenarnya banyak candi bersebaran dan mungkin yang belum terungkap.

Candi umumnya dibagi atas candi yang bercorak Buddha atau Hindu, akan tetapi di beberapa candi keduanya ada di dalam kompleks yang sama sehingga keberagaman dan akulturasi merupakan ciri Nusantara. Menarik melihat penamaan Nusantara yang melihat perkembangan peradaban, sejarah dan kaitannya dengan berbagai artefak yang umumnya cantik untuk difoto. Masa klasik adalah terma yang digunakan untuk menandai dan membedakannya dengan sejarah masa kini. Di dalam buku dan terutama di dalam Asisi Channel para raja, ratu, biksu, patih, punakawan, para dewa masyarakat pada umumnya muncul dengan hidup menceritakan kisah mereka.

Candi dan Menemukan Indonesia

Candi diam tidak bergerak namun dia adalah symbol yang kuat. Masyarakat berubah, seperti identifikasi yang diangkat oleh buku ini tentang peran kolonial dalam menyimpan beberapa artefak yang tidak pernah didiskusikan dan digarap. Akan tetapi sebaiknya tidak semata ingin memindahkan artefak tersebut Kembali ke Indonesia tetapi bagaimana kita yang tinggal di Nusantara ini memaknai hal tersebut dalam konteks identitas yang kita miliki, simbol dari Indonesia, misalnya garuda berasal dari masa klasik, yang dipenuhi oleh sejarah perjalanan Wangsa yang mengatur negeri dan Masyarakat dan digantikan oleh Wangsa lainnya. Disana juga dinarasikan tentang perpindahan ibu kota (Kerajaan) dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang mengikuti kemudian berkembangnya Kerajaan yang baru. Selain itu juga dinarasikan tentang semacam cultural turn di mana di Jawa Timur berkembang sastra dibandingkan dengan membangun candi-candi yang megah.

Dalam konteks pemirsa umum, kita tidak akan tersadar tentang perubahan ini yang kemudian mengantarkan perkembangan Sejarah Indonesia modern, di mana teks menjadi ruang yang membahas tentang bentukan negara Indonesia modern, tentu dengan media yang berubah dari candi, sastra dan kemudian media massa. Sebagai sumber kreatifitas masa klasik digunakan untuk mengimaginasikan Indonesia sebagai gabungan dari Majapahit dan Sriwijaya untuk memberikan wawasan terhadap klaim kolonial tentang Indonesia itu sendiri. Peran kolonial cukup besar di dalam mempengaruhi budaya yang ada dan terutama terhadap sikap inferioritas yang bisa muncul dalam bentuk pembesar-besaran dan kurang menghargai hal hal yang bersifat menghargai seperti yang terlihat pada perhatian terhadap candi-candi ini.

Candi yang rusak adalah bagian dari perlombaan antara pemukiman, pariwisata dan pelestarian di mana yang terakhir ini lambat geraknya. Padahal masyarakat Indonesia moderen beruntung dan mendapatkan ide-ide keindonesiaan yang besar dari ekskavasinya. Konstruksi sejarah berdasarkan fakta dan juga menjaga candi sebagai sebuah kepentingan dan kebutuhan, belajar dari pengalaman mereka mengelola aktivitas yang berkaitan dengan Masyarakat sipil. Perlindungan dan penegakan hukum menjadi bagian penting di dalam prasasti yang digambarkan terutama di dalam Asisi Channel, sehingga agaknya perlu merasa heran terhadap sikap pemimpin dan jajarannya terhadap penegakkan hukum dan posisi Masyarakat sipil.

- Advertisement -

Dari Asisi Channel kita bisa melihat bahwa candi di Nusantara berinteraksi dengan pendatang seperti reliefnya mengandung humor Sejarah keberadaan para punakawan, sehingga dari komik di candi menjadi komik di dalam buku. Semangat bagi kita menemukan Indonesia.

Rujukan 

Asisi Suhariyanto. 2025 (cetakan ke 6). Rahasia Nusantara Candi Misterius Wangsa Syailendra. Gagas Media. Jakakarsa. vi+276.

Widjajanti Widjajanti
Widjajanti Widjajanti
Widjajanti M Santoso adalah peneliti PRMB BRIN mendalami tema sosiologi, media dan gender
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.