Jumat, April 19, 2024

Bersama Membenci Buku Kiri

Roy Martin Simamora
Roy Martin Simamora
Peminat gender studies. Alumnus Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan.

Pada era Revolusi Industri 4.0 ini, ada salah satu hantu yang paling ditakuti bangsa Indonesia: Hantu Komunis. Setiap tahun teror ketakutan ini terus dihembuskan dan berusaha meyakinkan publik bahwa komunisme akan bangkit dari liang kubur. Teror ketakutan akan munculnya paham komunis pun masih terjadi hingga hari ini.

Dua hari lalu (Sabtu, 04/08), sekelompok pria yang tergabung dalam ormas bernama Brigade Muslim Indonesia (BMI) menyisir salah satu cabang toko buku ternama Gramedia di Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka mendatangi Gramedia untuk menarik buku-buku yang mengandung paham Marxisme dan Leninisme.

Sebelumnya dua pegiat literasi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Muntasir Billah (24) dan Saiful Anwar (25)—keduanya yang tergabung dalam komunitas Vespa Literasi—harus berurusan dengan polisi karena membawa empat buku bertemakan komunisme dan D.N. Aidit, salah satu tokoh penting Partai Komunis Indonesia (PKI).

Buku bertema komunisme dan Aidit itu masing-masing berjudul Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara diterbitkan oleh KPG Jakarta; Sukarno, Marxisme dan Leninisme: Akar Pemikirian Kiri dan Revolusi Indonesia diterbitkan Komunitas Bambu; Menempuh Jalan Rakyat, D.N Aidit diterbitkan oleh Yayasan Pembaharuan Jakarta; Sebuah Biografi Ringkas D.N Aidit oleh TB 4 Saudara.

Ini sungguh memprihatinkan, padahal bangsa kita tengah gencar-gencarnya mempromosikan dan meningkatkan budaya baca dan literasi kepada masyarakat. Sebuah upaya yang bagus untuk membawa anak-anak kita semakin melek literasi. Tapi, justru ternodai dengan pelarangan dan penarikan paksa buku-buku yang disinyalir berbau komunisme. Upaya pelarangan dan penarikan paksa itu pun dilakukan oleh orang-orang yang kemungkinan belum membaca buku yang dimaksud. Saya pikir, pemerintah telah gagal pada titik ini.

Tindakan pelarangan itu persis gaya Orde Baru.  Melarang segala bentuk apa pun yang bertentangan dengan kekuasaan Suharto. Tindakan pelarangan dan penarikan buku secara paksa, bahkan penangkapan dan pengadilan bagi mereka yang terkait dengan buku tersebut. Hanya karena menulis atau membaca buku-buku kiri beberapa orang harus menanggung beban dengan cara dipaksa masuk penjara dan sebagian hilang entah dimana.

Pertanyaannya: apakah ketika membaca buku kiri secara mendadak membuat orang menjadi kiri? Jika anggapan bahwa ideologi kekirian atau komunisme menyesatkan, mengapa tidak sejak dari dulu hingga sekarang pemimpin-pemimpin kita menebar ideologi tersebut? Apakah Anda lupa, meski membaca sejuta buku kekirian atau komunisme sampai mati, ideologi itu akan sulit tumbuh dan beranak pinak di tengah hegemoni kapitalisme dan pertarungan pasar global.

Mengapa? Ide besar komunisme telah mati. Buku-buku kiri, pada ujungnya, hanya tumpukan buku yang hanya bisa dinikmati pada waktu luang. Sangat muskil bagi siapa pun untuk menghidupkan kembali ide komunisme itu sendiri. Kita semua telah hidup pada zaman kapitalisme yang massif. Kapitalisme yang merupakan musuh komunisme.

Sifat kapitalisme terlalu tangguh dan tidak dapat dihancurkan oleh setiap untaian gagasan komunisme. Alasannya adalah dalam fluiditas dan fungibilitas abadi kapitalisme. Ini adalah suatu bentuk yang dapat bersembunyi di depan mata, mengambil bentuk apa pun yang diinginkannya, dan kebal terhadap semua “mantra” gagasan lainnya..

Satu hal yang harus diingat: Manifesto Komunis ditulis oleh Marx lebih sebagai penggoda intelektual daripada program politik nyata. Dogma Marxisme adalah tentang “penghapusan hak milik pribadi.” Properti pribadi adalah biang keladinya, karena selalu mengarah pada kapitalisme.

Itulah sebabnya hal pertama yang harus dilakukan, menurut Manifesto Komunis, bagi kaum proletar adalah dengan mengambil alat produksi, modal, dari kelas-kelas borjuis. Hal itu adalah inti besar dari Marxisme. Properti pribadi bahkan ketika itu tidak melibatkan eksploitasi tenaga kerja orang lain. Tidak ada masa depan dalam komunisme. Sarana produksi, yaitu apa pun yang merupakan sumber kekayaan, hanya diperbolehkan untuk koperasi dan perusahaan negara.

“Komunis” Tiongkok dan “Komunis” Vietnam dengan cemerlang membuktikan dogma Marxis ini. Setelah beberapa dekade di bawah bendera “merah” kekuasaan proletar, kedua negara sekarang menjadi surga miliarder dan taipan kaya. Ini adalah zona aman untuk akumulasi modal yang stabil, tertutup bagi serikat buruh yang mengacau dan kaum kiri yang sial, dengan perlindungan besar atas hak-hak properti untuk orang kaya dan terhubung dengan baik.

Jadi, ideologi komunis sudah usang. Ia telah binasa. Tembok Berlin runtuh. Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar. Sekarang, negeri komunis kini lebih sibuk membincangkan persaingan ekonomi ketimbang membincangkan ideologi komunis. Rusia tidak lagi peduli soal ideologi, tapi menekankan penjualan senjata, eskpor minyak dan gas dan merebut hegemoni kekuatan global.

Sama halnya dengan Tiongkok, Partai Komunis di bawah kepemimpinan Xi Jinping lebih panik saat perang dagang dengan Amerika, Korea Utara yang dianggap masih kekeuh soal ideologi komunis, justru lebih menyukai pamer kekuasaan, kekuatan armada perang, dan unjuk gigi soal nuklir ketimbang sibuk dengan penguatan ideologi. Bagaimana dengan Indonesia? Entahlah. Tapi, yang pasti kita masih sibuk membicarakan teror komunisme di tengah hegemoni kapitalisme.

Realitas ini adalah berita buruk bagi komunisme. Revolusi Industri menciptakan jenis modal baru setiap hari: “the intellectual one” (yang intelektual). Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide, pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk mengubahnya menjadi bisnis, semua jaringan tersebar tidak merata di antara orang-orang. Kaum kaya dan pebisnis akan menghasilkan sumber-sumber kekayaan pribadi, keuntungan tidak adil, dan ketidaksetaraan ekonomi di setiap kesempatan.

Karena itu, pengetahuan ekonomi adalah kapitalis. Anda dapat menyita tanah, rekening bank, dan peralatan pabrik—tetapi Anda tidak dapat menyita sumber kekayaan pribadi di dalam kepala orang. Dan, Anda tidak akan percaya modal macam apa yang akan dibuat oleh tubuh mereka ketika zaman bionik tiba.

Ketika orang yang tampaknya biasa akan melihat semua, ingat segalanya di kepala mereka dalam hitungan detik, kita masih saja menyibukkan diri dengan hantu komunisme yang tidak ada sama sekali, pelarangan buku-buku kiri yang terlalu dipaksakan serta usaha-usaha membatasi kebebasan berpendapat dan berpikir.

Pada masanya Manifesto adalah teori yang amat luar biasa.  Secara teori, ini terdengar hebat, hanya saja itu tidak berhasil dalam kenyataan. Komunisme gagal memperhitungkan sifat manusia. Manusia suka bekerja keras jika mereka bisa bekerja keras. Mereka tidak suka bekerja keras, hanya untuk mementingkan orang lain.

Dalam komunisme, Anda butuh makanan? Ambillah, tanpa biaya. Butuh pendidikan? Gratis. Butuh perawatan kesehatan? Juga gratis. Tapi, dalam kapitalisme? No Money, No Food. Kapitalisme membiarkan orang secara individu mengejar kepentingan mereka sendiri, dan untuk maju dalam masyarakat kapitalis, Anda harus menawarkan barang dan jasa kepada sesama manusia.

Nah, masihkah Anda berisik dan gusar dengan pikiran naif Anda laiknya kaum hipokrit dan oportunis tentang buku-buku kiri yang dibaca anak-anak muda itu? Tidak ada lagi waktu memikirkan itu, yang perlu Anda pikirkan sekarang adalah bagaimana bangsa ini, dan Anda menyiapkan diri dengan kedatangan “badai besar” hegemoni kapitalisme.

Karena itu, tindakan membaca buku-buku kiri atau buku komunisme semata-mata tidak akan mengubah Anda menjadi proletar “kasar” yang membenci bajingan borjuis. Malah sebaliknya, “bajingan” borjuis menjadi “kasar” pada kaum proletar.

Baca juga

Membangkitkan Kembali Hantu Komunis

Islam dan “Hantu” Komunis-Ateis

Hantu Bernama PKI

Tuhan, Hutan, Hantu

Islam, Komunisme, dan Bencana Ingatan Kolektif 65

Roy Martin Simamora
Roy Martin Simamora
Peminat gender studies. Alumnus Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.