Sabtu, Oktober 5, 2024

Belajar Merusak Negara dari Fir’aun (Bagian 2)

Hatib Rahmawan
Hatib Rahmawan
Koordinator Program Pegiat Pendidikan Indonesia, Dosen Universitas Ahmad Dahlan

Pada bagian pertama telah dijelaskan dua hal; Pertama, kisah Musa as dan Fir’aun dalam Al-Qur’an. Pada pembahasan ini penulis mengungkapkan alur (plot) perjalanan kisah Musa as dalam Al-Qur’an. Penulis juga memberikan informasi tambahan mengenai sosok Fir’aun yang dihadapi Musa as, mulai Ramses II dan Merneptah.

Kedua, motif-motif busuk merusak negara. Pada bagian ini telah dijelaskan pula mengenai motif penindasan yang dilakukan Fir’aun, mulai dari faktor teologis, ekonomi, dan berlanjut pada urusan politik. Informasi yang penulis sampaikan tersebut sekaligus membantah bahwa penindasan Fir’aun berasal dari mimpi yang sebenarnya tidak berdasar.

Pada bagian kedua tulisan ini, akan diulas satu hal sebagai penyempurna tulisan sebelumnya, yakni; tiga pilar perusak negara. Tiga pilar yang dimaksud adalah aktor-aktor selain Fir’aun yang menyokong kekuasaanya. Di sini akan diungkap karakter dan sikap aktor-aktor tersebut. Fakta-fakta sejarah penting yang tidak terdapat di dalam Al-Qur’an akan diungkap dalam pembahasan ini.

Haman Representasi Intelektual Busuk

Dibalik nama besar Fir’aun tentu ada orang-orang penting di sana. Siapa mereka? Di dalam Al-Qur’an dijelaskan ada dua nama penting yang menopang kekuasaan Fir’aun, yakni Haman dan Karun. Haman tidak disebutkan di dalam Bible. Sementara Karun di dalam Bible disebut dengan Korah. Lebih tepatnya Korah anak keturunan Yishar dari suku Lewi (Bilangan 16:1)

Pertanyaannya siapakah Haman dan Siapakah Karun? Di dalam Al-Qur’an nama Haman disebut sebanyak 6 kali, terkadang berdiri sendiri (Al-Mukminun (40): 36), dan ada kalanya mewakili kata malaa’u, yang artinya pembesar-pembesar, semacam kabinet dari penguasa (Al-Qoshos (28): 38). Jadi Fir’aun memiliki kabinet, yang diisi orang-orang loyal dari sukunya sendiri. Kalau mau dinamai, sebut saja dengan kabinet perusak negara.

Aneela Shahzad, seorang editor GTAB, menjelaskan bahwa Haman tidak menunjukkan nama person. Melainkan nama dari anak keturunan Nuh, yakni Ham, yang tinggal di hulu Sungai Nil. Sehingga menurutnya, Haman merupakan penguasa-penguasa di sepanjang sungai Nil yang setia kepada Fir’aun.

Menurut penulis, Haman lebih tepatnya dikatakan sebagai think tank dari dewan (kabinet) yang dibuat Fir’aun. Haman adalah simbol intelektual sekaligus politisi yang merancang segala bentuk kebijakan dan peraturan negara. Mereka adalah komplotan intelektual yang mencari untung buat kelompoknya sendiri, tanpa memedulikan dampak negatifnya. Mereka adalah tipe penjilat yang merancang kebijakan asal bapak suka.

Dalam Surah Al-A’raaf (7): 113 dijelaskan, “dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir’aun dan berkata: “(Apakah) kami akan mendapat upah, jika kami yang menang?”. Ayat ini menunjukkan karakter orang yang berada di sekeliling Fir’aun, motif kerja mereka ujung-ujungnya adalah duit.

Haman tidak pernah berpikir tentang negara sejahtera (welfare state), apalagi negara adil dan aman. Dia hanya memikirkan cara mempertahankan kekuasaan, membangun oligarki kerajaan, dengan berlindung di bawah penguasa yang mudah diatur.

Jadi, Haman adalah pembuat kebijakan yang mejadikan Fir’aun untouchable (tidak dapat tersentuh dengan hukum lainnya) layaknya dewa. Mereka inilah yang sebenarnya membodohi Fir’aun dengan menciptakan kebijakan pembangunan yang tidak rasional.

Atas dasar rasional apakah, kemudian Fir’aun meminta dibangunkan menara tinggi untuk mengintip Tuhan Musa as? Pokoknya, semua kebijakan dibuat oleh Haman untuk melayani kesenangan penguasa, meskipun tidak masuk akal.

At-Thobari menceritakan dalam Traiikh ar-Rusul wa al-Muluk, setelah bangunan tersebut selesai, maka naiklah Fir’aun ke atasnya lalu melemparkan tombak ke arah langit. Namun sebelumnya tombak tersebut telah dilumuri darah. Kemudian Fir’aun mengatakan kepada Musa as. “Hai Musa, coba lihat, Tuhanmu telah aku bunuh”. Akal-akalan seperti itu adalah ulah dari Haman sang intelektual pembisik Fir’aun.

Haman sangat paham betapa bodohnya Fir’aun (Merneptah). Kebodohan itu terletak pada obsesinya ingin menjadi dewa (Tuhan) seperti pendahulunya, yang mampu berkuasa lebih dari 40 tahun. Obsesi inilah yang akhirnya menghancurkan kekuasaan Fir’aun. Sementara Haman, tidak peduli dengan itu, asal dia dapat untung, kebijakan apapun, benar atau salah, akan dibuatkan.

Karun: Pebisnis dan Traitor Sejati

Tokoh selanjutnya adalah Karun atau Korah. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan dia adalah bagian dari kaum Musa as. Dia adalah bagian dari Bani Israil. Di dalam Bible dijelaskan bahwa Karun adalah sepupu Musa as. Mengapa Karun, tidak mendukung Musa as, padahal dia adalah sepupunya?

Jawabnya adalah karena Karun cemburu, iri dan dengki kepada Musa as dan Harun as. Iri terhadap apa? Iri karena Bani Israil lebih condong memilih Musa as dan Harun as sebagai pemimpin. Meskipun, kemudian Musa as menyerahkan kepemimpinan kepada Harun as (Al-A’raaf (7): 142).

Sikap itulah yang membuat Karun memiliki dua wajah, satu membela Bani Israil, sementara di sisi yang lain menjadi agen dari Fir’aun untuk memecah belah kabilah-kabilah Bani Israil (Al-Qashash (26): 3). Di dalam ayat dijelaskan bahwa Fir’aun; “menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka”. Di sinilah letak peran Karun sebagai orang kepercayaan Fir’aun.

Dalam sejarah, Bani Israil terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah. Keimanan terhadap ajaran Ibrahim yang membuat suku dan kabilah-kabilah dapat bersatu. Jumlah populasi Bani Israil yang banyak, jika tidak dipecah belah akan sangat berbahaya. Karun adalah satu tokoh yang membuat Bani Israil lemah sehingga mudah diperbudak.

Itulah sebabnya, setelah berhasil melakukan eksodus ke Yerusalem, Karun beserta pasukannya mencoba melakukan pemberontakan terhadap Harun as. Kisah ini diabadikan di dalam Bible dengan kisah Rebellion of Korah. Hal ini juga diceritakan di dalam Al-Qur’an (Al-A’raaf (7): 150).

Bukti yang menunjukan Karun seorang pengkhianat adalah ketika terjadi pengejaran Bani Israil oleh Fir’aun dan pasukannya. Ketika terjadi pengejaran Bani Israil, Karun ikut rombongan Bani Israil, tidak berada pada barisan Fir’aun. Bahkan dia sampai lebih dulu. Sebab dia tahu, yang dilawan Fir’aun bukanlah Musa as, melainkan Tuhan Musa as Pencipta laut tersebut.

Jadi, Karun berkomplot dengan Fir’aun bukan alasan teologis, tapi lebih pada faktor ekonomi, bisnis, dan cari untung. Dalam tulisan selanjutnya, akan ditemukan sebab-sebab dia menjadi sangat kaya.

Singkat cerita, Karun berhasil memainkan kebencian Fir’aun terhadap Bani Israil. Jika kita lihat setiap peperangan dan konflik antar negara yang terjadi saat ini, pasti ada pihak-pihak yang diuntungkan. Karun tidak ubahnya seperti itu. Dia selalu memihak pada siapa yang menguntungkan dirinya (opportunist), meskipun harus menjual saudara-saudaranya sendiri.

Di satu sisi dia memonopoli perdagangan Bani Israil, sementara di sisi lainnya, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dia men-support segala kebijakan pembangunan Fir’aun. Jadi dibalik kebijakan pembangunan Fir’aun yang tidak masuk akal tersebut, Karun dengan sangat cerdas memainkan berbagai kebijakan finansial dan mega proyek yang menguntungkan dirinya.

Karun adalah pebisnis handal sekaligus traitor sejati. Kalau dalam istilah politik sekarang kutu loncat. Sementara Fir’aun tetap dalam kebodohannya, sebab yang dilihat hanyalah kekuasaan belaka. Seolah-olah dia berkuasa, dihormati, padahal semuanya semu.

Itulah sebabnya Al-Qur’an menegaskan sifatnya sebagai berikut: “Karun adalah dari kaum Musa, tetapi dia menindas mereka” (Al-Qashash (28): 76). Dari narasi di atas jelas sekali siapa Karun sebenarnya. (Bersambung)

Terkait:

Belajar Merusak Negara Dari Fir’aun (Bagian 1)

Hatib Rahmawan
Hatib Rahmawan
Koordinator Program Pegiat Pendidikan Indonesia, Dosen Universitas Ahmad Dahlan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.